Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Senin, 20 Desember 2010

SISTEM PERIODIK DAN SIFAT-SIFAT UNSUR

Download Disini : http://www.ziddu.com/download/13054317/unsurkomplitrumit.doc.html

3.1. Sistem Periodik Pertama
Sistem periodik (atau disebut juga susunan berkala) pertama kali disusun oleh dua ilmuwan, yaitu Dmitri Mendeleev dan Julius Lothar Meyer. Mendeleev mempresentasikan sistem periodiknya pada awal tahun 1869, sedangkan Meyer baru mempublikasikannya pada akhir tahun yang sama. Sehingga, Dimitri Mendeleev dianggap sebagai penyusun sistem periodik pertama di dunia.

Gambar 3.1. Sistem Periodik Mendeleev
Mendeleev menyusun unsur – unsur berdasarkan penambahan massa atom (nomor massa). Pada saat itu, ia menemukan bahwa unsur – unsur dengan interval periode tertentu memiliki sifat mirip. Misalnya unsur Li, Na, dan K, bila direaksikan dengan Cl akan membentuk senyawa – senyawa LiCl, NaCl, dan KCl, yang semuanya larut dalam air. Hal serupa juga terjadi pada Be, Mg, dan Ca, yang membentuk BeCl2, MgCl2, dan CaCl2, dengan unsur Cl. Mendeleev meletakkan unsur – unsur dengan sifat mirip tersebut dalam satu kolom vertikal yang disebut golongan (group).
Mendeleev menyadari masih banyak unsur – unsur lain yang belum ditemukan saat itu. Karena itu ia memberikan ruang kosong dalam sistem periodiknya, agar unsur – unsur baru dapat dimasukkan.



3.2. Sistem Periodik Modern
Tidak seperti sistem periodik Mendeleev, sistem periodik modern disusun berdasarkan penambahan nomor atom. Nomor atom inilah yang menentukan sifat kimia dan fisika dari suatu unsur. Susunan sistem periodik modern dapat dilihat pada gambar 2.2. Baris horisontal disebut sebagai periode, yang dinyatakan dengan angka arab. Kolom vertikal disebut sebagai golongan (group). Sistem penamaan golongan ada 3 macam :
a) Sistem Amerika (US)  menggunakan angka romawi dan huruf
b) Sistem Eropa  menggunakan angka romawi dan huruf
c) Sistem IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry)  menggunakan angka arab
Perbedaan sistem Amerika dan Eropa dapat dilihat pada gambar 3.2.






Gambar 3.2. Sistem Periodik Modern
Pada gambar 3.2., sistem penamaan Eropa ditulis dengan tinta merah, sistam Amerika ditulis dengan tinta hitam, sedangkan sistem IUPAC ditulis dalam tanda kurung. Unsur – unsur golongan 1,2,13 – 18 disebut sebagai unsur golongan utama (representative elements). Unsur – unsur golongan 3 – 12 disebut sebagai unsur transisi (transitions elements). Golongan Lantanida dan Aktinida disebut unsur transisi dalam (inner transitions elements).

Beberapa golongan mempunyai nama tersendiri, misalnya golongan 1 dan 2 disebut golongan logam alkali dan alkali tanah. Golongan 17 disebut sebagai golongan halogen, sedangkan golongan 18 disebut sebagai golongan gas mulia.
Hampir semua unsur dalam sistem periodik adalah logam. Pada gambar 2.2, unsur dengan latar belakang kuning adalah unsur non logam, abu – abu adalah unsur logam, dan merah adalah unsur metaloid. Golongan Lantanida dan Aktinida dinyatakan dengan latar belakang biru muda.

3.3. Sifat – Sifat Unsur dalam Golongan
3.3.1. Unsur Logam
Lebih dari 70% unsur dalam sistem periodik adalah logam. Unsur logam umumnya memiliki penampilan yang mengkilat, dan hampir semua logam (kecuali merkuri atau Hg) berupa padatan pada suhu ruang dengan titik didih yang tinggi. Logam dapat dibentuk dengan cara dipukul dan diregang tanpa putus. Sifat ini disebut sebagai sifat mampu tempa (malleability). Selain itu, logam juga dapat ditarik ke arah yang berlawanan. Sifat ini disebut keuletan (ductility). Kemampuan logam untuk ditempa sangat penting dalam pekerjaan pandai besi atau pembuatan perhiasan dari emas maupun perak. Sedangkan sifat ulet sangat berperan dalam industri pembuatan kawat. Logam memiliki konduktifitas panas dan listrik yang tinggi, sehingga banyak digunakan dalam alat-alat listrik.
Logam – logam transisi merupakan unsur berwarna gelap yang sangat banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari. Penambangan mineral yang megandung bijih besi, tembaga, dan nikel merupakan industri besar di dunia. Logam transisi memiliki keistimewaan pada sub kulit d yang tidak terisi penuh. Hal inilah yang menyebabkan adanya sifat – sifat paramagnetis, ferromagnetis, dan katalitik pada logam transisi. Katalis logam transisi sangat berpengaruh dalam berbagai industri kimia.
Golongan logam lain adalah logam alkali dan alkali tanah. Logam – logam alkali bersifat lunak, bertitik leleh rendah, dan sangat reaktif terhadap oksigen dan air. Logam alkali umumnya berwarna putih dan membentuk senyawaan yang larut dalam air. Dibandingkan dengan alkali, logam – logam alkali tanah memiliki titik leleh, titik didih, dan kerapatan yang lebih besar.

3.3.2. Unsur Non Logam
Unsur non logam bersifat tidak menghantarkan listrik (insulator). Golongan 17 (VIIA) disebut sebagai golongan halogen atau salt former. Bila direaksikan dengan logam, halogen akan membentuk senyawa yang disebut sebagai halida. Ion – ion halida merupakan kandungan terpenting dari air laut. Pada suhu kamar, Flour (F) dan Klor (Cl) berupa gas, Brom (Br) berupa cairan, dan Yodium (I) merupakan padatan. Halogen merupakan oksidator kuat.

3.3.3. Unsur Metaloid (Semimetal)
Unsur-unsur metaloid memiliki sifat di antara unsur logam dan non logam. Unsur-unsur metaloid bersifat semi konduktor (pada gambar 3.2. ditunjukkan dengan latar belakang merah). Semi konduktor merupakan penghantar listrik lunak pada suhu kamar. Namun pada suhu tinggi, semi konduktor memiliki kemampuan menghantarkan listrik yang lebih baik dari pada logam.

3.4. Reaksi Unsur Logam-Non Logam
Reaksi antara unsur logam dan non logam menghasilkan senyawa ionik. Pada reaksi ini, unsur logam akan melepas elektron, membentuk ion positif atau kation. Sedangkan unsur non logam akan menerima elektron dan membentuk ion negatif atau anion. Contoh reaksi ini adalah pembentukan NaCl.
2Na(s) + Cl2(g)  2NaCl(s)
Unsur Na dengan nomor atom 11 akan melepas 1 elektron membentuk ion Na+ (why?), sedangkan unsur Cl dengan nomor atom 17 akan menerima 1 elektron membentuk ion Cl- (why?). Senyawa yang dihasilkan pada reaksi ini bermuatan netral.
Senyawa ionik bersifat getas (why?) dan larut dalam air. Dalam bentuk padat, senyawa ionik tidak dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan lelehan ionik merupakan konduktor listrik. Senyawa-senyawa ionik umumnya mempunyai titik leleh yang tinggi.

3.5. Reaksi Unsur Non Logam-Non Logam
Reaksi antara unsur-unsur non logam melibatkan molekul-molekul bermuatan netral. Reaksi unsur-unsur non logam menghasilkan senyawa yang disebut sebagai senyawa molekular. Contoh senyawa molekular adalah senyawa organik, seperti CO2, NH3, SO2, dll.
Senyawa molekular tidak bersifat getas dan kebanyakan hanya larut dalam pelarut-pelarut organik (non air). Senyawa-senyawa molekular bukan penghantar listrik yang baik dan kebanyakan memiliki titik leleh yang rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar