Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Senin, 21 Desember 2015

PENGANTAR ILMU FILSAFAT





A.    PENGERTIAN FILSAFAT
Adapun Ali Mudhofir (1996)  memberikan  arti filsafat sangat beragam, yaitu sebagai berikut.
1)      Filsafat sebagai suatu sikap
2)      Filsafat sebagai suatu metode
3)      Filsafat sebagai kelompok persoalan
4)      Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pemikiran.
5)      Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.
6)      Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh.

B.     OBSERVASI FILSAFAT
1.      Objek Material Filsafat
Objek material, yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu.
2.      Objek Formal Filsafat
Objek formal, yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.

C.    METODE FILSAFAT
Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.  Yang  paling penting dapat disusun menurut garis historis sedikitnya ada 10 metode, yaitu sebagai berikut
Ø  Metode Kritis: Socrates, Plato
Bersifat analisis istilah dan pendapat.



Ø  Metode Intuitif: Plotinus, Bergson
Dengan jalan instrospeksi intuitif.
Ø  Metode Skolastik: Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan.
Bersifat sintetis-deduktif.
Ø  Metode Geometris: Rene Descartes dan Pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks.
Ø  Metode Empiris: Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar.
Ø  Metode Transendental: Immanuel Kant, Neo-Skolastik
Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu.
Ø  Metode Fenomenologis: HusserI, Eksistensialisme
Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction).
Ø  Metode Dialektis: Hegel, Marx
Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri.
Ø  Metode Neo-positivistis
Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
Ø  Metode Analitika Bahasa: Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis.
1.      Metode Kritis dari Plato dan Socrates
            Metode ini bersifat praktis dan dijalankan dalam percakapan-percakapan. Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia menganalisis berbagai pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang.
2.      Metode Intuisi Dikembangkan oleh Platinus dan Henri Bergson
            Intuisi adalah naluri yang telah mendapatkan kesadaran diri, yang telah diciptakan untuk memikirkan sasaran serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas.
            Prinsip metode Plotinus adalah harmoni, maksudnya mengumpulkan banyak bahan dari beberapa filsuf lain kemudian dibanding-bandingkan dan ditimbang-timbang kembali sehingga dapat diberi baru.
3.      Metode Skolastik dengan Tokoh yang Terkenal ialah Artstoteles dan Thomas Aquinas.
4.      Metode Geometris dan Metode Empiris
            Thomas Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap, ia berpangkal kepada empirise secara konsekuen.
            Sasaran ini dihasilkan dengan perantaraan pengertian-pengertian: ruang, waktu, bilang dan gerak, yang diamati pada benda-benda yang bergerak.
5.      Metode Transendental: Kant, Meo-Skolastik
            Ilmu pengetahuan alam itu telah mengajar kita, bahwa perlu sekali terlebih dahulu secara kritis menilai pengenalan atau tindakan mengenal itu sendiri.
6.      Metode Dialektis: Hegel, Karl Marx
Struktur di dalam pikiran adalah sama dengan proses genetis dalam kenyataan, maka metode dan teori atau sistem tidak dapat dipisahkan.
            Karena mengikuti dinamika di dalam pikiran dan kenyataan itu, maka metode Hegel disebut netode dialektis.
7.      Metode Fenomenologi: Husserl
fenomenon yang berarti sesuatu yang tampak atau gejala. Fenomenologi adalah suatu aliran yang mem-bicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau suatu aliran yang membicarakan tentang gejala.
8.      Metode Analitika Bahasa: Wettgenstein
Metode ini dapat dinilai cukup netral sebab sama sekali tidak mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya dalam metode ini ialah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa didasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.
D.    CIRI-CIRI FILSAFAT
  1. Menyeluruh
            Artinya, pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu.
  1. Mendasar
            Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan.
  1. Spekulatif
            Artinya hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.

E.     ASAL DAN PERANAN FILSAFAT
  1. Asal Filsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk ber filsafat, yaitu sebagai berikut.
a.      Keheranan
Pengamatan bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki.
b.      Kesangsian
Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan, dan interpretasi.
c.       Kesadaran Akan Keterbatasan
Manusia mulai ber filsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah temtama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya.
  1. Peranan Filsafat
Menyimak sebab-sebab kelahiran fllsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya fllsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama  alam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperankannya ialah sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing

 a. Pendobrak
Kehadiran fllsafat telah men-dobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral dan selama itu tidak boleh diganggu-gugat.
b. Pembebas
Sesungguhnya, filsafat telah, sedang, dan akan terus berupaya membebaskan manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal.
c. Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing, manusia untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universal sambil berupaya mencapai radix dan menemukan esensi suatu permasalahan.

F.     KEGUNAAN FILSAFAT
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi, filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggungjawabnya. Kemampuan itu dipelajarinya dari duajalur; secara sistematik dan secara historis.

G.    PEMBAGIAN (CABANG-CABANG) FILSAFAT
1.      Pembagian atau Cabang Filsafat Menurut Para Ahli
            Louis 0. Kattsoff menyebutkan bahwa cabang-cabang filsafat adalahlogika, metodologi, metafisika, epistemologi, filsafat biologi, filsafat psikologi, filsafat antropologi, filsafat sosiolosi, etika. estetika. dan filsafat agama.
            Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiraa kita.
            Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
            Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk.
            Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Objek dan estetika adalah pengalaman akan keindahan.
            Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.

BAB 2 
FILSAFAT PENGETAHUAN
(EPISTOMOLOGI)

A.    PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yangbenar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi theory of knowledge.
1.      Logika Material
            Dengan perkataan lain, apabila logika formal yang biasanya disebut istilah logika begitu saja, berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, maka logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya.
2.       Kriteriologia
            Istilah kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu. Dengan demikian kriteriologia merupakan, suatu cabang filsafat yang berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran.
3.      Kritika Pengetahuan
            Kritika pengetahuan menunjuk kepada suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusaha menentukan benar tidaknya sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia.
4.      Gnoseologia
            Gnoseologia berarti ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan, khususnya mengenai pengetahuan yang bersifat keilahian.


5.      Filsafat Pengetahuan
            Secara singkat dapat dikatakan filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan.

B.     ARTI PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu ada delapan hal penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia
a.       Mengamati (observes)
b.      Menyelidiki  (inquires)
c.       Percaya (believes)
d.      Hasrat (desires)
e.       Maksud (intends)
f.       Mengatur (organizes)
g.      Menyesmikan (adaptasi)
h.      Menikmati (enjoys)

C.    TERJADINYA PENGETAHUAN
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebabjawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwama pandangan atau paham filsafatnya.
1.      Pengalaman Indra (Sense experience)
Bahwa pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.
2.      Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.


3.      Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.
4.      Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan.
5.      Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya.
6.      Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
D.    JENIS-JENIS PENGETAHUAN
Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah.
1.      Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang berpengetahuan.
2.      Pengetahuan Pistis (Substansial)
Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
3.      Pengetahuan Dianoya (Matematik)
Dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas entah luas, isi jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir.
4.      Pengetahuan Noesis (Filsafat)
Pengetahuan tingkat tertinggi disebut noesis, pengetahuan yang objeknya adalah arche ialah prinsip-prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik.
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip-prinsip utama yang isinya hal-hal yang berupa kebaikan, kebenaran, dan keadilan.
E.     ASAL-USUL PENGETAHUAN
1.      Aliran-aliran dalam pengetahuan
a.       Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal).
b.      Empirisme
Aliran ini berpendapat, bahwa empiris atau perngalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengetahuan yang batiniah maupun yang lahiriah.
c.       Kritisisme
Peranan pengalaman (empiris) tampak jelas dalam pengetahuan aposteriorinya.
d.      Positivisme
Arti segala ilmu pengetahuan adalah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Jadi kita hanya dapat menyatakan atau mengkonstatir fakta-faktanya, dan menyelediki hubungan satu dengan yang lain.
2.      Metode ilmiah
Metode ialah cara bertindak menurut sistem. Adapun metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metode, aturan yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan.
Metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.


a.       Metode Ilmiah yang bersifat umum
Metode analisis adalah cara penanganan terhadap barang sesuatu atau sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-memilahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya.
Metode sintesis adalah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru.
Metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat khusus berdasarkan atas ketentuan hal-hal yang bersifat umum.
b.      Metode Penyelidikan Ilmiah
Metode siklus-empiris ialah suatu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan yang penerapannya terjadi di tempat yang tertutup, seperti di dalam laboratorium dan sebagainya.
3.      Sarana Berpikir Ilmiah
a.       Bahasa Ilmiah
Bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa.
b.      Logika dan Matematika
Logika dan matematika merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya sebagai sarana berpikir deduktif.
Logika lebih sederhana penalarannya, sedang matematika sudah jauh lebih terinci, walaupun demikian hukum-hukum matematika dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum logika, bahkan menurut Bertrand Russel logika adalah masa muda matematika sedang matematika adalah masa depan logika.


c.       Logika dan Statistika
Penalaran induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak pada sejumlah hal khusus untuk sampai pada seuatu penalaran dapatlah disusun sebagai berikut: observasi, dan ekperimen, hipotesis ilmiah, verifikasi dan pengukuhan, teori dan hukum ilmiah.

BAB 3
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

A.    PENEGRTI FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.

B.     OBJEK  FILSAFAT ILMU
1.      Objek material adalah objek yag dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu Ilmu, atau objek yag dipelajari oleh suatu ilmu itu.
2.      Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.  Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mandasar ilmu pengetahuan.

C.    LINGKUP FILSAFAT ILMU MENURUT PARA FILSUF
1.      Peter Angeles
Telaah menegnai berbagai konsep, praanggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.
2.      A. Cornelius Benjamin
Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari sistem perlambangan ilmiah.
3.      Marx Wartofsky
Perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metodologi ilmu.
4.      Ernest Nagel
Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu


D.    PROBLEMA FILSAFAT ILMU
Apakah konsep dasar dari ilmu? Maksudnya bagaimana filsafat ilmu mencoba untuk menjelaskan praanggapan dari setiap ilmu, dengan demikian filsafat ilmu dapat lebih menempatkan keadaan yang tepat bagis etiap cabang ilmu. Dalam masalah ini filsafat lainnya yang lebih utama adalah epistemologi atau filsafat pengetahuan dan metafisika.

E.     MANFAAT BELAJAR FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengukir asumsi dan metode keilmuan.
Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.

BAB 4
SEJARAH  PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

A.    ZAMAN PRA YUNANI KUNO
Pada zaman inimanusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahu. Sebelum Masehi sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini (dalam Tim Dosen filsafat Ilmu Fakutas Filsafat, 1996) antara lain:
a)      Alat-alat dari batu;
b)      Serttulang berulang hewan
c)      Sisa beberapa tanaman;
d)     Gambar di gua-gua;
e)      Tempat penguburam;
f)       Tulang berulang manusia purba.

B.     ZAMAN YUNANI KUNO
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki  kebebeasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa waktu tidak lagi mempercayai mitologi.

C.    ZAMAN ABAD PERTENGAHAN
      Zaman abad pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog, dilapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktifitas ilmiah terkait, dengan aktifitas keagamaan. Semboyan yang semua berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama.


D.    ZAMAN RENAISSEANCE
      Zaman renaisseance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Zaman renaisseance ialah zaman peralihan ketika  kebudayaan Abad Pertengahan mulai perubah menjadi suatu kebudayaan modren.
      Manusia pada zaman ini adalah manusia  yang merindukan pemikiran yang bebas.

E.     ZAMAN MODERN
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah di rintis sejak Zaman Zaman Renaisseance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern.

BAB 5
PENEMUAN KEBENARAN

A.    CARA PENEMUAN KEBENARAN
Dari berbagai cara untuk menemukan kebenaran dapat dilihat cara yang ilmiah dan yang nonilmial.

B.     DEFINISI KEBENARAN
Problematik tentang pengetahuan, merupakan masalah-masalah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.

C.    JENIS-JENIS KEBENARAN
Kebenaran epistemologikal adalah pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. Adapun kebenaran dalam arti semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa.

D.    SIFAT KEBENARAN
1)      Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan.
2)      Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya.
3)      Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan.

E.     TEORI KEBENARAN DAN KEKHILAFAN
Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian diteruskan oleh Aristoteles. Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal.




BAB  6
DEFINISI DAN PENALARAN

A.    DEFINISI
      Definisi ialah sebuah pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti suatu term.Dalam definisi tersebut manusia adalah difiniendum,dan makhluk berakal adalah definiens.
      a. Definisi nominalis
            Definisi nominlis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti.
b. Definisi realis
c. Definisi praktis
      Definisi praktis ialah penjelasan tentang hal sesuatu ditinjau dari segi penggunaan dan tujuannya yang sederhana.

B.     PENALARAN
a. Prinsip identitas
b. Prisip kontradiksi ( principium contradictionis )
c. prinsip eksklusi tertii ( principium exclusi tertii )

C.    SILOGISME KATEGORIS
      Silogisme adalah proses menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar. Penyimpulan, satu menjadi kesimpulan. Silogisme kategoris berarti argumen yang terdiri atas tiga proposisi kategoris yang saling berkaitan, dua menjadi dasar penyimpulan (premis), satu menjadi kesimpulan yang ditarik (konklusi).

D.    PROPOSISI MAJEMUK
      Proposisi majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang dapat dinilai benar atau salah.


1.      Proposisi hipotetik
            Proposisi hipotetik atau hipotetis adalah pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang hubungan kedua bagian itu adalah ketergantungan yang satu sebagai antesenden (premis) yang satu sebagai konsekuen (kesimpulan).
2.      Proposisi Disjungtif
            Proposisi ini ditandai dengan “atau”.
3.      Proposisi Konjungtif
            Proposisi majemuk yang menegaskan bahwa 2 predikat dihubungkan dengan subjek yang sama.

E.     SILOGISME MAJEMUK DAN DILEMA
1.   Silogisme Disjungtif  Inklusif
Silogisme Disjungtif inklusif berbentuk Modus Tolendo Ponen ( MTP ), yaitu suatu penyimpulan dengan cara mengingkari salah satu bagian disjungtif inklusif sebagai premis mayor maka kesimpulannya adalah mengakui bagian yang lain.
2.      Silogisme Disjumgtif Eksklusif
Silogisme Disjungtif Eksklusif berbentuk Modus Ponendo Tolen ( MPT ) yaitu suatu penyimpulan dengan cara mengakui salah satu bagian disjungsi eksklusif sebagai premis mayor maka kesimpulannya adalah mengingkari bagian yang lain.
3.      Silogisme Disjungtif Alternatif
Silogisme Disjungtif Alternatif dapat berbentuk MPT dan MTP. Misalnya: Benda x itu termasuk benda hidup atau mati. Ternyata benda x itu benda hidup. Jadi, benda x itu pasti tidak mati. Bentuk silogisme tersebut adalah MPT.
4.      Silogisme Hipotetis Kondisional
Silogisme Kondisional bisa Modus Ponendo Ponen ( MPP ) dan Modus Tolendo Tolen ( MTT ).

5.      Silogisme Hipotetis Bikondisional
Silogisme Hipotetis Bikondisional bisa MPP dan MTT.

F.     SESAT PIKIR
Sesat pikir juga terjadi karena bentuknya tidak tepat atau tidak sahih. Kesesatan semikian itu adalah kesesatan formal. Kesesatan formal terjadi karena pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika.

























BAB 7
HUBUNGAN DAN PENALARAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP
PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL

A.        ILMU DAN MASYARAKAT
Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehirupan sehari-hari belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat. Ungkapan Aristoteles tentang ilmu “umat manusia menjamin urusannya untuk hidup sehari-hari, barulah ia arahkan perhatiannya kepada ilmu pengetehuan”.

B.         PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

C.        PENGARUH TIMBAL-BALIK ANTARA ILMU DAN KEBUDAYAAN
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu, ialah adanya suatu metode dan mempergunakan sistem , mempunyai objek formal dan objek material. Karena pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan , maka ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan dengan sendirinya juga merupakan salah satu unsur kebudayaan.

D.        PERANAN ILMU TERHADAP PENGEMBANGAN KEBUSAYAAN NASIONAL
Peranan Ilmu terhadap Kebudayaan Nasional
Dalam pengembangan kebudayaan nasional nilai kritis, rasional, logis, objektif, terbuka, menjunjung kebenaran san megabdi secara nasional sangat diperlukan.

E.    STRATEGI KEBUDAYAAN
1.                  Fungsi Kebudayaan Nasional
Sebagai pesoman dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa bagi masyarakat majemuk Indonesia. Sebagai pedoman dalam pengambilalihandan pengembangan ilmu dan teknologi modern.

2.                  Strategi Kebudayaan di Indonesia
Menurut Slamet Sutrisno ada lima langkah strategi, yakni sebagai berikut.
a.       Akulturasi berartu percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampurannya masing-masing unsurnya lebih tampak.
b.      Progresivitas berarti maju.
c.       Sistem pendidikan di Indonesia harus mampu menanamkan kebudayaan sosial.
d.      Kebijaksanaan bahasa nasional, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi di Indonesia, melalui bahasa nasional tersebut telah dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dalam menunjang persatuan
e.       Sosialisasi Pancasila sebagai dasar negara melalui Pendidikan Moral Pancasila di sekolah dasar, menengah, dan mata kuliah pancasila di Perguruan Tinggi.










BAB 8
ETIKA KEILMUAN

A.        ANTARA ETIKA, MORAL, NORMA, DAN KESUSILAAN
Moral adalah pelbagai orang dalam kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan para bijak.Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Norma adalah alat tukang kayu atau tukang batu yang berupa segitiga. Kesusilaan adalah hasil suatu “menjadi” yang terjadi di dalam jiwa.

B.         PROBLEMA ETIKA ILMU PENGETAHUAN
Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada pro ses perkembangan lebih lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab etis, merupakan sesuatu yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

C.        PENDEKATAN ONTOLOGIS
Ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.

D.        PENDEKATAN EPISTEMOLOGI
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.

E.         PENDEKATAN AKSIOLOGI
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum.




BAB 9
STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA

A.        PENGERTIAN PARADIGMA
Paradikgma menurut Thomas S. Kuhn adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoretis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

B.         LANDASAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, AXIOLOGIS, DAN ANTROPOLOGIS PANCASILA
1.      Landasan Ontologis Pancasila
Pandangan Ontolosi dari pancasila adalah Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil (Damardjati Supadjar, dkk.,1996). Manusia memiliki susunan hakikat pribadi yang monopluralis,yakni bertubuh-berjiwa, bersifat individu-mahluk sosial, berkedudukan sebagai pribadi berdiri srndiri-mahluk Tuhan yang menimbulkan kebutuhan kejiwaan dan religius, yang seharusnya secara bersama-sama dipelihara dengan baik dalam kesatuan yang seimbang, harnonis, dan dinamis.

  1.  Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki secara kritis hakikat, landasan, batas-batas, dan patokan kesahihan pengetahuan. Epistemologi Pancasila dimaksudkan mencari sunber-sumber pengetahuan dan kebenaran dari Pancasila.
Pengetahuan Empiris Pancasila bahwa pancasila merupakan cerminan dari masyarakat Indonesia pada saat kelahirannya digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri. Pengetahuan rasionalis pancasila bahwa Pancasila merupakan hasil perenungan yang mendalam dari tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia untuk mengarahkan kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara.

  1. Landasan Aksiologis Pancasila
Landasan aksiologis Pancasila merujuk kepada nilai-nilai dasar yang terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945.

  1. Landasan Antropologis Pancasila
Filsafat antropologis Pancasila memandang manusia sebagai monopluralis. Aktualisasi nilai filsafat antropologis Pancasila dalam pambangunan diformulasikan dalam konsep pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

C.          PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI 
Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana yang dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 .Pada hakikatnya Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).   

      
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar