Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Selasa, 14 Desember 2010

Makalah Rumah Susun Sederhana Sewa ( Rusunawa )

Download Disini : http://www.ziddu.com/download/12957329/bab1pendahuluan.doc.html


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejarah Rumah susun di Indonesia telah dimulai sejak Tahun 1980, berawal dengan didirikannya rumah susun di kawasan Tanah Abang Jakarta, yang letaknya benar-benar di pusat kota. Semakin padatnya sebuah kota, maka semakin terasa peruntukan tanah bagi suatu pemukiman semakin berkurang dan sangat mahal.
Di daerah Perkotaan sering kali tumbuh wilayah-wilayah slum yang padat penghuninya yang kumuh dengan permasalahan didalamnya. Permasalahan di daerah ini bukan semata-mata hanya masalah bangunan yang tidak sesuai dengan standar, minimnya penerangan, ketiadaan air bersih, rendahnya kualitas Instruktur, tetapi juga besarnya masalah sosial.
Untuk mengatasi masalah pemukiman yang rumit di kalangan menengah ke bawah, pemerintah memberikan solusi untuk mengikuti Negara-Negara lain seperti Mexico City, Kuala Lumpur, dan Singapura dalam membagun rumah tinggal dengan bersusun atau flat. Di Kabupaten Karanganyar sendiri, perumahan yang layak huni dan sehat di rasa semakin sulit diperoleh, hai ini disebabkan karena lahan yang digunakan untuk pemukiman sangat terbatas dan harga yang semakin tinggi, sementara pertambahan penduduknya sangat besar. Dengan keadaan yang seperti ini, memaksa sebagian warga terutama warga golongan menengah ke bawah untuk menempati tanah yang di anggap kosong, baik itu di daerah bantaran sungai maupun di bawah jembatan. Kehadiran Rumah Susun Sedarhana Sewa (RUSUNAWA) di wilayah Karanganyarsangat membantu sekali dalam mengatasi masalah akan kebutuhan tempat tinggal dan dapat mengatasi masalah sosial di masyarakat meskipun sifatnya sewa tetapi tidak menuntut kemungkinan menjadi tempat hunian yang tetap, karena di tinjau dari segi biaya rumah susun ini relatif murah dan dapat di jangkau oleh kalangan menengah kebawah serta layak huni dan sehat.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari proyek Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Karanganyar antara lain, yaitu :
1. Memberikan sarana bagi pengembangan wilayah Kabupaten Karanganyar untuk pengembangan sumber daya manusia di bidang perumahan sacara optimal.
2. Pemanfaatan lahan yang optimal untuk membangun Rumah Susun yang multifungsi.
3. Menciptakan citra dari rumah susun sebagai tempat hunian yang layak, sehat dan nyaman bagi penghuninya.
4. Menyediakan tempat dan ruang bagi para penduduk yang menginginkan tempat tinggal.

1.3 Lokasi Proyek
Proyek ini berlokasi di daerah pantai kartini kabupaten Jepara tepatnya dijalan Kyai Mojo, JOBOKUTO Jepara di sebelah timur terdapat Jalan Tambak Sari, sebelah barat adalah tanah kosong yang menurut rencana juga akan di bangun rusunawa sedangkan sebelah utara adalah pembangunan rusunawa Jepara tahap pertama untuk sebelah selatan adalah tambak masyarakat, berikut blok plan rusunawa Jepara;

gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek
1.4 Data-Data Teknik Proyek
Adapun data-data umum Proyek Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) ini adalah sebagai berikut:
1. Nama Proyek : Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa)-2s Twin Blok Type 24.
2. Nama Pekerjaan : Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA)
3. Lokasi : Kelurahan Jobokuto Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara
4. Pemberi Tugas : Direktorat Jendral Cipta Karya
5. Konsultan Perencana : PT. CIPTAPURA INC.
6. Konsultan MK (pengawas) : PT. INDOMAS
7. Kontraktor Pelaksana : PT. MULTI DECON
8. No. Kontrak Pemborongan : KU. 08.08/Lakbangkim/705/XII/2009
9. Tgl. Kontrak Pemborongan : 25 Agustus 2009
10. Nilai Kontrak : Rp 11.160.600.000,00
11. Tgl dimulainya Pekerjaan : 20 Februari 2010
12. Jangka Waktu Pelaksanaan : 330 hari kalender
13. Jangka Waktu Pemeliharaan : 180 hari kalender
14. Jumlah lantai : 5 (lima)
15. Jenis kontrak : Lumpsum
16. Sumber Dana : APBN 2009
17. Jenis/ Type Proyek : Gedung / C
18. Struktur Bawah : Pondasi menggunakan Tiang Pancang Minipile Penampang Segitiga ukuran 32 x 32 x 32 dengan mutu beton K-500
19. Struktur Atas : Kolom, balok, pelat menggunakan sistem struktur pracetak dengan mutu beton K-350, balok K-350 dan pelat K-350 Atap menggunakan konstruksi baja dan genting metal.
Spesifikasi Teknis Proyek
1) Pekerjaan Beton
Pekerjaan beton dalam proyek ini menggunakan beton pracetak / precast K-450 yang diproduksi di pabrik, kemudian dikirim dilokasi proyek untuk dipasang, elemen-elemen yang menggunakan beton pracerak / precast ini adalah : kolom, balok dan plat lantai sedangkan sedangkan untuk kolom praktis menggunakan beton konvensional K-350
Test Slump yang disyaratkan :
Untuk mutu beton K-350 :
 Slump Minimum : 10 cm
 Slump Maksimum : 12 cm
Untuk mutu beton K-450 :
 Slump Minimum : 10 cm
 Slump Maksimum : 12 cm
2) Pekerjaan Pembesian
Baja tulangan struktur yang dipakai ukuran Ø10, Ø13, D16, D19 dan D22, sedangkan mutu baja yang digunakan untuk penulangan adalah :
 Tulangan Ø ≤ 13 mm digunakan untuk mutu baja BJTP 24
 Tulangan Ø ≥ 13 mm digunakan untuk mutu baja BJTD 39

1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup Pekerjaan yang saya fokuskan selama Kerja Praktek di Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Karanganyar ini adalah pekerjaan struktur atas yaitu :
1. Pekerjaan pengangkatan dan pemasangan kolom dengan menggunakan beton pracetak / precest
2. Pekerjaan pengangkatan dan pemasaran balok dengan menggunakan beton pracetak / precast
3. Pekerjaan pengangkatan dan pemasaran plat lantai dengan menggunakan beton pracetak / precest
4. Pekerjaan pemasangan rangka atap baja

1.6 Cara Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan ini data-data diperoleh penulis dengan cara sebagai berikut :
1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung dilapangan. Penulis melakukan pengamatan dilokasi selama kurang lebih 3 bulan.
2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan pelaksana dilapangan.
3. Gambar kerja dan data-data lainnya yang didapat dari konsultan maupun kontraktor.
4. Literatur, yaitu pengumpulan data dari pustaka yang ada sebagai bahan pembanding.

1.7 Sistematika Penyusunan
Selama tiga bulan melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pekerjaan maka laporan ini disusun dengan menitik beratkan pada struktur atas. Laporan ini disusun terdiri beberapa bab yaitu :
Bab I berisi permasalahan umum mengenai latar belakang berdirinya proyek, situasi dan lokasi proyek, data-data teknis proyek, cara pengumpulan data dan sistematika penyusunan laporan ini.
Bab II berisi uraian umum mengenai proyek, Struktur organisasi pengelola proyek, pelaksana proyek, serta manajemen pelaksanaan di lapangan.
Bab III membahas tentang uraian umum, antara lain mengenai dasar pelaksanaan pekarjaan.
Bab IV membahas tentang pelaksanaan pekarjaan, bahan bangunan, peralatan, serta pengujian bahan bangunan tersebut.
Bab V berisi tinjauan perhitungan kontruksi membahas tentang uraian umum, perhitungan, pembebanan, penghitungan mekanika teknik, perhitungan tegangan ijin beton, perhitungan section propertis, perhitungan preliminary design, perhitungan tegangan yang timbul, dan kesimpulan.
Bab VI merupakan penutup dan berisi tentang kesimpulan serta saran-saran yang dapat diberikan.


BAB II
MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

2.1 Uraian Umum Manajemen Proyek
Manajemen adalah suatu kegiatan mengatur dan mengendalikan berbagai ragam kegiatan orang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan bersama seperti yang telah ditetapkan. Yang terpenting dalam manajemen suatu proyek adalah pengendalian yang tepat dari suatu proyek untuk menjamin bahwa pelaksanaan sesuai dengan jadwal, batas anggaran dan kualitas anggaran yang ditetapkan dengan mempertimbangkan efisiensi.
Bila ditinjau dari fungsi dasarnya, maka manajemen mempunyai 5 fungsi dasar yaitu :
2.1.1 Perencanaan (Planning)
Awal dari adanya suatu proyek atau pekerjaan adalah perencanaan dimana konsep perencanaan ini meliputi :
- Evaluasi dari kon disi yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
- Penjajakan dan pemilihan dari kondisi mendatang yang dinilai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan dari perencanaan adalah menemukan suatu kondisi dan kesempatan dimasa mendatang dan kemudian membuat suatu rencana-rencan untuk memberikan kontrol yang baik bagi proses suatu kegiatan.
Fungsi perencanaan memasukan unsur-unsur manusia, peralatan, dana, material, da metode kerja. Hasil dari perencanan ini selanjutnya akan menjadi dasar dalam menentukan sasaran-sasaran proyek agar proyek tersebut dapat dilaksanakan sesuai persyaratan yang telah ditentukan baik dari segi waktu, biaya dan mutu.


2.1.2 Organisasi dan Staff (Organizing and Staffing)
Dalam melaksanakan suatu proyek diperlukan suatu pengaturan dan uraian yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap orang atau sekelompok orang. Dalam hal ini pengorganisasian diperlukan agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan tertib dan teratur sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang telah di rencanakan.
2.1.3 Pengarahan (Directing)
Pemimpin proyek sebagai wakil pemilik proyek memberikan pengarahan kepada manajer konstruksi sesuai dengan kerangka acuan pekerjaan konsultan manajemen konstruksi. Manajer konstruksi memberikan pengarahan didalam organisasi konsultan kepada para pembantunya dalam memonitor pelaksanaan proyek.
Demikian pula Manajer Proyek sebagai pemimpin pelaksanaan proyek memberikan pengarahan kepada bawahannya. Yang terpenting dalam pengarahan adalah kemampuan manajer proyek dalam memberikan motivasi kepada anggotanya, dalam hal ini faktor kepemimpinan sangat menentukan sekali.
2.1.4. Pengkoordinasian (coordinating)
Agar tidak terjadi ketidakteraturan dalam melaksanakan pekerjaaan pada suatu proyek, maka diperlukan adanya koordinasi diantara unsur-unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek tersebut. Koordinasi dapat terwujud dalam bentuk pertemuan-pertemuan berkala yang membicarakan sekaligus membahas permasalahan-permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Karanganyar ini pengkoordinasian dilaksanakan dalam bentuk rapat koordinasi, dimana dalam rapat ini diadakan antara pihak pelaksana proyek atau kontraktor, konsultan perencana, pengawas dan pemilik proyek yaitu Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya Jakarta.
2.1.5. Pengontrolan
Pada dasarnya pengontrolan adalah pembandingan realisasi dengan rencana semula dan apabila terjadi penyimpangan, maka harus dicari penyebabnya kemudian diambil tindakan yang tepat.
Ada empat variabel yang dijadikan parameter dalam pengontrolan atau pengendalian proyek yaitu biaya, waktu, mutu dan keamanan. Berkaitan dengan pengontrolan ini maka Konsultan Pengawas Proyek Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Karanganyar membuat laporan perkembangan sebagai kontrol kegiatan proyek berkala dalam bentuk:
1. Laporan Harian
Laporan harian ini dibuat setiap hari oleh pihak pelaksana proyek dalam melakukan tugasnya dan dalam mempertanggung jawabkan terhadap apa yang telah dilaksanakannya serta untuk mengetahui hasil kemajuan pekerjaannya, apakah sesuai dengan rencana atau tidak.
Laporan ini dibuat untuk memberikan informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui direksi tentang perkembangan pekerjaan.
Laporan harian ini berisi tentang hasil monitoring kegiatan di lapangan setiap hari dan ini sangat penting karena dari data laporan tersebut dapat diketahui gambaran tentang macam pekerjaan yang telah dilaksanakan pada hari itu, juga dapat diketahui perlu tidaknya penambahan tenaga kerja agar pekerjaan sesuai dengan time schedull yang telah dibuat.
Laporan harian ini diberikan kepada direksi sebagai wakil pemberi tugas, kemudian dari laporan harian tersebut dapat disusun laporan mingguan dan laporan bulanan. Dalam laporan harian dicantumkan data-data sebagai berikut :
- Tanggal dan hari
- Bahan-bahan dan alat yang digunakan.
- Pekerjaan yang telah dikerjakan.
- Jumlah tenaga kerja.
- Keadaan cuaca di lapangan.
- Bahan-bahan yang keluar masuk proyek.
- Material yang tersedia di lapangan.
2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan ini dibuat berdasarkan laporan harian yang telah dibuat sebelumnya. Laporan mingguan berisi tentang uraian pekerjaan hari-hari sebelumnya serta kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan selama satu minggu.
3. Laporan Bulanan
Laporan bulanan ini disusun berdasarkan data-data dari laporan harian dan laporan mingguan. Laporan bulanan ini berisi tentang :
a. Waktu periode laporan
b. Jenis atau macam pekerjaan yang telah disesuaikan.
c. Nilai bobot prestasi tiap pekerjaan dari keseluruhan pekerjaan.
d. Kemajuan fisik yang telah dilaksanakan dan dokumentasi.
e. Persediaan bahan.
f. Presentase yang seharusnya sudah dikerjakan.
g. Total waktu yang telah digunakan, sisa waktu, kekurangan serta tambahan waktu bila perlu.
h. Hal-hal yang menyebabkan keterlambatan.
4. laporan Keuangan
Laporan Keuangan ini dibuat oleh bagian administrasi proyek yang berisi tentang :
a. Daftar pembayaran biaya tidak langsung yang dibuat setiap hari dan berisi tentang pengeluaran uang yang dipergunakan setiap hari.
b. Bukti kas yang telah dibuat setiap minggu antara lain berisi tentang keadaan keuangan proyek sampai dengan saat ini.
c. Laporan keuangan ini dibuat sebulan sekali dan dikirim kepada Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan Kantor Pusat serta pemilik proyek.

2.2 Organisasi Proyek
Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan bangunan, terdapat orang-orang atau badan hukum yang melaksanakan pekerjaan tersebut. 0rang-orang atau badan hukum ini disebut unsur-unsur pelaksana proyek. Masing-masing unsur tersebut mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan fungsi dan kedudukannya.Adapun pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proyek Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Karanganyar ini adalah :
1. Pemilik Proyek : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA JAKARTA
2. Konsultan Perencana : PT.YODYA KARYA (Persero)
3. Konsultan Pengawas : CV. WIDYA KONSULTAN
4. Kontraktor Pelaksana : PT. HUTAMA KARYA (Persero)


Hubungan antara unsur-unsur tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :















Keterangan :
= Garis Perintah Dan Tanggung Jawab
= Garis Kontrol / Koordinasi
Gambar 2.1 Hubungan Kerja Pemilik Proyek, Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan Kontraktor Pelaksana dalam Proyek (RUSUNAWA) Karanganyar
2.2.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek adalah orang atau badan usaha swasta maupun pemerintah yang mempunyai gagasan membuat serta menyampaikan keinginanya pada seorang ahli atau suatu badan hukum untuk mengadakan perencanaan seperti yang dikehendakinya dan dengan besar biaya yang diinginkannya.
Pada proyek ini yang bertindak sebagai pemilik proyek adalah Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya Jakarta.
Adapun wewenang Pemilik Proyek adalah :
1. Menyediakan dana untuk perencanaan dan pelaksanaan proyek.
2. Menentukan konsultan dan pelaksana yang akan diajak bekerja sama.
3. Dalam hubungannya dengan pengawasan, pemilik proyek mempunyai wewenang :
a. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan tanpa atau bersama pengawas sebagai wakailnya.
b. Menerima atau menolak laporan-laporan dari pengawas, baik itu yang bersifat insidentil maupun periodik.
c. Meminta laporan dan penjelasan tentang pelaksanaan pekerjaan kepada pelaksana proyek baik serta lisan maupun tulisan.
d. Menandatangani berita acara pemeriksaan pekerjaan.
4. Selama pelaksanaan pembangunan proyek, pemilik proyek mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Mengesahkan pekerjaan tambah atau kurang.
b. Mengesahkan adanya perubahan baik di dalam desain maupun pekerjaan.
c. Memberikan intruksi kepeda pelaksana baik melalui wakilnya atau secara langsung.
5. Memberikan wewenang kepada Konsultan Manajemen Kontruksi untuk mewakilinya di dalam pengendalian proyek.
2.2.2 Konsultan Perencana
Konsultan perencana dapat berupa perseorangan maupun badan hukum yang di pilih olek pemilik proyek. Konsultan perencana ini mempunyai tugas mewujudkan rencana dan keinginan pemilik proyek dalam bentuk perencanaan struktur, arsitektur maupun mekanikal dan elektrikal.
Secara umum tugas Konsultan Perencana adalah :
1. Membuat sketsa, gagasan yang memberikan gambaran pekerjaan yang meliputi : pembagian ruang, rencana pelaksanaan, dan lain-lain yang semuanya mengikuti keinginan owner.
2. Membuat rencana pelaksanaan.
3. Membuat ganbar-gambar detail/penjelasan, lengkap dengan perhitungan konstruksinya.
4. Membuat peraturan dan syarat-syarat kerja (RKS).
5. Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB).
2.2.3 Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah suatu organisasi yang bersifat multidisipliner yang bekerja untuk dan atas nama owner untuk mengawasi jalannya proyek. Konsultan pengawas ini bekerja sam dengan Konsultan Perencana didalam pengawasan proyek agar mencapai hasil optimal sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam perencanaan.
Tugas dan Tanggung jawab Konsultan Pengawas adalah :
1. Membantu pengelolaan proyek dalam mengembangkan sasaran yang akan dicapai dari aspek biaya, waktu, dan mutu pelaksanan atau pekerjaan.
2. Mengkoordinir, mengarahkan serta mengendalikan pelaksanaan kontraktor dalam aspek mutu, biaya, waktu dan keselamatan dalam pekerjaan.
3. Memeriksa gambar detail pelaksanaan (Shop Drawing).
4. Mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh pemberi tugas (Owner), Konsultan Perencana dan Kontraktor Utama, biasanya rapat diadakan seminggu sekali.
5. Membuat laporan kemajuan pekerjaan lapangan.


2.2.4 Pelaksana Proyek
Pelaksana adalah seseorang atau badan hukum yang melaksanakan proyek secara fisik berdasarkan gambar bestek beserta perhitungannya.
Adapun tugas dari pelaksana proyek adalah :
1. Menyiapkan tenaga kerja, bahan, perlengkapan dan jasa yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan :
a. Biaya pelaksanaan.
b. Waktu pelaksanaan.
c. Kualitas pekerjaan.
d. Keamanan Pekerjaan.
2. Pemborong harus segera melaporkan secara tertulis kepada pemilik proyek jika terjadi Force Majeur, yaitu :
a. Pemogokan.
b. Larangan Kerja.
c. Gempa Bumi.
d. Bencana alam dan gangguan masyarakat lainnya.
3. Selama kondisi tersebut dipoint 2 semua pihak hak dan tanggung jawab kedua belah pihak ditangguhkan, dibekukan, diubah atau diputuskan sesuai dengan musyawarah kedua belah pihak.
4. Bertanggung jawab atas resiko terjadinya kebakaran, kerusuhan, pencurian dan keselamatan kerja.
5. Melindungi semua perlengkapan, bahan dan pekerjaan terhadap kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.
6. Wajib menyerahkan laporan hasil pekerjaan kepada pengawas yang memuat laporan tentang :
a. Pelaksanaan pekerjaan.
b. Prestasi kerja yang dicapai.
c. Jumlah Tenaga kerja yang digunakan.
d. Jumlah bahan yang masuk.
e. Keadaan cuaca dan lain-lain.
7. Berhak meminta tambahan waktu penyelesaian pekerjaan kepada owner sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian proyek dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan.
8. Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan.
9. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time schedull yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.
10. Menyerahkan pekerjaan apabila telah selesai dilaksanakan.

2.3 Susunan Organisasi Pelaksana Proyek
Dalam pelaksanaan suatu proyek perlu adanya suatu organisasi pelaksana yang merupakan tata kerja untuk menunjang keberhasilan proyek tersebut. Untuk itu perlu penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan bidang dan keahliannya agar dapat hasil pekerjaan yang memuaskan dan efisien baik dari segi baya, mutu dan waktu.
Dalam rangka mewujudkan itu perlu batasan-batasan tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam organisasi tersebut. Dengan adanya batasan-batasan tersebut dapat dihindari adanya tumpang tindih tugas maupun pelemparan tanggung jawab, sehingga permasalahan yang timbul dapat terselesaikan secara menyeluruh, tuntas dan terpadu. Adapun Struktur Organisasi dapat dilihat pada halaman berikutnya.

SUSUNAN ORGANISASI PELAKSANA PROYEK














1. Project Manajer
Adalah wakil dari kontraktor yang memimpin dan mengawasi pelaksana pekerjaan suatu proyek sehari-hari dan juga sebagai penanggung jawab atas pelaksanaan proyek yang ditugaskan kepadanya.
Project Manajer Mempunyai tugas antara lain :
a) Bersama dengan pembantu pimpinan cabang membuat perencanaan kerja proyek.
b) Mengkoordinir semua pekerjaan lapangan dengan mengoptimalkan sumber daya dan memenuhi persyaratan mutu, waktu dan biaya yang telah ditetapkan.
c) Membuat laporan pertanggung jawaban secara berkala atas penggunaan uang dan bahan material pada kontraktor pusat.
d) Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksana di lapangan dibandingkan dengan perencanaan proyek.
2. Koordinator / Site Manajer
Koordinator disini bertindak sebagai kepala proyek yang merupakan perwakilan dari pelaksana yang bertanggung jawab penuh perhadap jalannya pekerjaan proyek, menguasai manajemen proyek dan perencanaan proyek secara keseluruhan. Koordinator bertugas untuk memimpin jalannya pekerjaan proyek, mengevaluasi hasil kegiatan kerja dan membandingkannya dengan rencana pelaksanaan proyek yang kemudian disusun dalam satu format laporan pekerjaan dari awal sampai akhir pelaksanaan proyek.
3. Site Engineer
Tugas-tugasnya adalah sebagai berikut :
a) Mengadakan gambar kerja (Shop Drawing)
b) Melaksanakan penggambaran perubahan gambar kerja.
c) Mengadakan gambar akhir (Asbuilt Drawing)
4. Logistik dan Keuangan
Tugas-tugasnya adalah sebagai berikut :
a) Bagian dari keuangan ini bertugas dalam mengadakan material bahan bangunan.
b) Membuat jadwal pengadaan dan pemakaian peralatan proyek.
c) Penyelenggaraan administrasi proyek.
5. Administrasi
Adalah orang yang diberi jabatan untuk mengurusi administrasi, keuangan proyek, menyangkut penyelenggaraan surat menyurat serta segala kebutuhan proyek.
Tugas-tugasnya antara lain :
a) Menyimpan semua bukti pembayaran dan menyiapkan bukti pembayaran kas untuk keperluan proyek.
b) Membuat dan menyusun laporan keuangan proyek.
Melakukan pembayaran upah harian dan upah borongan serta melaksanakan pengawasan tagihan hutang dari pemilik proyek.
6. Pelaksana Lapangan
Pelaksana lapangan bertugas untuk memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pekerjaan bidang sipil engineering agar dapat berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan baik segi waktu, mutu, dan biaya. Pelaksana lapangan juga bertanggung jawab untuk memantau persedianya bahan, alat dan tenaga kerja agar menunjang penyelesaian pekarjaan seperti yang telah direncanakan, serta mengadakan laporan kemajuan (prestasi) pelaksanaan proyek.
7. Mandor
Mandor adalah tenaga yang mengawasi langsung dan mengkoordinir para pekerja dilapangan sesuai dengan bidangnya. Mandor melaksanakan pekerjaannya dilapangan mendapat pengarahan / petunjuk dari pelaksana. Tenaga kerja bertugas untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dilapangan dimana dalam pelaksanaan para tenaga ini diarahkan oleh mandor.


8. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja diproyek sangat penting artinya bagi kelangsungan pelaksanaan pekarjaan. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja sangat diperlukan untuk melindungi para pekerja dari segala kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa hal yang perlu di perhatikan sehubungan dangan keselamatan dan kesehatan para pekerja adalah penggunaan alat-alat keselamatan kerja bagi para pekerja seperti penggunaan helm pengaman, sepatu pengaman yang terbuat dari karet atau kulit yang cukup tebal serta tersedianya obat-obatan yang cukup untuk antisipasi terhadap kecelakaan kerja, pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta jaminan terhadap kecelakaan kerja yang dioer untukan bagi ahli waris pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

2.4 Pengendalian Proyek
Dalam pelaksanaan suatu proyek pengendalian proyek sangat dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan berjalannya suatu proyek sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikam proyek. Pengendalian dalam suatu proyek antara lain adalah :
A. Pengendalian Mutu
Maksud dari pengendalian mutu adalah memeriksa dan mengawasi apakah semua material maupun hasil pekerjaan sesuai dengan Spesivikasi yang telah di tentukan.
Pengendalian untuk dilakukan dengan cara memeriksa di lapangan dan juga mengadakan tes laboratorium. Prosedur pengendalian mutu yang pertama adalah konsultan pengawas akan memeriksa dimensi struktur dalam hal ini ukuran-ukuran yang digunakan, yang kedua konsultan pengawas memeriksa mutu bahan material yang digunakan, baik itu bahan baku, bahan olahan maupun bahan yang terpasang dalam pelaksanaan. Setelah konsultan setuju dengan kualitas bahan yang digunakan, maka kontraktor baru memulai pekerjaannya. Pada akhir pekerjaan, konsultan kembali memeriksa hasil pekerjaan dan bila tidak sesuai dengan rencana, maka kontraktor harus mempertanggung jawabkannya. Pengujian laboratorium yang dilaksanakan meliputi :
1. Pengujian tanah
- Test Soil properties
- Analisa butiran tanah
- Test CBR tanpa rendaman (Unsoaked)
- Test CBR rendaman (Soaked)
- Penentuan kadar air murni (natural)
2. Pengujian beton
- Pengujian kekentalan beton (Slump)
- Pengujian kuat tekan beton
3. Pengujian baja
- Pengujian kuat tarik baja
B. Pengendalian waktu
Pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaan bertujuan agar proyek dapat diselesikan sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Pada proyek ini pengendalinwaktu didasarkan pada :
1. Time Schedulle dan kurva ‘S’
Time schedulle dan Kurva ‘S’ dibuat dengan tujuan agar tahapan pelaksanaan pekerjan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana waktu dengan demikian dapat dilakukan pengontrolan apabila ada keterlambatan dalam masing-masing tahapan pekerjaan.
Yang berisikan hubungan antara kemajuan pekerjaan (persen) dengan waktu pelaksanan dalam satuan waktu. Hal ini dapat diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing bobot pekerjaan, kemudian dijumlahkan sampai akhir waktu pekerjaan, sampai diperoleh hasil akhir 100%. Dan hasil komulatif untuk masing-masing satuan waktu dibuat dalam satu koordinat. Dengan komulatif sebagai sumbu Y dan waktu pelaksanaan sebagai sumbu X. kemajuan pekerjan di lapangan juga dibuat dalam kurva-S disamping kurva-S rencana. Jika kurva-S pelaksanaan pekerjaan di lpangan berada di bawah kurva-S rencana berarti pekerjaan mengalami keterlambatan dan jika sebaliknya pekerjaan lebih cepat dari yang direncanakan dan diusahakan sesuai dengan schedull yang ada dan dalam pengawasannya disusun dalam laporan harian, mingguan dan bulanan.
C. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dimaksudkan agar biaya dapat terkontrol dengan baik dalam pelaksanaan sebuah proyek, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak melebihi anggaran yang telah ditentukan sebelumnya. Pengendalian biaya meliputi material, upah tenaga kerja, penyewaan dan pembelian, alat-alat proyek.
Sistem pembayaran dalam proyek ini yaitu pemilik proyek (DPU Citra Karya Jakarata) kepada Kontraktor (PT. Hutama Karya) melalui empat termin yaitu :
• Termin (Angsuran) pertama
Dibayar 30% dari harga seluruhnya
Apabila pekerja telah mencapai 35% dinyatakan dalam berita acara pemeriksaan pekerjaan.
• Termin (Angsuran) Kedua
Dibayar 30% dari harga seluruhnya
Apabila pekerjan telah mencapai 50% dinyatakan dalam berita acara pemeriksaan pekerjaan.
• Termin (Angsuran) Ketiga
Dibayar 35% dari harga seluruhnya
Apabila pekerjaan telah mencapai 100% dinyatakan dalam berita acara pemeriksaan pekerjaan.
• Termin (Angsuran) Keempat
Dibayar 5% dari harga seluruhnya
Apabila masa pemeliharaan telah selesai dan pekerjaan diserahkan untuk kedua kalinya oleh kontraktor kepada pemilik proyek yang dinyatakan dalam berita acara pemeriksaan pekerjaan.
Sistem pembayaran tenaga kerja pada proyek pembangunan Rusunawa Karanganyar ini diatur sebagai berikut :
a. Upah tenaga tetap
Upah diberikan setiap bulan dan diatur sepenuhnya oleh pihak majemen PT. HUTAMA KARYA (Persero)
b. Upah tenaga harian
Upah tenaga yang diberikan secara harian dan pembayarannya dilakukan seminggu sekali, sedangkan besar kecilnya upah tergantung dari tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki para pekerja.
c. Upah tenaga borongan
Upah borongan dibayar berdasarkan satuan pekerjaan yang telah diselesaikan.
d. Upah lembur
Upah lembur dibayar sesuai perjanjian yang telah disepakati antar tim swakelola dengan pekerja sebelum pekerjaan dilaksanakan.

BAB III
TINJAUAN PERENCANAAN

3.1 Kriteria Perancangan
Proyek Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kaligawe Semarang ini di rencanakan memiliki 4 lantai, untuk itu diperlukan suatu perancangan terhadap bangunan tahan gempa menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SKSNI T - 15 - 1991 - 03), adalah sebagai berikut:
1. Akibat pengaruh gempa rencana, struktur gedung secara keseluruhan harus masih berdiri walaupun sudah berada dalam kondisi diambang keruntuhan. Gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, agar probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun. Untuk berbagai katagori gedung, bergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung selama umur gedung yang diharapkan, pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan I, menurut pasal 4.1.2, tabel 1 (SKSNI T-15-1991-03).
2. Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung beraturan, apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat (40m).
b. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25 % dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.
c. Sistem struktur gedung memiliki kekuatan lateral beraturan, tanpa adanya tingkat lunak. Tingkat lunak maksudnya adalah suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70 % kekakuan tingkat diatasnya atau kurang dari 80 % kekakuan lateral rata - rata 3 tingkat diatasnya. Dalam hal ini yang dimaksud kekakuan lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja ditingkat itu menyebabkan satu satuan simpangan antar tingkat.
d. Sistem struktur gedung memiliki berat lantai yang beraturan, artinya setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150 % dari berat lantai yang berada diatasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi ketentuan ini.
e. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50 % luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.
f. Untuk struktur gedung beraturan pengaruh gempa rencana dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga menurut standar analisisnya dapat dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen.
3. Struktur gedung yang tidak memenuhi ketentuan (2) diatas, ditetapkan sebagai struktur gedung tidak beraturan. Untuk struktur gedung tidak beraturan pengaruh gempa rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan analisis respon dinamik.
4. Perencanaan kapasitas, struktur gedung harus memenuhi persyaratan kolom kuat balok lemah, artinya ketika struktur gedung memikul pengaruh gempa rencana, sendi - sendi plastis di dalam struktur gedung tersebut hanya boleh terjadi pada ujung - ujung balok dan pada kaki kolom dan kaki dinding geser saja. Implementasi persyaratan ini di dalam perencanaan struktur beton dan struktur baja ditetapkan dalam standar beton dan standar baja yang berlaku.
5. Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun.
6. Untuk menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung, yaitu berupa beban geser dasar nominal statik ekuivalen pada struktur beraturan menurut pasal 6.1.2, gaya geser dasar nominal sebagai respon dinamik ragam pertama pada struktur gedung tidak beraturan menurut pasal 7.1.3 dan gaya geser dasar nominal sebagai respon dinamik seluruh ragam yang berpartisipasi pada struktur gedung tidak beraturan menurut pasal 7.2.1, untuk masing - masing wilayah gempa ditetapkan spektrum respon gempa rencana C-T.
7. Dalam perencanaan struktur atas dan struktur bawah suatu gedung terhadap pengaruh gempa rencana, struktur bawah tidak boleh gagal lebih dahulu dari struktur atas. Unsur - unsur struktur bawah harus tetap berperilaku elastik penuh terhadap pengaruh gempa rencana dan tak bergantung pada tingkat daktilitas yang dimiliki struktur atasnya.

3.2 Metoda Perancangan
Metoda perancangan adalah suatu cara yang digunakan untuk merencanakan suatu bangunan dengan peraturan - peraturan yang telah ditetapkan.
3.2.1 Konsep Desain kapasitas
Dalam merencanakan bangunan tahan gempa, terbentuknya sendi-sendi plastis yang mampu memancarkan energi gempa dan membatasi besarnya beban gempa yang masuk kedalam struktur, harus dikendalikan sedemikian rupa agar struktur berperilaku daktail dan tidak sampai runtuh saat terjadi gempa kuat. Pengendalian terbentuknya sendi - sendi pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan lebih dahulu dapat dilakukan secara terlepas dari kekuatan dan karakteristik gempa. Filosofi perencanaan seperti itu dikenal sebagai konsep desain kapasitas.
Guna menjamin terjadinya mekanisme goyang dengan pembentukan sebagian besar sendi plastik pada balok, konsep desain kapasitas diterapkan untuk merencanakan agar kolom lebih kuat dari balok portal (strong column - weak beam). Pada prinsipnya dengan konsep desain kapasitas elemen-elemen utama penahan beban gempa dapat dipilih, direncanakan dan didetail sedemikian rupa sehingga mampu memancarkan energi gempa dengan deformasu inelastis yang cukup besar tanpa runtuh. faktor - faktor yang perlu diperhatikan agar mekanisme ini dapat dijamin tercapai, adalah:
1. Faktor peningkatan kuat lentur balok sebagai elemen utama pemancar energi gempa.
Guna memperhitungkan adanya kemungkinan peningkatan kuat lentur penampang balok di daerah sendi plastis diperlukan faktor penambahan kekuatan (over strength factor) 0 sebesar 1,25 untuk fy <400 Mpa dan 0 sebesar 1,40 untuk fy > 400 Mpa. Kapasitas lentur penampang balok dapat diperkirakan sebesar:
Mkap b = 0 Mnak b
Mnak b : kuat lentur nominal aktual balok yang dihitung berdasarkan luas tulangan yang sebenarnya ada pada penampang yang ditinjau.
2. Faktor pengaruh beban dinamis pada kolom
Bila daerah sendi plastis sudah direncanakan penulangannya, maka momen kapsitas balok dapat diperhitungkan sebagai momen rencana yang bekerja pada kolom. Masalahnya penentukan besarnya bagian momen rencana yang harus diterima oleh kolom sebelah tas dan bawah balok tidak mudah dilakukan. Bila kemungkinan terbentuknya sendi plastis pada ujung- ujung kolom hendak dipastikan tidak terjadi diatas lantai dasar, maka distribusi momen yang memperhatikan pengaruh beban dinamis, sehingga momen rencana kolom menjadi:
Mu k = d k 0,7 Mkap b
d : faktor pembesaran dinamis sebesar 1,3 yang diambil untuk semua kolom pada semua tingkat
k : faktor distribusi momen elastis kolom portal
Mkap b : jumlah momen kapasitas balok disebelah kiri dan atau kanan kolom, pada pusat join yang berhubungan dengan kapasitas lentur aksial kolom
Faktor 0,7 : faktor reduksi 0 < 1,0 (SKSNIT-15-1991-03) 3.2.2 Perencanaan Struktur Gedung Beraturan Apabila katagori gedung memiliki faktor keutamaan (I) dan strukturnya untuk satu arah sumbu utama denah struktur dan sekaligus arah pembebanan gempa rencana memiliki faktor reduksi gempa (R) dan waktu getar alami fundamental (T1), maka (V) beban geser dasar nominal statik ekuivalen yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung dengan persamaan: dimana : C1 : adalah nilai faktor respons gempa (Spektrum Respons Gempa Rencana) menurut gambar 2 SNI 03-1726-2002 Wt : adalah berat total gedung termasuk beban hidup yang sesuai. Beban geser tersebut harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen (Ft) yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan : Ft = dimana: Wt : berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup zi : ketinggian tingkat lantai ke-i diukur dari taraf penjepit lateral n : nomor lantai tingkat paling atas Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1V harus dianggap sebagai beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai pada tingkat paling atas. Sedangkan 0,9V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban - beban gempa nominal statik ekuivalen (Fi) yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i. Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Reyleigh berikut ini: T1 = 6,3 dimana : di : simpangan horisontal lantai tingkat ke-i (dalam satuan mm) g : percepatangravitasi(9810 mm/det2) 3.3 Analisa Perancangan Analisa perancangan merupakan respon perhitungan dari desain perancangan pada konstruksi yang akan dibuat. Pada sub bab 3.3 ini merupakan penjabaran dari sub bab 3.2 Metoda Perancangan yang lebih detail analisisnya sesuai dengan pasal 3.14 SKSNI T - 15-1991-03 3.3.1 Struktur Daktail Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak balik akibat beban gempa di atas beban yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan. 1. Tingkat daktilitas 1 (elastis) Direncanakan tetap berperilaku elastis saat terjadi gempa kuat (u = 1,0). Beban gempa rencana harus dihitung berdasarkan faktorjenis struktur K=4,0. 2. Tingkat Daktilitas 2 (daktilitas terbatas) Daktilitas terbatas ( = 2,0) direncanakan sedemikian rupa dengan pendetailan khusus sehingga mampu berperilaku inelastis terhadap beban sklis gempa tanpa mengalami keruntuhan getas. Beban gempa rencana diperhitungkan dengan menggunakan faktor jenis struktur K ≥ 2,0. 3. Tingkat Daktilitas 3 (daktilitas penuh) Daktilitas penuh (= 4,0) direncanakan terhadap beban siklis kuat sedemikian rupa sehingga mampu menjamin terbentuknya sendi - sendi plastis dengan kapasitas pemancaran energi yang diperlukan. Beban gempa rencana diperhitungkan dengan menggunakan faktor jenis struktur K≥ 1,0. 3.3.2 Struktur Rangka dengan Daktilitas Penuh ( = 4,0) 1. Kombinasi Pembebanan Mu,b = l,2MD,b + l,6ML,b Mu,b = 0,9Mo,b + ME,b Mu,b = l,05(MD,b + ML,br+ ME,b) Dimana: MU, b : momen lentur perlu balok portal MD, b : momen lentur balok portal akibat beban mati (dead load) ML, b : momen lentur balok akibat beban hidup (live load) ML, br : momen lentur balok akibat beban hidup yang tereduksi ME, b : momen lentur balok akibat beban gempa (earthquake) 2. Komponen Struktur Rangka Menahan Beban Lentur (Balok) a. Gaya tekan aksial terfaktor yang bekerja pada komponen strukturnya: Pu ≤ 0,1 Agfc’ b. Bentang bersih komponen Struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi efektifnya, kecuali untuk balok perangkai dinding geser (1n ≥ 4d) c. Pada sembarang penampang suatu komponen struktur lentur, jumlah tulangan atas maupun tulangan bawah tidak boleh kurang dari (l,4bwd/fy) dan rasio tulangan tidak boleh melampui (7 bwd/fy). Paling tidak harus disediakan dua batang tulangan menerus pada kedua tulangan atas dan bawah. Gambar 3.1 rasio tulangan balok d. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan dalam daerah join, dalam jarak dua kali tinggi komponen struktur muka join dan pada lokasi dimana analisis menunjukkan terjadinya leleh lentur akibat perpindahan lateral inelastis rangka. e. Sengkang tertutup balok ≤ 50 mm s ≤ d/4 s ≤ 8 DAS min (d tul longitudinal) s ≤ 24  sengkang s ≤ 200 mm gambar 3.2 Jarak sengkang balok s ≤ dimana: As, 1 : luas satu kaki dari tulangan transversal, mm2 As, a : luas tulangan longitudinal atas, mm2 As, b : luas tulangan longitudinal bawah, mm2 fy : kuat leleh tulangan longitudinal, Mpa f. Kuat geser balok yang dibebani oleh beban gravitasi sepanjang bentangnya harus dihitung dalam kondisi terjadi sendi plastis. 0,7 dimana: Mkap, M’kap : momen kapasitas balok berdasarkan tulangan sebenarnya. Ln : bentang bersih balok VD, b : gaya geser balok akibat beban mati VL, b : gaya geser balok akibat beban hidup VE, b : gaya geser balok akibat beban gempa K : faktor jenis struktur (K ≥ 1,0) 3. Komponen struktur rangka yang menahan beban aksial (kolom) a. Dimensi penampang terpendek, diukur pada satu garis lurus yang melalui titik berat penampang, tidak boleh kurang dari 300 mm (bk>300 mm).
b. Gaya tekan aksial terfaktor Pu. 0,1 Ag fc, maka harus diberi tulangan transversal untuk memikul beban geser.
bk³0,4 hk
ho, k/bk≤25
≤16, bila momen berbalik tanda
≤ 10, untuk kolom kantilever
1% ≤ ρ (rasio tul) ≤ 6% bd
ρ (rasio tul) ≤ 8% bd, untuk daerah sambungan tul.
c. Sambungan lewatan hanya digunakan diluar daerah sendi plastis potensial dan harus diproporsikan sebagai sambungan tarik.
Sengakang (tul. Transversal)
s≤¼ bk
≤ 8θ tul. memanjang
350 mm < s ≤ 100 mm
d. Kuat lentur kolom portal dengan daktilitas penuh ditentukan pada bidang muka (Mu, k):
Mu, k : 0.7 ωd k (Mkap, ki + Mkap, ka)
Mu, k<1,05 (Md, k + ML, k + (4,0/K) ME, k)
Dimana:
ωd : faktor pembesaran dinamis yang memperhitungkan terjadinya sendi plastis pada struktur secara keseluruhan, diambil=1,3.
k : faktor distribusi momen kolom portal yang ditinjau sesuai dengan kekakuan relative kolom atas dan bawah.
Mkap, ki : momen kapasitas lentur balok di kiri bidang muka kolom
Mkap, ka : momen kapasitas lentuk balok di kanan bidang muka kolom.



BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar