Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Selasa, 19 Oktober 2010

Manajemen Sekolah

3. Pendekatan Situasional

Dalam pendekatan ini kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi daripada sebagai kualitas pribadi, dan merupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu. Menurut pandangan perilaku ini, menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Ada beberapa studi kepemimpinan yang menggunakan pendekatan ini.

a. Teori Kepemimpinan Kontingensi

Teori ini dikembangkan oleh Fiedler dan Chemers, bahwa seseorang menjadi pemimpin bukan saja faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga karena berbagai faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan situasi. Menurut Fiedler tak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi, serta tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu hubungan antara pemimpin dan bawahan, struktur tugas serta kekuasaan yang berasal dari organisasi.

Fiedler menentukan dua jenis kepemimpinan: Pertama, gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas. Kedua, gaya kepemimpinan yang mengutamakan pada hubungan kemanusiaan.

b. Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi

Dikemukakan oleh Reddin, guru besar Universitas New Brunswick, Canada. Ada tiga dimensi untuk menentukan gaya kepemimpinan yaitu perhatian pada produksi dan tugas, perhatian pada orang dan dimensi efektifitas.

Gaya kepemimpinan selanjutnya dikelompokkan ke dalam gaya efektif dan tidak efektif sebagai berikut:

1. Gaya Efektif

Eksekutif : gaya ini menunjukkan perhatian baik kepada tugas maupun kepada hubungan kerja dalam kelompok. Developer : gaya ini memberikan perhatian tinggi terhadap pengembangan individu. Benevolent autocrat : gaya ini memberikan perhatian tinggi terhadap tugas dan rendah dalam hubungan kerja. Birokrat : gaya ini memberikan perhatian yang rendah terhadap tugas maupun hubungan.

2. Gaya tidak Efektif

Compromiser, dalam gaya ini pemimpin merupakan pembuat keputusan yang tidak efektif dan sering menemui masalah. Missionary, gaya ini memberikan perhatian tinggi pada hubungan kerja dan rendah pada tugas. Autocrat, gaya ini memberikan perhatian tinggi pada tugas dan rendah pada hubungan. Deserter, gaya ini memberi perhatian rendah pada tugas dan hubungan kerja.

c. Teori Kepemimpinan Situasional

Teori ini merupakan pengembangan dari model kepemimpinan tiga dimensi, yang berdasar pada hubungan antara tiga faktor yaitu perilaku tugas (task behavior), perilaku hubungan (relationship behavior), dan kematangan (maturity).

Dalam teori ini gaya kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan. Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam keempat tingkat kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan hubungan antara lain :

1. Gaya mendikte (telling)

Dalam gaya ini pimpinan dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana, kapan, dan dimana tugas dilakukan.

2. Gaya menjual (selling)

Dalam gaya ini anak buah memiliki kemampuan melakukan tugas, tapi belum didukung kemampuan yang memadai.

3. Gaya melibatkan diri (participating)

Dalam gaya ini anak buah mempunyai kemampuan tapi kurang memiliki kemauan tinggi. Gaya ini anak buah turut berperan dalam mengambil keputusan.

4. Gaya mendelegasikan (delegating)

Gaya ini anak buah dibiarkan melaksanakan kegiatan sendiri, melalui pengaswasan umum, jika anak buah berada pada tingkat kedewasaan tinggi.

6. Kepemimpinan dalam peningkatan kinerja

Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan. Setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan yang baik bagi pegawainya dan dia sendiri harus berbuat baik. Dalam rangka melaksanakan MBS, kepala sekolah sebagai pemimpin, harus memiliki kemampuan berkaitan pembinaan disiplin pegawai dan motivasi.

1. Pembinaan Disiplin

Disiplin merupakan suatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat terhadap wewenang, menanamkan kerjasama dan merupakan kebutuhan untuk berorganisasi, serta menanamkan rasa hormat kepada orang lain.

Strategi umum membina disiplin menurut Taylor dan User (1982) sebagai berikut :

Konsep diri, strateegi ini menekankan bahwa konsep diri setiap individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Ketrampilan berkomunikasi, pemimpin harus menerima semua perasaan pegawai dengan teknik komunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya. Dalam Konsekuensi logis, pemimpin disarankan menunjukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah sehingga membantu pegawai dalam mengatasi perilakunya, dan memanfaatkan akibat-akibat logis yang dialami dari perilaku yang salah.

Klarifikasi nilai, strategi ini dilakukan untuk membantu pegawai dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri. Latihan keefektifan pemimpin, metode ini bertujuan untuk menghilangkan metode represif dan kekuasaan. Terapi realistis, pemimpin perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.

2. Pembangkitan Motivasi

Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai faktor, motivasi merupakan faktor yang dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektifitas kerja. Setiap pegawai mempunyai karakteristik khusus, yang satu sama yang lain berbeda.

Untuk meningkatkan kinerja perlu diupayakan untuk membangkitkan motivasi para pegawai dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan membangkitkan motivasi. Motivasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan, tanpa motivasi tak ada kegiatan yang nyata.

Dari hal di atas, disimpulkan bahwa motivasi adalah keinginan yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu. Beberapa teori tentang motivasi :

a. Teori Maslow

Teori ini hierarki kebutuhan dapat digunakan untuk mendeteksi motivasi manusia. Maslow (1970) membagi kebutuhan manusia menjadi lima kategori kebutuhan yaitu physiological, safety, social, esteem, self actualization needs.

Kebutuhan fisiologis (physiological needs), merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi. Kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan yang mendorong individu memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari keadaan lingkungan.

Kebutuhan kasih sayang (belongingness and love needs), kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain. Kebutuhan akan rasa harga diri (esteem needs), kebutuhan ini terbagi dua bagian. Yaitu penghormatan/penghargaan dari diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization), merupakan yang paling tinggi dan akan muncul bila kebutuhan yang ada di bawahnya sudah terpenuhi dengan baik.

b. Teori Prestasi McCelland

Teori ini memusatkan pada satu kebutuhan, yakni kebutuhan berprestasi. McCelland mengatakan bahwa manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain.

3. Penghargaan

Penghargaan (reward) sangat penting untuk meningkatkan kegiatan yang produktif dan mengurangi kegiatan yang kurang produktif.

7. Status dan Peran Kepala Sekolah

Kepala sekolah selain memimpin penyelenggaraan pendidikan juga berperan sebagai pendidik, manager, administrator, supervisor, pemimpin, pembaharu, dan pembangkit minat. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0296 Tahun 1996, masa tugas kepala sekolah adalah 4 (empat) tahun yang dapat diperpanjang satu kali masa tugas.

8. Tugas Kepala Sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar