Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Kamis, 02 Desember 2010

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN, FAKTOR INDIVIDU, DAN FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI OBAT FARMASI ANTARA APOTEK DI KABUPATEN SUKOHARJO DAN APOTEK DI KOTA SURAKARTA

Download Disini : http://www.ziddu.com/download/12785129/MUSLICHAH.pdf.html

Muslichah
M. Wahyuddin
Syamsuddin
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jalan A. Yani, Tromol Pos 1, Pabelan, Surakarta 57102
ABSTRACT
To respond the condition of competitive market and the impacts, factory has to
change the strategy in marketing. Because of it, it needs analizing what factor that
influences the custemer in decision to buy the medicine. Because the cost and the time
are limited in the research, so the research is done only about factor of circle individual,
communication has influent to decision to buy medicine. The formulation of problem in
this research is do the circle, individual, and marketing of communication influence the
custemer to buy madicine of pharmacy. This research has aim to know how far the
variable of circle, induvidual, and marketing of communication to decision to buy
medicine of pharmacy, while the hypothesis is estmieted there is a significant influent
between variable of circle, individual, and marketing of communication to variable
decision to buy. In logistics test here there are two variable because the test is done in
two places, those are pharmacy in the Surakarta regency with 77 respondents and
pharmacy in Surakarta prajamunicipality with 70 respondents.The value negelkerkel R2
= 0,768 it means variable of circle (X1), individual (X2) and marketing of communication
(X3) can explain the variety of decision to buy (Y) 76,8% and 23% explained by variables
out of model. The value hosmer and lemenshow test (X2) = 0,747 > 0,05 it means that
the model used in the of research is fit or suitable with the date of research from the date
of analysis gotten that variable of circle (X1) is significant to probability 0,041 to variable
of individual (X2) is significant to probability 0,036, it shows that the parsial variable of
circle (X1), variable of individual (X2), variable of marketing of communication (X3)
influence decision to buy medicine at pharmacy in surakarta regency. While the result of
research in prajamunicipality shows value negelkerke R2 = 0,885 it means that variable
of circle (X1), variable of individual (X2), and variable of marketing communication (X3)
influence the decision to buy (Y) 88,5% and 12,5% influenced by the other variable out
of those variable hosmer and lemeshow test (X1) = 0,153 > 0,05 it means that the model
used in the research is fit with the date of research. While in the research the significant
of level ( )used is 10% (0,10), so the variable has influence if the value of probability >
0,10 from the date of analysis gotten, that variable of circle (X1) is significant to
probability 0,067, to variable of individual (X2) is significant to probability 0,037 and
variable of marketing of communication (X3) is significant to probability 0,077 , it shows
that the partial of variable of circle (X1), individual (X2), marketing of communication (X3)
influence the decision to buy medicine in pharmacy at Surakarta regency.
Key word: competitive market, promotional mix, negelkerke.
A. PENDAHULUAN
Surakarta sebagai kota tujuan pemasaran obat menunjukkan persaingan yang
semakin kompetitif. Hal itu terlihat dengan semakin banyaknya apotek di wilayah Kota
Surakarta. Apotek tersebut biasanya menyediakan produk dari berbagai perusahaan.
Para pemilik apotek berharap agar konsumen memilih untuk membeli obat yang disukai.
Fakta seperti ini menunjukkan bahwa kompetisi yang terjadi sangat ketat sehingga
setiap perusahaan perlu usaha-usaha khusus agar tetap mampu bersaing.
Merespons kondisi pasar yang semakin kompetitif dan dampak-dampaknya,
perusahaan atau badan usaha harus selalu mengubah strategi dalam pemasaran.
Sehubungan dengan itu, maka perlu dianalisis faktor apa saja yang mempengaruhi
konsumen dalam mengambil keputusan membeli obat. Penelitian yang dilakukan ini
hanya difokuskan pada sejauh mana faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor
komunikasi mempunyai pengaruh terhadap keputusan membeli obat.
Definisi faktor lingkungan adalah hal (: keadaan, peristiwa) yang ikut
menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sesuatu (Alwi, 2002:239). Lingkungan
diartikan sebagai semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan.
Lingkungan dapat berupa tiga hal. Pertama, lingkungan alam, keadaan (: kondisi,
kekuatan) sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organissasi.
Kedua, lingkungan kebudayaan, keadaan sistem nilai budaya, adat istiadat dan cara
hidup masyarakat yang mengelilingi kehidupan seseorang. Ketiga, lingkungan sosial,
kekuatan masyarakat serta berbagai sistem norma di sekitar individu atau kelompok
manusia yang mempengaruhi tingkah laku mereka dan interaksi antara mereka (Alwi,
2002: 526).
Individu berasal dari kata latin, individuum yang berarti ‘yang tidak terbagi’. Kata
individu merupakan sebutan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak
dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan (Ahmadi, 2003: 95). Adapun, arti leksikal individu adalah orang seorang,
pribadi orang (:terpisah dari yang lain) secara fisiologi ia bersifat bebas sehingga tidak
mempunyai hubungan organik dengan sesamanya (Alwi, 2002:329).
Berdasarkan konsep tersebut faktor individu dapat diartikan sebagai hal atau
keadaan yang melekat pada pribadi orang secara fisiologi. Jadi, faktor individu yang
berhubungan dengan perilaku konsumen adalah kekuatan yang melekat pada
konsumen yang mempengaruhi keputusan membeli. Kekuatan yang melekat pada
konsumen secara individu tersebut sebagai faktor-faktor yang ada dalam diri individu
atau konsumen. Kekuatan individu terdiri dari pengalaman belajar dan memori (learning
and memory), kepribadian dan konsep diri (personality and self concept), motivasi dan
keterlibatan (motivation and involvement), sikap (attitude), dan gaya hidup (life style)
(Amirullah, 2002:36).
Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada
publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Konsep
yang umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang disebut
sebagai bauran promosi (promotional mix). Disebut bauran promosi karena biasanya
pemasar sering menggunakan berbagai jenis promosi secara simultan dan terintegrasi
dalam suatu rencana promosi produk.
Bauran promosi terdiri dari iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal
selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas
(publicity and public relation), dan pemasaran langsung (direct marketing) (Kotler,
2000:101).
Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.
Menurut Kotler (1997:162) ada lima tahap proses keputusan pembelian. Pertama,
analisis atau pengenalan kebutuhan, yaitu proses membeli dimulai dengan pengenalan
kebutuhan, di mana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli
merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
Kedua, pencarian informasi, yaitu apabila dorongan konsumen kuat dan produk
yang dapat mernuaskan ada dalam jangkauan konsumen kemungkinan akan
membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau
melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber, yaitu: (Kotler (1997:163)
yang terdiri dari sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan sumber
pengalaman.
Ketiga,evaluasi alternatifm yakni pemasaran harus mengetahui mengenai
evaluasi alternatif, bagaimana konsumen mengolah informasi sampai pada pemilihan
merek. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen.
Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan
atribut produk. Untuk kamera, atribut produk mungkin mencakup mutu gambar,
kemudahan menggunakan, ukuran kamera, harga, dan atribut lain. Kedua, konsumen
akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut
kebutuban dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan
mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai di mana posisi setiap
merek pada setiap atribut. Himpunan keyakinan mengenai merek tertentu dikenal
sebagai citra merek. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan
bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap
terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang
menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan
keputusan pembelian.
Keempat, keputusan membeli, artinya dalam tahap evaluasi, konsumen
membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya,
keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua
faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor
pertama adalah sikap orang lain dan yang kedua adalah faktor situasi yang tidak
diharapkan.
Kelima, perilaku pasca pembelian, artinya tahap dari proses keputusan pembeli.
Konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa
puas atau tidak puas. Pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian
terletak pada hubungan antara harapan konsumen dan prestasi yang diterima dari
produk. Apabila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas. Apabila
memenuhi harapan, konsumen merasa puas. Apabila melebihi harapan, konsumen
akan merasa amat puas.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Proses pengambilan
keputusan konsumen tidak bisa terjadi dengan sendirinya, sebaliknya masalah
kebudayaan, demografis, sosial, individu (karakteristik pribadi), dan psikologis secara
kuat mempengaruhi proses keputusan tersebut (http://manbisnis.tripod.corn. 2005).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variabel lingkungan, individu,
dan bauran pemasaran pada pelanggan jamu PT Deltomed Wonogiri menghasilkan
pengaruh ketiga variabel tersebut sebesar 23,8%. Dalam hal ini variabel yang paling
dominan mempengaruhi adalah faktor individu (Dalima, 2004:41).
Kemudian Rastini (2001) yang meneliti tentang factor-faktor yang
mempengaruhi keputusan menginap di hotel berbintang tiga yang mengemukakan ada
sepuluh faktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan, personal traits, kondisi fisik, sosial
dan referensi, produk, promosi, budaya, harga, individu, dan proses.
Dari uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini, yakni apakah variabel faktor lingkungan, faktor
individu, dan faktor komunikasi pemasaran mempengaruhi konsumen memutuskan
membeli obat farmasi. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh variabel faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor komunikasi pemasaran
terhadap keputusan membeli obat farmasi.
Adapun manfaat penelitian ini adalah: pertama, sebagai acuan penentuan
langkah ke depan tentang bagaimana cara meningkatkan keberhasilan suatu usaha
atau untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dibenahi untuk meningkatkan
keberhasilan suatu perusahaan atau badan usaha. Kedua, memberikan bukti empirik
tentang pengaruh faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor komunikasi pemasaran
terhadap preferensi konsumen dalam melaksanakan keputusan pembelian. Ketiga,
sebagai bahan masukan untuk memperbaiki metode pemasaran agar menjadi lebih
efektif dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk
maksud dan tujuan yang berkaitan dengan penelitian ini dan penelitian selanjutnya.
B. METODE PENELITIAN
1. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen obat-obatan farmasi di apotek
Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. Pengertian sampel adalah sebagian dari
populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili
keseluruhan populasi (Djarwanto, 1998:108).
Berdasarkan pendapat di atas, maka jumlah sampel yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah sebanyak 147 konsumen obat-obatan farmasi. Penentuan sampel
sebesar 147 sudah sangat mencukupi dari ketentuan-ketentuan di atas.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan
pembelian. Stanton (1996:165) mengemukakan keputusan pembelian merupakan
proses dalam pembelian nyata setelah melalui tahap-tahap sebelumnya. Setelah
melakukan evaluasi atas sejumlah alternatif maka konsumen dapat memutuskan
apakah suatu produk akan dibeli atau diputuskan untuk tidak dibeli sama sekali.
Indikator yang digunakan adalah apakah konsumen memutuskan untuk membeli atau
tidak membeli.
b. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor
lingkungan (X1). Faktor lingkungan adalah hal (: keadaan, peristiwa) yang ikut
menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu (Alwi, 2002:239). Kemudian, faktor
individu (X2). Factor individu dapat diberi pengertian sebagai hal (: keadaan) yang
melekat pada pribadi orang secara fisiologi. Jadi, faktor individu yang berhubungan
dengan perilaku konsumen adalah kekuatan yang melekat pada konsumen yang
mempengaruhi keputusan membeli (Amirullah, 2002: 36). Ketiga, faktor komunikasi (X3).
Factor komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada
public terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk dipasar.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini responden diminta menyatakan pendapatnya atau
persepsinya atas pertanyaan yang diberikan melalui empat pilihan yaitu: Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Adapun pengukurannya menggunakan pengukuran ordinal untuk menghindari
jawaban netral atau ragu-ragu maka hanya ada empat alternatif jawaban yang akan
digunakan dan diberi skor 1- 4. Untuk perhitungannya adalah sebagai berikut.
Kecenderungan membeli obat sangat tinggi (4); kecenderungan membeli obat
tinggi (3); kecenderungan membeli obat sedang (3); dan kecenderungan membeli obat
rendah (1). Klafisikasi dibedakan menjadi empat kategori meskipun akhirnya nanti dari
keempat klasifikasi ini dikategorikan menjadi ya dan tidak, yaitu dari nilai di atas mean
kemudian diberikan skor membeli atau ya atau (1), sedangkan dari nilai di bawah mean
kemudian diberikan skor tidak membeli atau tidak atau (0).
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode survei dan wawancara. Metode survei adalah pengambilan
sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk
pengumpulan data. Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung pada responden melalui percakapan.
5. Teknik Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis ini tidak menggunakan pengujian secara sistematis dan statistik.
Dimaksudkan hanya untuk menggambarkan angka-angka responden dari objek
penelitian yang diperoleh dari hasil analisis deskriptif.
b. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Sedangkan valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur
tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Azwar,
1992:146). Teknik yang digunakan adalah korelasi product moment dari Pearson.,
yaitu:
( )( )
[ ( )][ ( )]

− −

=
2 2 2 2 N x x N y y
N xy x y
rxy
Keterangan:
X : Pertanyaan nomor tertentu.
Y : Skor total.
N : Jumlah responden.
c. Reliabilitas
Azwar (2002:150) merumuskan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini
berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran dua kali atau terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat ukur yang sama.
Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini diuji dengan alat uji reliabilitas Alpha,
yaitu:
−1
=
K
K
Rn 2
2
1


b
Keterangan:
Rn = Relatif instrumen.
K = banyaknya pertanyaan.
b2 = Jumlah varians.
2 = Varians total.
d. Logit Model for Ungrouped or Individual Data
X X X Ui
Pi
Pi
Log Li + + + + =






= 1 1 2 2 3 3
1
(Arief, 1993:64)
Di mana,
Y = 1 jika responden mengambil keputusan membeli.
= O jika responden mengambil keputusan tidak membeli.
X1 = Faktor lingkungan.
X2 = Faktor Individu.
X3 = Komunikasi Pemasaran.
Dari persamaan logit model tersebut dapat digunakan untuk menganalisis
dengan mengacu pada:
a. Jika nilai Li positip, artinya probabilitas odds ratio naik;
b. Jika nilai Li negatip, artinya probabilitas odds ratio menurun;
c. Menaksir besarnya 1, 2, 3 yaitu mengestimasi besarnya rasi probabilitas suatu
kejadian atau event. Jika koefisien positif probabilitas terjadi meningkat, dan jika
negatif sebaliknya.
e. Mengukur Negelkerke R2
Untuk menguji ketepatan model. Nilai Negelkerke R2 menunjukkan besarnya
variabel-variabel X menjelaskan variabel Y.
f. Mengukur Hosmer and Lemeshow
Test (X2) Jika signifikansi lebih besar 0,05 maka model dinilai fit atau sesuai data.
g. Uji Wald
Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar suatu hipotesis diterima.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Uji Validitas Instrumen
Hasil uji validitas yang merupakan rangkuman dari lampiran uji validitas untuk
variabel lingkungan (X1), variabel individu (X2), dan variabel komunikasi pemasaran
(X3) dengan program SPSS versi 10.0 didapatkan hasil bahwa dari 5 butir
pertanyaan semuannya valid dengan demikian butir-butir dalam angket ketiga
variabel tersebut layak dipergunakan sebagai instrumen penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Hasil perhitungan variabel lingkungan (X1) menunjukkan koefisien Alpha Cronbach =
0.7086, untuk variabel individu (X2) menunjukkan koefisien Alpha Cronbach = 0.6313
dan untuk variabel komunikasi pemasaran (X3) koefisien Alpha Cronbach = 0.6593.
Dengan demikian, diketahui bahwa pada masing-masing variabel koefisien Alpha
Cronbach > 0,5 yang mana menjelaskan bahwa semua variabel menunjukkan
kuatnya reliabilitas. Oleh karena itu, maka seluruh uji instrumen yang terdiri dari
validitas dan reliabilitas terhadap data yang dikumpulkan memenuhi persyaratan
untuk dipakai dalam pengambilan keputusan penelitian.
3. Uji Hipotesis
Tabel 1 Hasil Rangkuman Uji Logistik
di Wilayah Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta
Wilayah
Kabupaten
(Signifikan 5 %)
Kota
(Signifikan 10 %)
Variabel
Wald P B Exp(B) Wald P B Exp(B)
Lingkungan 4,195*
*
0,04
1
1,66
3
5,274 3,356 0,06
7
2,09
7
8,145
Individu 4,092*
*
0,04
3
0,87
0
2,386 4,365 0,03
7
1,62
7
5,086
Komunikasi
pemasaran
4,399*
*
0,03
6
2,02
3
7,562 3,136 0,07
7
4,13
4
62,452
Chi-square 5,094 11,963
df 8 8
Sig. 0,747 0,153
Negelkerke
R Square
0,768 0,885
Keterangan:
*** Signifikan pada K = 0,01 (1%)
** Signifikan pada K = 0,05 (5%)
* Signifikan pada K = 0,10 (10%)
4. Uji Regresi Logistik (Logistic Regression)
Dalam uji logistik di sini terdiri dari dua kali pengujian dikarenakan pengujian
dilakukan di dua tempat yaitu di apotek wilayah Kabupaten Sukoharjo dengan
jumlah responden 77 orang dan di apotek wilayah Kota Surakarta dengan jumlah
responden 70 orang. Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat yang terjadi pada dua apotek yang ada wilayah
Kabupaten dan Kota Surakarta mqkq berdasarkan hasil analisis dan telah dirangkum
dalam tabel di atas, hasisl pengujian dibagi menjadi dua sebagaimana dijelaskan di
bawah ini.
a. Kabupaten Sukoharjo
1) Negelkerke R2
Untuk menguji ketepatan model. Nilai Negelkerke R2 menunjukkan besarnya
variabel X menjelaskan variabel Y. Adapun setelah dilakukan pengolahan
data diketahui nilai Negelkerke R2 = 0,768. Artinya, bahwa variabel-variabel
lingkungan (X1), variabel individu (X2), dan variabel komunikasi pemasaran
(X3) mampu menjelaskan variasi keputusan pembelian (Y) sebesar 76,8%
sedangkan sisanya 23,2% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model.
2) Hosmer and Lemeshow Test (X2)
Hosmer andLemeshow test (X2) digunakan untuk mengatahui apakah data
observasi cocok atau sesuai dengan model regresi. Jika signifikansi lebih
besar 0,05 maka model dinilai fit/sesuai. Nilai Hosmer and Lemenshow test
(X2) = 0 747 > 0,05. Ini artinya bahwa model yang dipakai dalam penelitian ini
cocok atau sesuai dengan data observasi.
3) Uji Wald
Uji Wald juga dikatakan sebagai uji pengaruh. Uji Wald untuk mengetahui
variabel yang berpengaruh. Adapun dalam penelitian ini tingkat signifikansi
(K) yang dipakai adalah 5 % (0,05). Jadi, variabel dikatakan berpengaruh
apabila nilai probabilitas > 0,05. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa
variabel lingkungan (X1) signifikan pada probabilitas 0,041. Untuk variabel
individu (X2) signifikan pada probabilitas 0,043 dan untuk variabel komunikasi
pemasaran (X3) signifikan pada probabilitas 0,036. Hal ini menunjukkan
bahwa secara individu (parsial) variabel lingkungan (X1), variabel individu
(X2), variabel komunikasi pemasaran (X3) mempengaruhi keputusan
pembelian obat di apotik wilayah Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta.
4) Koefisien Regresi Logistik
a) Variabel lingkungan (L1 = 1,663). Artinya, apabila variabel individu (X1) dan
komunikasi pemasaran (X2) dianggap konstan maka akan meningkatkan
keputusan pembelian sebesar 1,663.
b) Variabel individu (L2 = 0,870). Artinya, apabila variabel lingkungan (X1) dan
komunikasi pemasaran (X2) dianggap konstan maka akan meningkatkan
keputusan pernbelian sebesar 0,870.
c) Variabel komunikasi pemasaran (L3 = 2,023). Artinya, apabila variabel
lingkungan (X1) dan individu (X2) dianggap konstan maka akan
meningkatkan keputusan pembelian sebesar 2,023.
5) Odds Ratio
a) Variabel Lingkungan (Exp (B) = 5,274)
Artinya, apabila variabel individu (X1) dan komunikasi pemasaran (X2)
dianggap konstan maka lingkungan yang berpengaruh akan mempengaruhi
responden untuk membeli obat di apotek 5 kali lebih besar dibandingkan
dengan lingkungan yang tidak berpengaruh.
b) Variabel Individu (Exp (B) = 2,386)
Artinya, apabila variabel lingkungan (X1) dan komunikasi pemasaran (X2)
dianggap konstan maka individu dengan kepirbadian yang baik akan
mempengaruhi responden untuk membeli obat di apotek dua kali lebih besar
dibandingkan dengan responden dengan individu yang berkepribadian buruk.
c) Variabel Komunikasi Pemasaran (Exp (B) = 7,562)
Artinya, apabila variabel lingkungan (X1) dan individu (X2) dianggap konstan
maka komunikasi pemasaran yang baik akan mempengaruhi responden
untuk membeli obat di apotek tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan
komunikasi pemasaran yang buruk.
b. Kota Surakarta
1) Negelkerke (R2)
Nilai Negelkerke R2 menunjukkan besarnya variabel X menjelaskan
variabel Y. Setelah dilakukan pengolahan data diketahui nilai Negelkerke R2
= 0,885. Artinya, bahwa variabel lingkungan (X1) variabel individu (X2) dan
variabel komunikasi pemasaran (X3) mempengaruhi terhadap keputusan
pembelian (Y) sebesar 88,5% sedangkan sisanya 12,5% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar dari ketiga variabel tersebut.
2) Hosmer and Lemmshaw Test (X2)
Hosmer and Lemenshow Test (X2) digunakan untuk mengatahui
apakah data observasi cocok atau sesuai dengan model regresi logistik. Jika
signifikansi lebih besar 0,05 maka model dinilai fit atau sesuai. Adapun
setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan progam SPSS
10.0 for windows maka diketahui nilah Hosmer and Lemeshow Test (X2) =
0,153 > 0,05. Artinya bahwa model yang dipakai dalam penelitian ini cocok
atau sesuai dengan data observasi.
3) Uji Wald
Uji Wald juga dikatakan sebagai uji pengaruh, karena dengan uji Wald
dapat diketahui mana variabel yang berpengaruh. Adapun, dalam penelitian
ini tingkat signifikansi (K) yang dipakai adalah 10 % (0,10). Jadi, variabel
dikatakan berpengaruh apabila nilai probabilitas > 0,10. Berdasarkan hasil
analisis data diperoleh bahwa variabel lingkungan (X1) signifikan pada
probabilitas 0,067, untuk variabel individu (X2) signifikan pada probabilitas
0,037 dan untuk variabel komunikasi pemasaran (X3) signifikan pada
probabilitas 0.077. Hal ini menunjukkan bahwa secara individu (parsial)
variabel lingkungan (X1), variabel individu (X2), variabel komunikasi
pemasaran (X3) mempengaruhi keputusan pembelian obat di apotek wilayah
Kabupaten Sukoharjo.
4) Koefisien Regresi Logistik
a) Variabel lingkungan (L1 = 2,097). Artinya, apabila variabel individu (X1)
dan komunikasi pemasaran (X2) dianggap konstan maka akan
meningkatkan keputusan pembelian sebesar 2,097.
b) Variabel individu (L2 = 1,627). Artinya, apabila variabel lingkungan (X2)
dan komunikasi pemasaran (X3) dianggap konstan maka akan
meningkatkan keputusan pembelian sebesar 1,627.
c) Variabel Komunikasi Pemasaran (L3 =4,134). Artinya, apabila variabel
lingkungan (Xi) dan individu (X2) dianggap konstan maka akan
meningkatkan keputusan pembelian sebesar 4,134.
5) Odds Ratio
a) Variabel lingkungan (Exp (B) = 8.145)
Artinya, apabila variabel individu (X2) dan komunikasi pemasaran (X3)
dianggap konstan maka lingkungan yang berpengaruh akan
mempengaruhi responden untuk membeli obat di apotek delapan kali
lebih besar dibandingkan dengan lingkungan yang tidak berpengaruh.
b) Variabel individu (Exp (B) = 5.086)
Artinya, apabila variabel lingkungan (X1) dan komunikasi pemasaran (X3)
dianggap konstan maka faktor individu akan mempengaruhi responden
untuk membeli obat di apotek lima kali lebih besar dibandingkan dengan
responden dengan faktor individu yang berkebalikan.
c) Variabel komunikasi pemasaran (Exp(B) = 62.452)
Artinya, apabila variabel lingkungan (X1) dan individu (X2) dianggap
konstan maka komunikasi pemasaran yang baik akan mempengaruhi
responden untuk membeli obat di apotek 62 kali lebih besar dibandingkan
dengan komunikasi pemasaran yang buruk.
5. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui bahwa faktor lingkungan yang ada
di wilayah Kabupaten dan wilayah Kota sama-sama cukup mempengaruhi responden.
Hal demikian terbukti bahwa rata-rata distibusi untuk kabupaten 2,906 dan untuk Kota
2,885. Keduanya berada pada kategori cukup berpengaruh, artinya dalam lingkungan
tersebut setiap ada sesuatu hal informasi mudah menyebar dengan cukup cepat. Untuk
faktor individu yang ada di wilayah kabupaten dan wilayah kota di antara keduanya
memiliki kepribadian yang agak berbeda. Responden dari wilayah kabupaten rata-rata
mereka berkepribadian individu yang dikategorikan cukup baik karena rata-rata distribusi
individu 2,818, sedangkan untuk responden dari wilayah kota rata-rata memiliki
kepribadian individu dengan kategori baik yaitu dengan rata-rata distribusi individu
2,808.
Faktor komunikasi pemasaran yang ada di wilayah kabupaten dan wilayah kota
di antara keduannya memiliki tingkat komunikasi pemasaran yang sama. Artinya,
dengan tingkat komunikasi pemasaran yang cukup baik dengan nilai rata-rata untuk
kabupaten 2,898 dan untuk kota 2,897 keduanya berada pada kategori komunikasi
pemasaran yang cukup baik. Untuk keputusan masyarakat dalam pembelian obat di
apotek sangat tinggi untuk di kabupaten 84,4% memutuskan untuk membeli obat di
apotek. Sementara itu, di kota 81,4% memutuskan untuk membeli obat di apotek yang
keduanya mempunyai tingkat persentase lebih dari 80%. Hal ini disebabkan mereka
meyakini bahwa obat-obat yang ada di apotek merupakan obat yang sudah dijamin
kualitasnya.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui ternyata di antara Kabupaten dan Kota
tingkat pengaruh dari variabel lingkungan, individu, dan komunikasi pemasaran lebih
tinggi. Wilayah kabupaten tingkat signifikansi (K) yang dipakai adalah 5% (0,05). Jadi,
variabel dikatakan berpengaruh apabila nilai probabilitas < 0,05. Pada variabel lingkungan (X1) signifikan pada probabilitas 0,041. Variabel individu (X2) signifikan pada probabilitas 0,043 dan untuk variabel komunikasi pemasaran (X3) signifikan pada probabilitas 0,036, sedangkan di wilayah kota tingkat signifikansi (K) yang dipakai adalah 10% (0,10). Jadi, variabel dikatakan berpengaruh apabila nilai probabilitas < 0,10. Pada variabel lingkungan (X1) signifikan pada probabilitas 0,067. Variabel individu (X2) signifikan pada probabilitas 0,037 dan untuk variabel komunikasi pemasaran (X3) signifikan pada probabilitas 0,077. Hal ini menunjukkan bahwa secara individu (parsial) variabel lingkungan (X1), variabel individu (X2), variabel komunikasi pemasaran (X3) mempengaruhi keputusan pembelian obat di apotek wilayah Kota Surakarta. Dengan melihat perbedaan tingkat signifikansi yang digunakan di wilayah kabupaten (5%) dan di wilayah kota (10%) maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh lingkungan, individu, dan komunikasi pemasaran di wilayah kabupaten lebih berpengaruh terhadap keputusan pembelian dibandingkan di wilayah kota. D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Untuk wilayah kabupaten nilai Negelkerke R2 = 0,768. Artinya, bahwa variabel lingkungan (X1), variabel individu (X2), dan variabel komunikasi pemasaran (X3) mempengaruhi keputusan pembelian (Y) sebesar 76,8%. Sisanya 23,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar dari ketiga variabel tersebut. Nilai Negelkerke wilayah kota Surakarta R2 = 0,885. Artinya, bahwa variabel lingkungan (X1), variabel individu (X2), dan variabel kumunikasi pemasaran (X3) mempengaruhi keputusan pembelian (Y) sebesar 88,5%. Sisanya, 12,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar dari ketiga variabel tersebut. 2. Nilai Hosmer and l.emenshow Test (X2) untuk wilayah kabupaten = 0,747 > 0,05.
Artinya bahwa model yang dipakai dalam penelitian ini cocok atau sesuai dengan
data observasi. Sedangkan untuk wilayah kota nilai Hosmer and Lemenshow Test
(X2) = 0,153 > 0,05. Artinya, bahwa model yang dipakai dalam penelitian ini juga
cocok atau sesuai dengan data observasi.
3. Tingkat signifikansi 5% untuk wilayah kabupaten dan 10% untuk wilayah kota
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk faktor lingkungan, individu, dan
komunikasi pemasaran mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal
ini terbukti bahwa untuk wilayah kabupaten dengan tingkat signifikansi 5% variabel
lingkungan (X1) signifikan pada probabilitas 0,041. Untuk variabel individu (X2)
signifikan pada probabilitas 0,043 dan untuk variabel komunikasi pemasaran (X3)
signifikan pada probabilitas 0,036 sedangkan untuk wilayah kota dengan tingkat
signifikansi 10% variabel lingkungan (X1) signifikan pada probabilitas 0,067, untuk
variabel individu (X2) signifikan pada probabilitas 0,037 dan untuk variabel
komunikasi pemasaran (X3) signifikan pada probabilitas 0,077.
2. Saran
Saran dan rekomendasi penelitian ini adalah: pertama; perlunya diselenggarakan
penyuluhan bagi masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat yang dijual di
apotek karena selain rata-rata harganya lebih murah kualitasnya juga terjamin;
kedua; suatu apotek yang baik selain menyediakan obat-obat yang berkualitas
baik perlu juga dilengkapi dengan ruangan periksa agar konsumen bisa
memeriksakan dirinya dan menggunakan obat yang ada di apotek dengan penuh
keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., 2003., Ilmu Sosial Dasar, Rineka Cipta, Jakarta.
Alwi H, 2002., Kamus Besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Amirullah, 2002., Perilaku Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Arief, Sri Tua, 1993., Metode Penelitian Ekonomi, UI Press, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi
IV, Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, S, 1992, Reliabilitas dan Validitas, Liberty, Yogyakarta.
Cooper, Donald R, 1995., Business Research Methods, 5th, Ricard D Irwin, Inc, USA.
Dalima, 2004., Analisis Pengaruh Faktor Lingkungan, Faktor Individu dan Bauran
Pemasaran Terhadap Keputusan Membeli Jamu Produk PT Deltomed
Wonogiri Di Wilayah Surakarta, Thesis, Program Pascasarjana UMS,
Surakarta.
Djarwanto, PS, 1998., Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta.
Engel, F., Janes, Blaskwel, D., Roger, Miniard, W., Paul, 1995., Perilaku Konsumen,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Husein Umar, 1999., Metodologi Penelitian : Aplikasi dalam Pemasaran, Gramedia,
Jakarta.
Http://manbisnis.tripod.com/tiga_satu, di akses 18 November 2005.
Ghozali, Imam, 2001., Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, BP
Universitas Diponegoro, Semarang.
Kotler, Philip, 1997., Marketing Management : Analysis, Planing, Implementation, and
Control, Prentice Hall Inc.
Kuncoro, Mudrajad, 2003., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Nunnally, Jum C, 1981., Psychometric Theory, McGraw-Hill, Inc, Second Edition, New
York.
Rastini N. M, 2001., Analisis Faktor-Faktor Yang Di pertimbangkan Konsumen Terhadap
Keputusan Menginap pada Hotel Berbintang Tiga DI Kawasan Kuta Bali, FE
Universitas Udayana, Bali.
Schiffman L.G & Kanuk L.L, 2000., Consumer Behavior, Seventh Edition, Prentice-Hall,
Inc.
Sekaran, Uma, 1992., Research Methods for Business A Skill Building Approach.
Second edition, Jhon Willey & Sons, Inc, New York.
Sutisna, 2002., Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Stanton, W.J., 1995., Alih Bahasa Yohanes Lamarto, Fundamental Of Marketing,
Erlangga, Jakarta.
Swasta, B., Irawan, 1998., Managemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar