Download Disini : http://www.ziddu.com/download/13303655/RestorasiMeiji.doc.html
Restorasi Meiji (明治維新 Meiji-ishin?), dikenal juga dengan sebutan Meiji Ishin, Revolusi, atau Pembaruan, adalah rangkaian kejadian yang menyebabkan perubahan pada struktur politik dan sosial Jepang. Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir Zaman Edo dan awal Zaman Meiji. Restorasi ini merupakan akibat langsung dari dibukanya Jepang kepada kedatangan kapal dari dunia Barat yang dipimpin oleh perwira angkatan laut asal AS, Matthew Perry.
Pembentukkan Aliansi Sat-cho, yaitu antara Saigo Takamori, pemimpin Satsuma, dengan Kido Takayoshi, pemimpin Choshu, adalah titik awal dari Restorasi Meiji. Aliansi ini dicetuskan oleh Sakamoto Ryoma, dengan tujuan melawan Keshogunan Tokugawa dan mengembalikan kekuasaan kepada Kaisar.
Keshogunan Tokugawa resmi berakhir pada tanggal 9 November 1867, ketika Shogun Tokugawa ke-15, Tokugawa Yoshinobu "memberikan kekuasaannya ke Kaisar" dan 10 hari kemudian mundur dari jabatannya. Titik ini adalah awal "Restorasi" kekuasaan imperial. Walau begitu, Yoshinobu masih tetap memiliki kekuasaan yang signifikan.
Kemudian pada Januari 1868, dimulailah Perang Boshin (Perang Tahun Naga), yang diawali Pertempuran Toba Fushimi, dimana tentara yang dipimpin Choshu dan Satsuma mengalahkan tentara mantan shogun, dan membuat Kaisar mencopot seluruh kekuasaan yang dimiliki Yoshinobu. Sejumlah anggota keshogunan melarikan diri ke Hokkaido dan mencoba membuat negara baru, Republik Ezo, tapi usaha ini digagalkan pada penyerbuan Hakodate, Hokkaido. Kekalahan tentara mantan shogun adalah akhir dari Restorasi Meiji; dimana semua musuh kaisar berhasil dihancurkan.
Pada 3 Februari 1867, Putra Mahkota Mutsuhito yang waktu itu berusia 15 tahun naik tahta untuk menggantikan ayahnya, Kaisar Kōmei. Nama zaman semasa Kaisar Meiji disebut zaman Meiji. Restorasi Meiji yang terjadi 1868 mengakhiri kekuasaan feodal Keshogunan Tokugawa.
Kebijakan dasar pemerintah Meiji dinyatakan dalam Sumpah Tertulis Lima Pasal tahun 1868. Isinya berupa pernyataan umum pemimpin Meiji dengan maksud mendorong moral dan dukungan keuangan bagi pemerintah yang baru. Isi kelima pasal tersebut ditafsirkan berbeda-beda, namun intinya kurang lebih adalah:
1. Pembentukan dewan secara luas di berbagai daerah, semua persoalan penting dimusyawarahkan bersama
2. Semua kalangan, atas dan bawah, harus bersatu dalam menjalankan urusan negara.
3. Rakyat biasa, begitu pula pejabat pusat dan militer, harus diperbolehkan untuk melakukan hal-hal yang diingini sehingga tidak mereka tidak bosan.
4. Kebijakan lama yang buruk ditinggalkan, dan semuanya dibiarkan berdasarkan hukum alam.
5. Pengetahuan harus dicari hingga ke seluruh dunia demi memperkuat fondasi kekuasaan kekaisaran.
Pemerintah Meiji memberi jaminan kepada kekuatan-kekuatan asing bahwa negaranya akan mematuhi perjanjian yang dibuat Keshogunan Tokugawa, dan menyatakan dirinya negaranya akan mematuhi hukum internasional.
Setelah penghapusan sistem domain, daimyo secara sukarela menyerahkan tanah kepemilikan dan catatan sensus mereka. Para daimyo mendapat tugas baru sebagai gubernur. Pemerintah pusat menanggung pengeluaran daerah dan membayar gaji samurai. Sistem domain (han) diganti menjadi sistem prefektur pada 1871, dan kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat. Pejabat dari bekas Domain Satsuma, Domain Chōshū, Domain Tosa, dan Domain Hizen ditugaskan mengisi pos-pos kementerian.
Profil
Toyotomi Hideyoshi adalah salah satu tokoh sejarah yang paling terkemuka di Jepang. Dalam waktu satu tahun setelah Nobunaga tutup usia, Hideyoshi berhasil menjadi pewaris kekuasaan Nobunga. Hideyoshi berhak menjadi pengganti Nobunaga walaupun pangkatnya pada waktu itu masih 3 sampai 4 tingkat di bawah. Alasannya, prestasi Hideyoshi di bidang politik dan militer dianggap sangat luar biasa dan tanpa tanding, mulai dari Insiden Honnōji, Penarikan Pasukan dari Chūgoku, Pertempuran Yamazaki, berkesempatan menghadiri Pertemuan Kiyosu, dan bertempur gagah berani dalam Pertempuran Shizugatake.
Hideyoshi sedikit demi sedikit kehilangan keseimbangan dan anggota keluarga yang harus mendukungnya kebanyakan justru bernasib malang. Ibunya yang bernama Ōmandokoro dan adik perempuannya yang bernama Putri Asahi harus menjadi tawanan Ieyasu. Hidenaga yang merupakan adik kandung laki-laki sekaligus pembantunya yang cerdas juga harus tutup usia dalam usia muda. Hideyoshi pernah memerintahkan hukuman mati untuk Hidetsugu yang masih keponakan sendiri berikut seluruh anggota keluarga.
Hideyoshi dan istri sahnya Kōdaiin tidak memiliki putra yang dapat mewariskan kekuasaan klan Hideyoshi. Hal ini berakibat fatal pada kesinambungan kekuasaan klan Hideyoshi, karena mewariskan wilayah kekuasaan ke tangan anak kandung merupakan strategi mempertahankan kekuasaan di zaman Sengoku. Ada pendapat lain yang mengatakan, seandainya sebelum tutup usia Hideyoshi memiliki anak kandung yang sudah dewasa, walaupun anak itu tidak secerdas ayahnya tapi Ieyasu mungkin tidak berkesempatan melakukan tindakan sewenang-wenang menghancurkan klan Hideyoshi.
Di akhir hayatnya, Hideyoshi menjadi diktator bertangan besi dan tidak secemerlang Hideyoshi di zaman Oda Nobunaga. Ada banyak pendapat yang mengatakan, walaupun pada akhirnya klan Hideyoshi dihancurkan oleh Ieyasu, Hideyoshi sebenarnya juga bertanggung jawab atas kehancuran klannya. Kalangan sejarawan berpendapat eksekusi Hidetsugu dan seluruh anggota keluarga serta invasi ke Joseon merupakan keputusan paling bodoh yang pernah dilakukan Hideyoshi.
Pada zaman Meiji hingga zaman Showa sebelum Perang Dunia II, Jepang melancarkan propaganda "memakmurkan negara dan memperkuat militer" (富国強兵政策 fukoku kyōhei seisaku?). Pemerintah Jepang antara lain mencoba menjadikan perjalanan hidup Toyotomi Hideyoshi dari kalangan bawah menjadi pejabat tinggi Kampaku Dajo Daijin sebagai panutan orang banyak. Kisah perjalanan hidup Hideyoshi kemudian ternyata banyak disukai orang. Konon ada dokumen zaman itu yang mengganti istilah Perang tahun Bunroku dan tahun Keichō (文禄・慶長の役 bunroku keichō no eki?) menjadi Penaklukan Joseon (朝鮮征伐 chōsen seibatsu?) dengan tujuan menakuti-nakuti musuh (pemimpin militer Joseon) dan menunjukkan kepada dunia bahwa Jepang adalah negara yang kuat.
Di Jepang, Hideyoshi dikagumi sebagai sosok yang menyenangkan dan bersahabat, lebih mementingkan kecerdasan dibanding kekuatan fisik dan selalu riang. Hideyoshi juga disukai rakyat sehingga mempunyai nama panggilan Taikō-san (nama jabatan ditambah kata "san") yang menunjukkan Hideyoshi dekat di hati rakyat. Pada zaman itu, pemimpin yang disegani tidak pernah disebut dengan panggilan akrab karena tidak mau keselamatan terancam.
Berdasarkan perjalanan hidup masing-masing tokoh, kisah-kisah yang banyak beredar umumnya menggambarkan Hideyoshi sebagai tokoh yang bersifat periang dan berpengetahuan luas, berlawanan dengan Nobunaga yang genius namun bersifat dingin dan Ieyasu yang suka berhati-hati tapi terus terang.
Hideyoshi sangat populer di berbagai daerah di Jepang. Museum Hideyoshi dibangun di tanah kelahirannya di distrik Nakamura Nagoya. Pawai orang dengan kostum Hideyoshi, Oda Nobunaga, dan Tokugawa Ieyasu diselenggarakan setiap tahun dalam perayaan Nagoya Matsuri. Hideyoshi juga sangat populer di Osaka, tempat yang pernah dijadikannya markas besar pemerintahan. Di kalangan pedagang di Osaka, Hideyoshi juga dianggap berjasa menjadikan Osaka sebagai kota perdagangan di zaman Edo.
Sampai saat ini, cerita tentang asal-usul Hideyoshi masih diselubungi tanda tanya. Ada pendapat yang mengatakan ayah Hideyoshi yang bernama Yaemon adalah bukan sekadar petani biasa. Konon ayah Hideyoshi sebenarnya tergabung dalam pasukan klan Oda sebagai prajurit Ashigaru (足軽?) (kelas paling bawah) yang di masa damai bekerja sebagai petani. Hideyoshi sebelum menikah tidak mempunyai nama keluarga. Hideyoshi baru pertama kali memakai nama keluarga dan menamakan dirinya Kinoshita Hideyoshi sesudah kawin dengan Nene (Kōdaiin). Jika memang benar dirinya seorang petani, ayah Hideyoshi seharusnya mempunyai nama keluarga. Pada saat itu, orang yang menyebut diri sebagai petani (biasanya memiliki tanah atau industri kecil) lazimnya menggunakan nama keluarga yang diambil dari nama kampung tempat tinggal. Petani zaman itu memiliki nama keluarga untuk membedakan anggota keluarganya dengan penduduk lain yang tinggal satu kampung. Hideyoshi tidak mempunyai nama keluarga sebelum menikah, sehingga tidak tertutup kemungkinan ayah Hideyoshi bukanlah dari kelas petani, melainkan dari kelas rakyat jelata yang berada di bawah kelas petani.
Ada beberapa penjelasan mengapa Hideyoshi sering dipanggil monyet. Ada coret-coretan yang bernada mengejek dibuat sewaktu Hideyoshi baru diangkat sebagai Kampaku. Konon Hideyoshi tidak jelas asal-usul keturunannya sehingga dijadikan barang tertawaan, "jangan-jangan Hideyoshi keturunan monyet." Alasan Hideyoshi dipanggil monyet mungkin bukan disebabkan tampangnya yang jelek, soalnya bukti Nobunaga memanggil Hideyoshi dengan sebutan monyet juga tidak pernah ditemukan. Hideyoshi memang pernah disebut sebagai tikus botak dalam satu pucuk surat yang ditulis Nobunaga kepada istri Hideyoshi (Nene), tapi sebutan ini hanya dipakai sekali dalam satu pucuk surat dan kabarnya bukan panggilan yang selalu digunakan oleh Nobunaga.
Hideyoshi dikenal sebagai seorang yang mempunyai tangan kanan berjari enam (ibu jempol tangan kanannya ada dua). Pada masa itu, jari yang berlebih biasanya dipotong sewaktu masih kanak-kanak, tapi tetap dibiarkan Hideyoshi.
Hideyoshi konon sangat dibenci di Korea karena pernah melakukan invasi ke Joseon. Kebalikannya, admiral Yi Sun-sin yang memimpin pasukan Joseon menjadi pahlawan nasional yang disanjung-sanjung di Korea.
Istana Himeji (bahasa Jepang: 姫路城, Himeji-jō) adalah sebuah istana yang terletak di kota Himeji, Prefektur Hyogo, Jepang. Menurut pembagian provinsi zaman dulu, istana ini terletak di Harima-no-kuni, Shikito-gun, Himeji. Pesona keindahan plesteran berwarna putih yang mendominasi tembok-tembok istana menjadikan Istana Himeji mempunyai sebutan lain "istana burung kuntul putih" (bahasa Jepang: 白鷺城, Shirasagi-jō). Istana Himeji merupakan salah satu contoh peninggalan arsitektur istana dari awal abad ke-17 yang paling penting.
Istana Himeji selalu luput dari bahaya api peperangan dan selamat dari kejatuhan istana di tangan musuh, sehingga menara utama dan bangunan-bangunan istana lainnya masih banyak yang tersisa. Pemerintah Jepang menetapkan 8 bangunan, antara lain menara utama, menara kecil, dan Watari-yagura yang ada di dalam kompleks istana sebagai pusaka negara. Selain itu, berjenis-jenis bangunan dengan total 74 bangunan di dalam kompleks istana (27 bangunan Yagura/Watari-yagura, 15 bangunan pintu gerbang, 32 bangunan tembok) ditetapkan sebagai warisan budaya yang penting.
Istana Himeji dinilai sebagai peninggalan budaya milik dunia yang sangat berharga, sehingga pada tahun 1993 UNESCO memasukkan Istana Himeji ke dalam daftar Situs Warisan Dunia untuk kategori warisan budaya.
Dari kejauhan terlihat indah dengan tembok-tembok istana berwarna putih, Istana Himeji sering dijadikan lokasi film dengan latar belakang sejarah Jepang zaman dulu. Istana ini juga sering dipakai sebagai lokasi pengganti untuk istana-istana lain seperti Istana Edo.
Istana Osaka
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Menara Utama Istana Osaka
Istana Osaka
Istana Osaka (大阪城 Ōsaka-jō?) adalah istana yang terletak di dalam Taman Istana Osaka, distrik Chuo-ku, kota Osaka, Jepang. Istana Osaka berada di ujung paling sebelah utara daerah Uemachi, menempati lokasi tanah yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah sekelilingnya.
Istana Osaka merupakan bangunan peninggalan budaya yang dilindungi oleh pemerintah Jepang. Menara utama Istana Osaka yang menjulang tinggi merupakan simbol kota Osaka.
Istana Osaka dimanfaatkan sebagai istana sekaligus benteng sejak zaman Azuchi Momoyama hingga zaman Edo. Istana Osaka yang ada sekarang terdiri dari menara utama yang dilindungi oleh dua lapis tembok tinggi yang dikelilingi oleh dua lapis parit, parit bagian dalam (Uchibori) dan parit bagian luar (Sotobori). Air yang digunakan untuk mengaliri parit istana diambil dari Sungai Yodo mengalir di sebelah utara Istana Osaka.
Menurut orang Jepang zaman dulu, Istana Osaka (大坂城; Ōsaka-jō atau Ōzaka-jō) berada di provinsi Setsu (nama zaman dulu untuk Osaka dan sekelilingnya), wilayah Higashinari Goori, Osaka. Sesuai dengan penggantian karakter Kanji yang digunakan untuk menulis kota Osaka dalam bahasa Jepang, nama Istana Osaka sekarang ditulis sebagai 大阪城 (Ōsaka-jō).
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Sejarah
o 1.1 Istana Osaka Generasi Pertama
o 1.2 Istana Osaka Generasi Kedua
o 1.3 Istana Osaka Generasi Ketiga
• 2 Peninggalan bersejarah
• 3 Pranala luar
[sunting] Sejarah
Pada tahun 1496, pendeta Buddha yang bernama Rennyo membangun rumah kediaman pendeta di lokasi yang bernama Osaka (tanjakan besar). Pendeta Rennyo yang mempunyai banyak pengikut kemudian memperluas rumah kediamannya menjadi kuil besar bernama Osaka Honganji (Ishiyama Honganji).
Di zaman Sengoku (tahun 1583), Oda Nobunaga membangun istana di lokasi yang menempati reruntuhan kuil Osaka Honganji. Pada waktu itu, benteng utama (Honmaru) yang dibangun dari batu-batu besar diselesaikan dalam waktu satu setengah tahun. Istana ini kemudian dinamakan Istana Osaka. Pada abad ke-17, pemukiman penduduk yang berlokasi di sekitar Istana Osaka berkembang menjadi sebuah kota, yang kemudian menjadi semakin luas hingga dijadikan sebuah prefektur di abad ke-19.
[sunting] Istana Osaka Generasi Pertama
Pembangunan Istana Osaka generasi pertama memakan waktu 15 tahun, dimulai tahun 1583 dan selesai tahun 1598. Pembangunannya dimulai oleh Toyotomi Hideyoshi sewaktu Hideyoshi masih merupakan bawahan Oda Nobunaga.
Pada saat itu, Istana Osaka jauh lebih luas dibandingkan dengan Istana Osaka yang ada sekarang. Toyotomi Hideyoshi berkuasa setelah Oda Nobunaga tutup usia dan menjadikan Istana Osaka sebagai pusat pemerintahan. Toyotomi Hideyoshi tidak tinggal di Istana Osaka, melainkan di tempat-tempat kediamannya yang ada di Kyoto: Jurakudai (yang juga disebut Jurakutei) dan Istana Fushimi.
Menurut catatan oleh daimyo yang bernama Otomo Sorin (1530-1587), Istana Osaka merupakan bangunan istana yang paling megah tiada banding pada zaman itu, menara utamanya terdiri dari 5 tingkat yang atapnya dilapisi dengan emas. Sebelum Toyotomi Hideyoshi meninggal, pembangunan Istana Osaka diteruskan dengan pengembangan wilayah Ninomaru, Sannomaru, Sogamae (pertahanan paling luar Istana Osaka yang berupa bangunan tembok dari tanah yang dikeraskan), dan penggalian 3 lapis parit sebagai pertahanan istana.
Setelah Toyotomi Hideyoshi meninggal karena usia lanjut pada tahun 1599, Hideyoshi digantikan oleh puteranya yang bernama Toyotomi Hideyori yang pindah dari Istana Fushimi ke Istana Osaka yang baru saja selesai. Pada saat itu Tokugawa Ieyasu mendirikan pemerintahan yang disebut Keshogunan Togukawa yang bertentangan dengan Toyotomi Hideyori yang memerintah provinsi Setsu. Dalam Pertempuran Musim Dingin Osaka tahun 1614, Tokugawa Ieyasu memimpin serangan besar-besaran menyerbu Toyotomi Hideyori yang hanya mampu bertahan di dalam Istana Osaka.
Dalam perjanjian perdamaian dengan Tokugawa Ieyasu, Toyotomi Hideyori yang kalah perang, setuju untuk menghancurkan Sannomaru, Sogamae dan parit lapis ketiga yang melindungi Istana Osaka. Berdasarkan perjanjian ini, pertahanan istana berupa parit luar (sotobori) yang ada di daerah Ninomaru juga harus diuruk sehingga Istana Osaka tidak dapat lagi digunakan untuk perang, sehingga yang tersisa hanyalah parit dalam (uchibori) dan benteng utama (Honmaru) saja.
Toyotomi Hideyori kemudian berusaha kembali membangun pertahanan militer di Istana Osaka yang dianggap Tokugawa Ieyasu melanggar perjanjian damai yang telah disetujui. Pada tahun berikutnya, Tokugawa Ieyasu mengirim pasukan besar-besaran untuk menghancurkan Toyotomi Hideyori dalam Pertempuran Musim Panas Osaka tahun 1615.
[sunting] Istana Osaka Generasi Kedua
Tempat Toyotomi Hideyori dan Ibundanya ditemukan tewas bunuh diri
Istana Osaka jatuh pada Pertempuran Musim Panas Osaka di tahun 1615 dan Toyotomi Hideyori ditemukan tewas bunuh diri bersama-sama dengan ibundanya yang bernama Yodo dono. Tokugawa Ieyasu kemudian menghancurkan Istana Osaka yang baru saja selesai dibangun.
Sisa-sisa Istana Osaka beralih ke tangan Matsudaira Tadaaki yang merupakan cucu Tokugawa Ieyasu. Pemerintahan daerah pada zaman kekuasaan Keshogunan Tokugawa sebagian besar didelegasikan kepada para daimyo, tetapi mengingat nilai strategis Istana Osaka, Keshogunan Tokugawa menjadikan wilayah Osaka dan sekitarnya pada tahun 1619 sebagai wilayah Tenryo (wilayah yang diperintah langsung oleh pemerintah pusat).
Pada tahun 1620, pembangunan Istana Osaka dimulai kembali oleh Tokugawa Hidetada (1579 - 1632) dengan gambar rancangan yang baru. Sebagai anak ketiga dari Tokugawa Ieyasu, Tokugawa Hidetada lebih banyak dikenal sebagai shogun kedua mengikuti jejak ayahnya yang merupakan shogun pertama Jepang.
Pembangunan kembali Istana Osaka dilakukan dalam 3 tahap dengan memobilisasi 64 daimyo untuk merekonstruksi bangunan istana berikut tembok-tembok benteng yang dibuat dari potongan-potongan batu berukuran raksasa. Semua sisa-sisa fondasi istana dan parit generasi pertama yang dibangun pada era Toyotomi Hideyoshi dihancurkan dan ditimbun lagi dengan tanah baru, sehingga Istana Osaka dibangun kembali di tempat yang lebih tinggi.
Rekonstruksi istana memakan waktu 10 tahun (1620-1629). Menara utama dibuat menjadi lebih tinggi dengan maksud untuk menghapus semua kenangan rakyat pada Toyotomi Hideyoshi. Luas istana juga berkurang menjadi tinggal seperempatnya. Konon untuk membangun kembali Istana Osaka dan tembok-tembok yang mengelilinginya diperlukan 500.000 batu-batu dalam berbagai jenis dan ukuran. Pembangunan menara utama berhasil diselesaikan pada tahun 1626, tetapi pada tahun 1665 terbakar habis akibat disambar petir.
Penguasa Istana Osaka adalah shogun Tokugawa, tetapi berhubung pemerintah Tokugawa berkedudukan di Edo, istana sehari-harinya diperintah oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh shogun. Pejabat pelaksana pemerintahan istana disebut Osaka-jō Dai yang dipilih dari daimyo paling senior (fudai daimyo) dan bergaji tinggi (taishin). Di bawah pejabat Osaka-jō Dai terdapat dua orang pejabat yang disebut Osaka Teiban dan 4 orang pejabat Osaka Kaban yang berfungsi sebagai pemelihara keamanan.
Sebelum jatuhnya Keshogunan Tokugawa pada Pertempuran Toba-Fushimi tahun 1868 yang sekaligus menandai akhirnya zaman Edo, shogun Tokugawa yang memimpin pasukan Keshogunan Tokugawa sempat mundur ke Istana Osaka sebelum akhirnya melarikan diri ke Edo dengan menggunakan perahu.
Bangunan indah yang terdapat di dalam Istana Osaka yang bernama Honmaru Goten (Istana di Benteng Utama) dibakar habis pada pada zaman restorasi Meiji. Sisa-sisa Istana Osaka yang masih ada kemudian dikuasai oleh pemerintah baru Meiji.
[sunting] Istana Osaka Generasi Ketiga
Pemerintah Meiji menggunakan kawasan di dalam reruntuhan Istana Osaka sebagai fasilitas militer dan rakyat biasa dilarang masuk. Pada tahun 1928, walikota Osaka pada saat itu yang bernama Seki Hajime mengusulkan agar Istana Osaka dibangun kembali. Dari hasil sumbangan penduduk Osaka terkumpul uang sebanyak 1.500.000 yen yang digunakan untuk memindahkan fasilitas divisi IV angkatan darat Jepang dan membangun menara utama.
Pada tahun 1931, Istana Osaka dibangun kembali dengan menggunakan beton bertulang baja. Walaupun bangunannya berada di atas fondasi istana yang dibangun di zaman Tokugawa, menara utama Istana Osaka dibuat semirip mungkin dengan gambar asli Istana Osaka yang dibangun Toyotomi Hideyoshi.
Proyek pemugaran menara utama Istana Osaka merupakan proyek pemugaran istana yang pertama dilakukan di zaman Showa. Dari lantai 1 sampai lantai 4, dinding menara utama Istana Osaka menggunakan plesteran warna putih gaya zaman Tokugawa, sedangkan lantai 5 menggunakan pernis warna hitam gaya zaman Toyotomi yang berhias gambar harimau dan burung Jenjang dari lembaran kertas emas. Setelah menara utama selesai dibangun, di dalamnya dijadikan museum barang-barang peninggalan bersejarah Toyotomi Hideyoshi.
Pada Perang Dunia II, empat bangunan Yagura di wilayah Ninomaru terbakar habis tapi untungnya bangunan menara utama selamat dari serangan udara. Dalam serangan udara yang terjadi pada hari-hari menjelang berakhirnya Perang Dunia II, bom jenis 1 ton yang banyak dijatuhkan di sekitar Istana Osaka menjadikan Istana Osaka dan daerah sekitar stasiun kereta api Kyobashi menjadi lautan api. Penumpang kereta api yang berusaha menyelamatkan diri juga tidak luput menjadi korban. Foto akibat serangan udara yang diambil dari atap kantor cabang surat kabar Mainichi yang diberi judul "Asap Hitam Tebal Membubung dengan Latar Belakang Menara Utama Istana Osaka" menjadi foto klasik yang terkenal dengan judul "Pertempuran Musim Panas Osaka" (Ōsaka natsu no jin) untuk mengingatkan orang pada pertempuran besar-besaran pada musim panas 1615 antara pasukan Toyotomi Hideyori dan pasukan Tokugawa Ieyasu.
Pada tahun 1948 sesudah zaman pendudukan selesai, Istana Osaka dikembalikan ke pemerintah Jepang dan mulai direstorasi. Parit luar dan daerah luas yang ada disekeliling Istana Osaka dijadikan taman bernama Taman Istana Osaka. Pada tahun 1950 setelah angin topan Jane kembali merusak Istana Osaka, pemerintah Jepang mulai serius melakukan proyek restorasi dan penelitian secara ilmiah. Pada tahun 1959, penggalian arkeologi berhasil menemukan sisa-sisa reruntuhan bangunan zaman Toyotomi Hideyoshi.
Penyelesaian proyek restorasi Istana Osaka memakan waktu 3 tahun, dimulai tahun 1995 dan selesai tahun 1997, yang antara lain membangun fasilitas lift untuk penyandang cacat, orang lanjut usia dan rombongan wisatawan.
Menara utama Istana Osaka yang ada sekarang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Jika dibandingkan dengan menara utama yang dibangun pada zaman Toyotomi atau zaman Tokugawa, menara utama yang dibangun di zaman Showa merupakan bangunan menara utama yang paling panjang umur.
Walaupun pastinya terletak di dalam lingkungan taman atau di sekitar Istana Osaka yang ada sekarang, sampai saat ini letak sebenarnya dari istana generasi pertama yang dibangun oleh Toyotomi Hideyoshi masih belum diketahui. Istana Osaka generasi pertama mungkin ada di sekitar parit luar (sotobori), di bawah jalan raya, atau di bawah tanah kompleks perkantoran Osaka Business Park (OBP) yang tidak terjangkau penggalian arkeologi.
[sunting] Peninggalan bersejarah
Pintu Gerbang Ōtemon. Di atasnya terdapat Tamon Yagura
Menara pengawas Sengan Yagura
• Pintu Gerbang Otemon
Di sudut sebelah barat daya Ninomaru, terdapat Pintu Gerbang Otemon (Gerbang Besar) yang merupakan pintu masuk utama ke seluruh kompleks istana. Menara pengawas yang ada di atas Pintu Gerbang Otemon disebut Tamon Yagura. Di sebelah utara Tamon Yagura terdapat menara pengawas bertingkat dua Sengan Yagura dengan gaya arsitektur zaman Tokugawa.
Batu Gurita (Takoishi)
• Pintu Gerbang Bunga Sakura (Sakuramon)
Sakuramon adalah pintu gerbang ke bagian selatan benteng utama (Honmaru) yang diperkuat tembok batu yang di atasnya terdapat menara pengawas (Yagura). Pintu gerbang Sakuramon merupakan contoh pintu gerbang bergaya Masugata, karena dikelilingi tembok di empat sisi, mirip dengan tempat beras (bahasa Jepang: Masu). Pintu gerbang Sakuramon juga merupakan hasil rekonstruksi karena bangunan aslinya habis terbakar pada zaman restorasi Meiji.
Tembok yang ada di sebelah utara dibangun dari batu-batu berukuran raksasa. Batu yang terbesar berukuran 59,4 meter persegi yang disebut Takoishi (Batu Gurita). Takoishi merupakan batu terbesar yang pernah digunakan dalam membangun tembok istana di Jepang. Selain batu Takoishi, juga terdapat batu-batu besar lain, seperti batu yang diberi nama Furisodeishi (Batu Kimono Lengan Panjang Anak Perempuan).
• Ichiban Yagura dan Rokuban Yagura
Di depan pintu gerbang Sakuramon terdapat jembatan yang menjembatani parit kering (Karahori) yang memisahkan Honmaru dan bagian selatan Ninomaru. Di zaman Tokugawa, terdapat 7 menara pengawas (Yagura) yang ada di setiap sudut wilayah Ninomaru, tapi sekarang hanya tinggal dua menara pengawas yang ada: Ichiban Yagura (menara pengawas nomor 1) dan Rokuban Yagura (menara pengawas nomor 6).
• Sumur Kinmeisui
Di samping menara utama Istana Osaka terdapat sumur tua bernama Kinmeisui yang dalamnya 33 meter. Sampai saat ini, sumur Kinmeisui masih terus mengeluarkan air dan tak pernah kering. Konon di dasar sumur dulunya diletakkan kepingan-kepingan emas yang berfungsi sebagai penawar racun, kalau-kalau ada musuh yang berusaha untuk meracuni air sumur.
Menara Pengawas Inui (Inui Yagura)
• Taman Nishinomaru
Di bagian sebelah barat Ninomaru terdapat area yang disebut Nishinomaru. Dulunya, Taman Nishinomaru yang terdapat di sebelah selatan Ninomaru merupakan rumah tinggal pegawai istana. Di musim semi, Taman Nishinomaru sangat terkenal dengan bunga Sakura jenis Someiyoshino. Di dalam Taman Nishinomaru terdapat bekas gudang mesiu (Ensho Gura) dan menara pengawas bernama Inui Yagura (dibangun tahun 1620) yang merupakan bangunan tertua yang terdapat di Istana Osaka.
• Wilayah Ninomaru dan Jembatan Gokurakubashi
Jembatan Gokurakubashi yang ada di atas Parit Dalam (Uchibori) merupakan tempat berfoto favorit para wisatawan yang baru saja sampai di Istana Osaka. Jembatan ini menghubungkan wilayah Yamazatomaru (yang ada di sebelah barat Honmaru) dengan Ninomaru. Di bagian timur Ninomaru terdapat Taman Bunga Plum yang memiliki lebih dari seribu batang pohon dari 80 jenis pohon Plum. Di awal Januari sampai Maret di saat bunga Plum mekar, taman ini ramai dikunjungi wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan dan harumnya bunga Plum.
Dampak Kebijakan Politik Isolasi (Sakoku) yang Dijalankan oleh Pemerintah Tokugawa
Diposkan oleh wha1 on 13 Nov 2010
Pemerintahan keshogunan Tokugawa Jepang sejak tahun 1639 telah menjalankan politik isolasi (sakoku) hampir selama 200 tahun. Pada saat itu, demi menciptakan keberlangsungan pemerintahan yang dipimpin oleh klan Tokugawa, pemerintah Bakufu memberlakukan sistem keshogunan yang semua shogunnya merupakan saudara sedarah dari klan Tokugawa, dan menetapkan kebijakan Sankin Kotai. Kebijakan Sankin Kotai tersebut menetapkan bahwa setiap shogun harus menetap secara bergantian di Edo (ibukota Jepang pada masa itu, sekarang bernama Tokyo) selama satu tahun dan meninggalkan anak-istri mereka sebagai jarahan politik di Edo.
Saat itu Jepang sedang mengalami krisis ekonomi akibat pesatnya pertumbuhan penduduk, pemberontakan para petani, dan adanya upacara ritual untuk penghormatan kepada shogun yang menghamburkan uang negara.
Pada saat yang bersamaan, banyak kapal-kapal dagang dari Barat yang mendesak untuk berlabuh di pelabuhan Jepang -agar pelabuhan Jepang dibuka sebagai pelabuhan persinggahan dan perdagangan- seperti kapal dagang VOC yang menuju Indonesia, kapal Portugis, Belanda, Inggris, dan kapal-kapal dari negara lainnya. Tetapi pemerintah Bakufu tidak mengabulkan permintaan tersebut dan malah memperketat penjagaan di daerah sekitar pelabuhan agar kapal dagang asing tidak masuk ke Jepang. Hanya kapal dagang dari Belanda saja yang diperbolehkan untuk berlabuh di pelabuhan pulau Dejima. Melalui pelabuhan tersebut pemerintah Bakufu malah dapat mengontrol dan memonopoli perdagangan dengan luar negeri. Melalui kapal dagang Belanda ini pula banyak buku-buku barat dimasukkan -terutama buku Belanda- dan akhirnya Tokugawa Yoshimune (Shogun Tokugawa ke-8) mengizinkan secara resmi pengimporan buku-buku barat yang kemudian banyak diterjemahkan kedalam bahasa Jepang, dan ilmu yang mempelajari ilmu dari Belanda ini dinamakan Rangaku. Di pihak lain, Studi Nasional (Kokugaku) yang tengah dijalankan oleh para cendekia Jepang, telah mempertebal semangat nasionalisme Jepang dengan Tennou (Kaisar Jepang) sebagai simbolnya.
Kerasionalitasan ilmu Barat dan ketradisionalitasan Kokugaku yang berakar pada Kojiki (catatan kuno sejarah Jepang tentang silsilah Tennou) dan kepercayaan Shinto yang berusaha mengembalikan pemikiran penghormatan kepada Tennou telah menyebabkan terjadinya kebangkitan gerakan anti-Bakufu. Pada masa inilah akhirnya Pemerintah Tokugawa tumbang dan berganti dengan terjadinya Restorasi Meiji yang mempelopori proses pembukaan diri Jepang terhadap Barat dan negara-negara lainnya.
DAMPAK DARI KEBIJAKAN SAKOKU
Kebijakan Sakoku yang telah dijalankan hampir selama 200 tahun itu telah membuat Jepang menjadi suatu negara yang mempunyai ciri khas negaranya sendiri yang menonjol. Sesuai dengan apa yang telah penulis telaah, terdapat 4 dampak yang terjadinya akibat diberlakukannya kebijkan Sakoku, yaitu sebagai berikut :
1. Terbentuknya identitas nasional Jepang
Politik Isolasi selama lebih dari 200 tahun ini ternyata telah berhasil membangun Jepang dengan identitas masyarakat feodal yang kuat sebagai identitas masyarakat Jepang, dan kebudayaan Jepang telah mengalami proses kematangan pada masa isolasi ini.
2. Mencegah Jepang dari perang-perang besar
Selama diberlakukannya politik isolasi ini, karena yang bertindak sebagai penguasa di Jepang adalah keturunan Tokugawa, maka tidak terjadi perang-perang besar antara klan yang satu dengan lainnya seperti yang telah terjadi pada masa pemerintahan sebelum Tokugawa.
3. Terciptanya rasa Nasionalisme yang tinggi di diri masyarakat Jepang
Jepang menganut sistem kepercayaan Shinto yang berpusat pada pemujaan terhadap Tennou, dan perkembangan Studi Nasional (Kokugaku) telah mempertebal semangat nasonalisme Jepang dengan Tennou sebagai simbolnya.
4. Terjadi banyak ketertinggalan Jepang dari bangsa Barat
Pada masa bangsa Barat telah maju dalam bidang industrialisasi, Jepang masih merupakan negara feodal terbelakang.
sumber : Dari berbagai buku
di 07.04
ZAMAN KAMAKURA (1192 M – 1333 M)
KEADAAN ZAMAN
Setelah keluarga Taira yang dipimpin Kiyomori, mengalahkan keluarga Minamoto yang dipimpin Yoshitomo, semua keluarga Minamoto dibunuh kecuali Yoritomo dan Yoshitsune (keduanya masih kecil). Mereka tidak dibunuh karena ibu Yoshitsune dijadikan selir oleh Kiyomori. Karena peperangan tersebut, Kiyomori menggantikan kedudukan keluarga Fujiwara di Kyōto.
Yoshitsune
Yoritomo Pada tahun 1180 M Yoritomo membentuk markas di Kamakura dan punya banyak pengikut. Yoshitsune juga membantunya untuk mengalahkan keluarga Taira. Tahun 1185 M Yoritomo menyuruh Yoshitsune dan Kiso Yoshinaka untuk menyerang keluarga Taira. Terjadi pertempuran di Dan no Ura. Dalam pertempuran tersebut Yoshitsune mengalahkan keluarga Taira. Kemenangan Yoshitsune tersebut ternyata menimbulkan iri hati pada Yoritomo. Akhirnya Yoshitsune dibunuh.
Yoritomo menguasai Jepang dengan sistem pemerintahan militer (pemerintahan Bakufu) dan mendirikan pusat pemerintahan di Kamakura (Hal inilah yang menyebabkan penamaan zaman ini dinamakan zaman Kamakura). Saat itu ada 2 macam pemerintahan yaitu pemerintahan sipil dan agama yang dipimpin oleh oleh Tennō yang ada di Kyoto dan pemerintahan militer (bakufu) yang dipimpin oleh Yoritomo yang ada di Kamakura.
Tahun 1185 M Yoritomo memberikan tanah kepada kaum militer yang aktif berperang dan menjadikan mereka sebagai pengikutnya (Gokenin). Gokenin yang berpotensi dijadikan Shugo (kepala polisi di daerah) dan Jittō (pengawas tanah yang bertugas mengumpulkan pajak). Tahun 1192 M Yoritomo mendapat gelar Sei-i-tai-Shōgun (=Jendral yang menundukkan orang-orang liar. Orang liar di sini adalah bangsa Ainu yang keberadaannnya semakin terpinggirkan) dan sejak saat itu dimulailah pemerintahan Bakufu yaitu pemerintahan militer yang dipimpin oleh Shōgun . Shugo dan Jittō yang diangkat dari keluaga dan pengikut dari Yoritomo mulai menghapus sistem Shōen (tanah pribadi yang bebas pajak). Akhirnya Shugo menguasai daerah propinsi dan menjadi kepala daerah dengan sebutan Daimyō. Mereka membentuk prajurit-prajurit bersenjata yang disebut Samurai. Para Daimyō semakin berkuasa dan pemerintah Bakufu semakin lemah.
Setelah Yoritomo meninggal tahun 1199, kekuasaan Bakufu bergeser ke keluarga Hōjō (keluarga asal istri Yoritomo yaitu Masako). Tahun 1256, Tokimune (usia 6 tahun) menjadi kaisar. Selama pemerintahannya dua kali Jepang diserang oleh pasukan Kubilai Khan (tahun 1274 M dan 1281 M). Para Gokenin yang ikut berperang tidak mendapatkan balas jasa yang cukup. Gokenin merasa tidak puas dan tidak lagi mengikuti pemerintahan Bakufu.
Tahun 1333 M, Tennō Godaigo yang melihat lemahnya Bakufu ini, memanggil para Gokenin yang tidak puas terhadap keluarga Hōjō untuk menjatuhkan Bakufu. Tokoh yang berjasa dalam perebutan kekuasaan itu adalah Ashikaga Takauji, Kibatake Chikafusa, Kusonoki Masahige dan Niita Yoshida. Dengan jatuhnya Bakufu Kamakura maka berakhirlah zaman Kamakura.
KEBUDAYAAN
Zaman Kamakura merupakan zaman dimulainya sistem pemerintahan feodal (Hōkenseido). Sistem pemerintahan seperti ini baru dapat diakhiri setelah zaman Edo. Oleh karena itu kebudayaan pada masa itu adalah kebudayaan feodal. Inti dari sistem feodal tersebut adalah pengelolaan tanah dikerjakan oleh petani dan pemilik tanah menggunakan tenaga Bushi (Samurai) sebagai alat pemeras petani agar mereka terus bekerja dan membayar pajak yang tinggi.
Pada zaman ini lahir golongan prajurit yang disebut Samurai, sehingga pada zaman ini muncul dua orang pembuat pedang yang terkenal yaitu Masamune dan Muramasa. Adanya Samurai juga melahirkan suatu etika atau ajaran hidup yang disebut Bushidō. Misalnya berani mati, berani menghadapi bahaya, menjunjung tinggi tanah air, setia kepada pemimpin, dll. Bushido memberikan pedoman kepada setiap tingkah laku dalam pergaulan di masyarakat, termasuk cara berbicara, memberi hormat, mempertahankan kehormatan, dsb. Harakiri (bunuh diri dengan memotong perut) dianggap perbuatan yang mulia untuk menjunjung kehormatan.
PENINGGALAN
Kehidupan kaum militer pada zaman ini juga melahirkan sastra yang melukiskan peperangan kaum militer yang disebut Gunki Monogatari, salah satunya yang paling terkenal adalah Heike Monogatari yang melukiskan bangkit dan jatuhnya keluarga Taira.
Dari segi arsitektur, banyak dibuat patung Buddha (dari batu, kayu, perunggu, tembaga). Patung yang paling terkenal adalah Daibutsu di Kamakura. Patung ini dibuat dari tembaga dan tingginya 15 meter. Arsitektur pada zaman ini lebih mementingkan keindahan yang struktural dari pada yang bersifat hiasan. Misalnya di gerbang depan kuil Todaiji yaitu patung Niō (Kongōrikishi). Di zaman ini banyak pula dibuat lukisan gulung (emaki) seperti Genji Monogatari Emaki, Mōkoshūrai Emaki.
Pada zaman ini muncul juga Buddha aliran Zen. Aliran Zen cocok dengan kepribadian kaum militer karena aliran ini mengajarkan kedisiplinan batin dengan meditasi Zen (Zazen).
Tanaman teh juga mulai masuk ke Jepang dan menggantikan sake yang memabukkan.
Niō-zō (kongōrikishi)
Daibutsu di Kamakura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar