A. PENGERTIAN FILSAFAT
Adapun
Ali Mudhofir (1996) memberikan arti filsafat sangat beragam, yaitu sebagai
berikut.
1)
Filsafat sebagai suatu sikap
2)
Filsafat sebagai suatu metode
3)
Filsafat sebagai kelompok
persoalan
4)
Filsafat sebagai sekelompok
teori atau sistem pemikiran.
5)
Filsafat sebagai analisis logis
tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.
6)
Filsafat merupakan usaha untuk
memperoleh pandangan yang menyeluruh.
B. OBSERVASI FILSAFAT
1.
Objek Material Filsafat
Objek
material, yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu.
2.
Objek Formal Filsafat
Objek
formal, yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.
C. METODE FILSAFAT
Metode
ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Yang paling
penting dapat disusun menurut garis historis sedikitnya ada 10 metode, yaitu
sebagai berikut
Ø Metode Kritis: Socrates, Plato
Bersifat analisis istilah
dan pendapat.
Ø Metode Intuitif: Plotinus, Bergson
Dengan jalan instrospeksi
intuitif.
Ø Metode Skolastik: Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad
Pertengahan.
Bersifat sintetis-deduktif.
Ø Metode Geometris: Rene Descartes dan Pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal
kompleks.
Ø Metode Empiris: Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah
menyajikan pengertian benar.
Ø Metode Transendental: Immanuel Kant, Neo-Skolastik
Bertitik tolak dari tepatnya
pengertian tertentu.
Ø Metode Fenomenologis: HusserI, Eksistensialisme
Dengan jalan beberapa
pemotongan sistematis (reduction).
Ø Metode Dialektis: Hegel, Marx
Dengan jalan mengikuti
dinamik pikiran atau alam sendiri.
Ø Metode Neo-positivistis
Kenyataan dipahami menurut
hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu
pengetahuan positif (eksakta).
Ø Metode Analitika Bahasa: Wittgenstein
Dengan jalan analisa
pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan
filosofis.
1.
Metode Kritis dari Plato dan
Socrates
Metode ini bersifat praktis dan dijalankan dalam
percakapan-percakapan. Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia
menganalisis berbagai pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang.
2.
Metode Intuisi Dikembangkan
oleh Platinus dan Henri Bergson
Intuisi adalah naluri yang
telah mendapatkan kesadaran diri, yang telah diciptakan untuk memikirkan
sasaran serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas.
Prinsip metode Plotinus adalah harmoni, maksudnya
mengumpulkan banyak bahan dari beberapa filsuf lain kemudian dibanding-bandingkan
dan ditimbang-timbang kembali sehingga dapat diberi baru.
3.
Metode Skolastik dengan
Tokoh yang Terkenal ialah Artstoteles dan Thomas Aquinas.
4.
Metode Geometris dan Metode
Empiris
Thomas Hobbes telah
menyusun suatu sistem yang lengkap, ia berpangkal kepada empirise secara
konsekuen.
Sasaran ini dihasilkan
dengan perantaraan pengertian-pengertian: ruang, waktu, bilang dan gerak, yang
diamati pada benda-benda yang bergerak.
5.
Metode Transendental: Kant,
Meo-Skolastik
Ilmu pengetahuan alam
itu telah mengajar kita, bahwa perlu sekali terlebih dahulu secara kritis
menilai pengenalan atau tindakan mengenal itu sendiri.
6.
Metode Dialektis: Hegel,
Karl Marx
Struktur di dalam pikiran adalah sama dengan
proses genetis dalam kenyataan, maka metode dan teori atau sistem tidak dapat
dipisahkan.
Karena mengikuti dinamika di dalam pikiran dan kenyataan
itu, maka metode Hegel disebut netode dialektis.
7.
Metode Fenomenologi: Husserl
fenomenon yang berarti sesuatu yang tampak atau gejala. Fenomenologi adalah
suatu aliran yang mem-bicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri,
atau suatu aliran yang membicarakan tentang gejala.
8.
Metode Analitika Bahasa: Wettgenstein
Metode
ini dapat dinilai cukup netral sebab sama sekali tidak mengendalikan salah satu
filsafat. Keistimewaannya dalam metode ini ialah semua kesimpulan dan hasilnya
senantiasa didasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.
D. CIRI-CIRI FILSAFAT
- Menyeluruh
Artinya, pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri
dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu.
- Mendasar
Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan
dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan.
- Spekulatif
Artinya hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi
pemikiran selanjutnya.
E. ASAL DAN PERANAN FILSAFAT
- Asal Filsafat
Ada
tiga hal yang mendorong manusia untuk ber filsafat, yaitu sebagai berikut.
a. Keheranan
Pengamatan bintang-bintang,
matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki.
b. Kesangsian
Karena dunia ia penuh dengan
berbagai pendapat, keyakinan, dan interpretasi.
c. Kesadaran Akan Keterbatasan
Manusia mulai ber filsafat jika
ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah temtama bila dibandingkan
dengan alam sekelilingnya.
- Peranan Filsafat
Menyimak
sebab-sebab kelahiran fllsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya
fllsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama alam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan
yang telah diperankannya ialah sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing
a. Pendobrak
Kehadiran fllsafat telah
men-dobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral dan selama itu tidak
boleh diganggu-gugat.
b. Pembebas
Sesungguhnya, filsafat
telah, sedang, dan akan terus berupaya membebaskan manusia dari kekurangan dan
kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal.
c. Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia
dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing, manusia untuk
berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universal sambil
berupaya mencapai radix dan menemukan esensi suatu permasalahan.
F. KEGUNAAN FILSAFAT
Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang
mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak
dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi, filsafat membantu untuk
mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup
tanggungjawabnya. Kemampuan itu dipelajarinya dari duajalur; secara sistematik
dan secara historis.
G. PEMBAGIAN (CABANG-CABANG) FILSAFAT
1. Pembagian
atau Cabang Filsafat Menurut Para Ahli
Louis 0. Kattsoff menyebutkan bahwa cabang-cabang
filsafat adalahlogika, metodologi, metafisika, epistemologi, filsafat biologi,
filsafat psikologi, filsafat antropologi, filsafat sosiolosi, etika. estetika.
dan filsafat agama.
Logika adalah cabang filsafat
yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiraa kita.
Epistemologi adalah bagian
filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan,
asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
Etika adalah cabang filsafat
yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan
baik-buruk.
Estetika adalah cabang
filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Objek dan estetika adalah
pengalaman akan keindahan.
Metafisika adalah cabang
filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
BAB 2
FILSAFAT PENGETAHUAN
(EPISTOMOLOGI)
A. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Epistemologi
secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yangbenar dan lazimnya hanya
disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi theory of
knowledge.
1.
Logika Material
Dengan perkataan lain, apabila logika formal yang biasanya
disebut istilah logika begitu saja, berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan
bentuk pemikiran yang masuk akal, maka logika material berusaha untuk
menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya.
2.
Kriteriologia
Istilah kriteriologia berasal dari kata kriterium
yang berarti ukuran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan
benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu. Dengan demikian
kriteriologia merupakan, suatu cabang filsafat yang berusaha untuk menetapkan
benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang
kebenaran.
3.
Kritika Pengetahuan
Kritika pengetahuan menunjuk kepada suatu ilmu
pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusaha menentukan benar
tidaknya sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia.
4.
Gnoseologia
Gnoseologia berarti ilmu
pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan
mengenai hakikat pengetahuan, khususnya mengenai pengetahuan yang bersifat
keilahian.
5.
Filsafat Pengetahuan
Secara singkat dapat dikatakan filsafat pengetahuan
merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah
hakikat pengetahuan.
B. ARTI PENGETAHUAN
Pengetahuan
adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal
tentang sesuatu ada delapan hal penting
yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia
a.
Mengamati (observes)
b.
Menyelidiki (inquires)
c.
Percaya (believes)
d.
Hasrat (desires)
e.
Maksud (intends)
f.
Mengatur (organizes)
g.
Menyesmikan (adaptasi)
h.
Menikmati (enjoys)
C. TERJADINYA PENGETAHUAN
Masalah
terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi,
sebabjawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwama
pandangan atau paham filsafatnya.
1.
Pengalaman Indra (Sense
experience)
Bahwa pengalaman indra
merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap objek dari
luar diri manusia melalui kekuatan indra.
2. Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu
corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk
mendapat pengetahuan baru.
3. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan
yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.
4.
Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan
yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu
rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa
pengetahuan.
5. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang
disampaikan oleh Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya.
6. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu
kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
D. JENIS-JENIS PENGETAHUAN
Pengetahuan
non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang
tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi
syarat-syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah.
1.
Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Pengetahuan ini isinya
adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta
kenikmatan manusia yang berpengetahuan.
2. Pengetahuan Pistis (Substansial)
Pengetahuan ini adalah
pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal
yang dapat diindrai secara langsung.
3. Pengetahuan Dianoya (Matematik)
Dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah
matematik atau kuantitas entah luas, isi jumlah, berat yang semata-mata
merupakan kesimpulan dari hipotesis yang diolah oleh akal pikir karenanya
pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir.
4. Pengetahuan Noesis (Filsafat)
Pengetahuan tingkat
tertinggi disebut noesis, pengetahuan yang objeknya adalah arche
ialah prinsip-prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik.
Tujuannya adalah untuk
mencapai prinsip-prinsip utama yang isinya hal-hal yang berupa kebaikan,
kebenaran, dan keadilan.
E. ASAL-USUL PENGETAHUAN
1.
Aliran-aliran dalam pengetahuan
a.
Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal).
b.
Empirisme
Aliran ini berpendapat,
bahwa empiris atau perngalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik
pengetahuan yang batiniah maupun yang lahiriah.
c.
Kritisisme
Peranan pengalaman (empiris)
tampak jelas dalam pengetahuan aposteriorinya.
d.
Positivisme
Arti segala ilmu pengetahuan
adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Jadi kita hanya dapat
menyatakan atau mengkonstatir fakta-faktanya, dan menyelediki hubungan satu
dengan yang lain.
2.
Metode ilmiah
Metode ialah cara bertindak
menurut sistem. Adapun metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk
metode, aturan yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan.
Metode adalah suatu prosedur
atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.
a.
Metode Ilmiah yang bersifat
umum
Metode
analisis adalah cara penanganan terhadap barang sesuatu atau sesuatu objek
ilmiah tertentu dengan jalan memilah-memilahkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lainnya.
Metode
sintesis adalah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara menggabungkan
pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan
sesuatu pengetahuan yang baru.
Metode
deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan
menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat khusus berdasarkan atas
ketentuan hal-hal yang bersifat umum.
b.
Metode Penyelidikan Ilmiah
Metode
siklus-empiris ialah suatu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah
tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan yang penerapannya terjadi
di tempat yang tertutup, seperti di dalam laboratorium dan sebagainya.
3.
Sarana Berpikir Ilmiah
a.
Bahasa Ilmiah
Bahwa keunikan manusia
bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa.
b.
Logika dan Matematika
Logika dan matematika merupakan
dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya sebagai sarana
berpikir deduktif.
Logika lebih sederhana
penalarannya, sedang matematika sudah jauh lebih terinci, walaupun demikian
hukum-hukum matematika dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum logika, bahkan
menurut Bertrand Russel logika adalah masa muda matematika sedang matematika
adalah masa depan logika.
c.
Logika dan Statistika
Penalaran induktif dalam
bidang ilmiah yang bertitik tolak pada sejumlah hal khusus untuk sampai pada seuatu
penalaran dapatlah disusun sebagai berikut: observasi, dan ekperimen, hipotesis
ilmiah, verifikasi dan pengukuhan, teori dan hukum ilmiah.
BAB 3
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
A.
PENEGRTI FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu adalah
penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya.
Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
B.
OBJEK FILSAFAT ILMU
1.
Objek material adalah objek yag
dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu Ilmu, atau objek yag dipelajari oleh
suatu ilmu itu.
2.
Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut
pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
(esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem mandasar ilmu pengetahuan.
C.
LINGKUP FILSAFAT ILMU
MENURUT PARA FILSUF
1.
Peter Angeles
Telaah menegnai berbagai
konsep, praanggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan
penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.
2.
A. Cornelius Benjamin
Telaah mengenai metode ilmu,
lambang ilmiah, dan struktur logis dari sistem perlambangan ilmiah.
3.
Marx Wartofsky
Perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metodologi
ilmu.
4.
Ernest Nagel
Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu
D.
PROBLEMA FILSAFAT ILMU
Apakah konsep dasar dari
ilmu? Maksudnya bagaimana filsafat ilmu mencoba untuk menjelaskan praanggapan
dari setiap ilmu, dengan demikian filsafat ilmu dapat lebih menempatkan keadaan
yang tepat bagis etiap cabang ilmu. Dalam masalah ini filsafat lainnya yang
lebih utama adalah epistemologi atau filsafat pengetahuan dan metafisika.
E.
MANFAAT BELAJAR FILSAFAT
ILMU
Filsafat ilmu sebagai sarana
pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan
ilmiah.
Filsafat ilmu merupakan
usaha merefleksi, menguji, mengukir asumsi dan metode keilmuan.
Filsafat ilmu memberikan
pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
BAB 4
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN
A. ZAMAN PRA YUNANI KUNO
Pada zaman inimanusia masih
menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno
disebut Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahu.
Sebelum Masehi sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini (dalam Tim
Dosen filsafat Ilmu Fakutas Filsafat, 1996) antara lain:
a)
Alat-alat dari batu;
b)
Serttulang berulang hewan
c)
Sisa beberapa tanaman;
d)
Gambar di gua-gua;
e)
Tempat penguburam;
f)
Tulang berulang manusia purba.
B. ZAMAN YUNANI KUNO
Zaman Yunani kuno dipandang
sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebeasan untuk mengungkapkan ide-ide atau
pendapatnya.
Yunani pada masa itu
dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa waktu
tidak lagi mempercayai mitologi.
C. ZAMAN ABAD PERTENGAHAN
Zaman abad pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog,
dilapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuan pada
masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktifitas ilmiah terkait,
dengan aktifitas keagamaan. Semboyan yang semua berlaku bagi ilmu pada masa ini
adalah ancilla theologia atau abdi agama.
D. ZAMAN RENAISSEANCE
Zaman renaisseance ditandai sebagai era kebangkitan kembali
pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Zaman renaisseance ialah zaman
peralihan ketika kebudayaan Abad
Pertengahan mulai perubah menjadi suatu kebudayaan modren.
Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas.
E. ZAMAN MODERN
Zaman
modern ditandai dengan berbagai
penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern
sesungguhnya sudah di rintis sejak Zaman Zaman Renaisseance.
Seperti Rene
Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern.
BAB 5
PENEMUAN KEBENARAN
A.
CARA PENEMUAN KEBENARAN
Dari berbagai cara untuk menemukan
kebenaran dapat dilihat cara yang ilmiah dan yang nonilmial.
B.
DEFINISI KEBENARAN
Problematik tentang pengetahuan, merupakan masalah-masalah yang mengacu
pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.
C. JENIS-JENIS KEBENARAN
Kebenaran epistemologikal adalah pengertian kebenaran dalam hubungannya
dengan pengetahuan manusia. Adapun kebenaran dalam arti semantikal adalah
kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa.
D. SIFAT KEBENARAN
1) Kebenaran berkaitan dengan
kualitas pengetahuan.
2) Kebenaran dikaitkan dengan sifat
atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang
membangun pengetahuannya.
3) Kebenaran yang dikaitkan atas
ketergantungan terjadinya pengetahuan.
E. TEORI KEBENARAN DAN KEKHILAFAN
Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan
tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian diteruskan oleh
Aristoteles. Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup
lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal.
BAB 6
DEFINISI
DAN PENALARAN
A.
DEFINISI
Definisi ialah sebuah pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti
suatu term.Dalam definisi tersebut
manusia adalah difiniendum,dan
makhluk berakal adalah definiens.
a. Definisi nominalis
Definisi nominlis ialah
menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti.
b. Definisi realis
c. Definisi praktis
Definisi praktis ialah penjelasan tentang hal sesuatu ditinjau dari
segi penggunaan dan tujuannya yang sederhana.
B.
PENALARAN
a. Prinsip identitas
b. Prisip kontradiksi (
principium contradictionis )
c. prinsip eksklusi tertii (
principium exclusi tertii )
C.
SILOGISME KATEGORIS
Silogisme adalah proses menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi
dasar. Penyimpulan, satu menjadi kesimpulan. Silogisme kategoris berarti
argumen yang terdiri atas tiga proposisi kategoris yang saling berkaitan, dua
menjadi dasar penyimpulan (premis), satu menjadi kesimpulan yang ditarik
(konklusi).
D.
PROPOSISI MAJEMUK
Proposisi majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas dua bagian
yang dapat dinilai benar atau salah.
1.
Proposisi hipotetik
Proposisi hipotetik atau hipotetis adalah pernyataan yang terdiri
atas dua bagian yang hubungan kedua bagian itu adalah ketergantungan yang satu
sebagai antesenden (premis) yang satu sebagai konsekuen (kesimpulan).
2.
Proposisi Disjungtif
Proposisi ini ditandai dengan “atau”.
3.
Proposisi Konjungtif
Proposisi majemuk yang menegaskan bahwa 2 predikat dihubungkan
dengan subjek yang sama.
E.
SILOGISME MAJEMUK DAN DILEMA
1. Silogisme Disjungtif Inklusif
Silogisme
Disjungtif inklusif berbentuk Modus Tolendo Ponen ( MTP ), yaitu suatu
penyimpulan dengan cara mengingkari salah satu bagian disjungtif inklusif
sebagai premis mayor maka kesimpulannya adalah mengakui bagian yang lain.
2.
Silogisme Disjumgtif
Eksklusif
Silogisme Disjungtif
Eksklusif berbentuk Modus Ponendo Tolen ( MPT ) yaitu suatu penyimpulan dengan cara mengakui salah satu bagian disjungsi
eksklusif sebagai premis mayor maka kesimpulannya adalah mengingkari bagian
yang lain.
3. Silogisme Disjungtif
Alternatif
Silogisme Disjungtif Alternatif dapat
berbentuk MPT dan MTP. Misalnya: Benda x itu termasuk benda hidup atau mati.
Ternyata benda x itu benda hidup. Jadi, benda x itu pasti tidak mati. Bentuk
silogisme tersebut adalah MPT.
4.
Silogisme Hipotetis Kondisional
Silogisme Kondisional bisa Modus Ponendo
Ponen ( MPP ) dan Modus Tolendo Tolen ( MTT ).
5. Silogisme Hipotetis
Bikondisional
Silogisme Hipotetis Bikondisional
bisa MPP dan MTT.
F.
SESAT PIKIR
Sesat pikir juga terjadi karena bentuknya
tidak tepat atau tidak sahih. Kesesatan semikian itu adalah kesesatan formal.
Kesesatan formal terjadi karena pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika.
BAB 7
HUBUNGAN DAN PENALARAN ILMU
PENGETAHUAN TERHADAP
PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL
A.
ILMU DAN MASYARAKAT
Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan
dalam kehirupan sehari-hari belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat.
Ungkapan Aristoteles tentang ilmu “umat manusia menjamin urusannya untuk hidup
sehari-hari, barulah ia arahkan perhatiannya kepada ilmu pengetehuan”.
B.
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Bentuk jamak dari buddhi yang berarti
budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan hal-hal yang
bersangkutan dengan akal.
C.
PENGARUH TIMBAL-BALIK ANTARA ILMU DAN KEBUDAYAAN
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Untuk
mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu, ialah adanya suatu metode dan
mempergunakan sistem , mempunyai objek formal dan objek material. Karena
pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan , maka ilmu yang merupakan bagian dari
pengetahuan dengan sendirinya juga merupakan salah satu unsur kebudayaan.
D.
PERANAN ILMU TERHADAP PENGEMBANGAN KEBUSAYAAN NASIONAL
Peranan Ilmu terhadap Kebudayaan Nasional
Dalam pengembangan kebudayaan nasional nilai
kritis, rasional, logis, objektif, terbuka, menjunjung kebenaran san megabdi
secara nasional sangat diperlukan.
E. STRATEGI KEBUDAYAAN
1.
Fungsi Kebudayaan Nasional
Sebagai pesoman dalam membina persatuan dan
kesatuan bangsa bagi masyarakat majemuk Indonesia. Sebagai pedoman dalam
pengambilalihandan pengembangan ilmu dan teknologi modern.
2.
Strategi Kebudayaan di
Indonesia
Menurut Slamet Sutrisno ada lima langkah strategi, yakni sebagai berikut.
a. Akulturasi berartu percampuran dua
atau lebih kebudayaan yang dalam percampurannya masing-masing unsurnya lebih
tampak.
b. Progresivitas berarti maju.
c. Sistem pendidikan di Indonesia harus
mampu menanamkan kebudayaan sosial.
d. Kebijaksanaan bahasa nasional,
bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi di Indonesia, melalui bahasa nasional
tersebut telah dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dalam menunjang
persatuan
e. Sosialisasi Pancasila sebagai
dasar negara melalui Pendidikan Moral Pancasila di sekolah dasar, menengah, dan
mata kuliah pancasila di Perguruan Tinggi.
BAB 8
ETIKA KEILMUAN
A.
ANTARA ETIKA, MORAL, NORMA, DAN KESUSILAAN
Moral adalah pelbagai orang dalam kedudukan
yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama,
dan tulisan para bijak.Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Norma
adalah alat tukang kayu atau tukang batu yang berupa segitiga. Kesusilaan
adalah hasil suatu “menjadi” yang terjadi di dalam jiwa.
B.
PROBLEMA ETIKA ILMU PENGETAHUAN
Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi
membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai
pengaruh pada pro ses perkembangan lebih lanjut ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanggung jawab etis, merupakan sesuatu yang menyangkut kegiatan
maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C.
PENDEKATAN ONTOLOGIS
Ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
D.
PENDEKATAN EPISTEMOLOGI
Epistemologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau
kebenaran pengetahuan.
E.
PENDEKATAN AKSIOLOGI
Aksiologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari tentang nilai secara umum.
BAB 9
STRATEGI
PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA
A.
PENGERTIAN PARADIGMA
Paradikgma menurut Thomas S. Kuhn adalah
suatu asumsi dasar dan asumsi teoretis yang umum (merupakan suatu sumber
nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.
B.
LANDASAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, AXIOLOGIS, DAN ANTROPOLOGIS
PANCASILA
1.
Landasan Ontologis Pancasila
Pandangan
Ontolosi dari pancasila adalah Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil
(Damardjati Supadjar, dkk.,1996). Manusia memiliki susunan hakikat pribadi yang
monopluralis,yakni bertubuh-berjiwa, bersifat individu-mahluk sosial,
berkedudukan sebagai pribadi berdiri srndiri-mahluk Tuhan yang menimbulkan
kebutuhan kejiwaan dan religius, yang seharusnya secara bersama-sama dipelihara
dengan baik dalam kesatuan yang seimbang, harnonis, dan dinamis.
- Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi
adalah cabang filsafat yang menyelidiki secara kritis hakikat, landasan,
batas-batas, dan patokan kesahihan pengetahuan. Epistemologi Pancasila
dimaksudkan mencari sunber-sumber pengetahuan dan kebenaran dari Pancasila.
Pengetahuan
Empiris Pancasila bahwa pancasila merupakan cerminan dari masyarakat Indonesia pada
saat kelahirannya digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri. Pengetahuan
rasionalis pancasila bahwa Pancasila merupakan hasil perenungan yang mendalam
dari tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia
untuk mengarahkan kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara.
- Landasan Aksiologis Pancasila
Landasan
aksiologis Pancasila merujuk kepada nilai-nilai dasar yang terdapat di dalam Pembukaan
UUD 1945.
- Landasan Antropologis Pancasila
Filsafat antropologis
Pancasila memandang manusia sebagai monopluralis. Aktualisasi nilai filsafat
antropologis Pancasila dalam pambangunan diformulasikan dalam konsep
pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya.
C.
PANCASILA
SEBAGAI PARADIGMA PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Pembangunan
nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana yang
dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 .Pada hakikatnya Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan
harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Dalam
upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya
maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar