Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Selasa, 14 Desember 2010

Makalah ARSITEKTUR

Download Disini : http://www.ziddu.com/download/12957314/ARSITEKTUR.docx.html


A. Pengantar
Pada zaman Hindu arsitektur adalah karya seni rupa yang melambangkan kebesaran kerajaan. Sekalipun sebagian besar karya seni rupa mengandung nilai fungsi sebagai media kebaklian agama, narnun tugasnya dalam mengabadikan kekuasaan dan kebesaran raja alau sulian letap menonjol.
Pada zaman Hindu bangunan candi tidak hanya mencerminkan hasrat untuk melambangkan ajaran dan faisafah agama tetapi bangunan ini sekaligus menjadi karya monumental kerajaan. Nilai-nilai monumental arsitektur Islam-kuno yang dimulai sejak zaman Wali memang kurang menonjol bila dibandingkan dengan arsiteklur zaman Hindu alau dengan bangunan-bangunan Islam di luar Indonesia. Semua itu tentu bukan karena tanpa alasan.
Gairah mencipta karya seni tidak begitu saja muncul, artinya perlu adanya rangsangan. Rupa-rupanya kondisi kebudayaan kurang menguntungkan pada waktu itu untuk mendirikan bangunan-bangunan yang serba megah dan serba besar dengan nilai-nilai monumental. Konsolidasi kekuasaan politik dan peperangan yang terus menerus antarkekuasaan dan melawan kekuasaan asing dapat mengurangi gairah mencipta.
B.1. Makam Islam Tertua
Makam adalah bangunan sebagai sarana dari sistem penguburan jenazah orang Muslim. Bangunan ini didirikan di atas permukaan tanah di liang kubur jenazah. Makam berbentuk bangunan persegi panjang dengan arah lintang utara-selatan yang terdiri dari bangunan bawah yang disebul kijing atau jirai dan bangunan atas yang disebut nisan atau maesan.
Ada dua jenis makam tua yang terdapat di Samudra Pase, Gresik dan Troloyo dekat Mojokerto.
Jenis makam yang pertama mempunyai ciri-ciri bangunan lama, sedang jenis makam yang kedua yang berasal dari luar Indonesia. Kijing makam yang berasal dari bentuk bangunan punden zaman Megalitik atau benda candi Jawa Timur termasuk yang tertua yang diketemukan di Troloyo.
Jenis makam tua yang kedua memiliki ciri-ciri dari luar Indonesia yaitu yang berasal dari Kambaya di Gujarat tempat asal agama Islam masuk ke Indonesia.
Contoh dari makam Gujarat itu ialah makam dari Sultan Malik as Shaleh di Samudra yang meninggal pada tahun 1297 dan makam dari Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal pada tahun 1419.
B.2. Makam Gaya Hindu
Makain sebagai bangunan suci perlu dilindungi dengan tambahan bangunan yang disebut cungkup. Tambahan bangunan cungkup sebenarnya bersumber pada pikiran lama seperti dalam mendirikan candi zaman Hindu.
Khusus untuk makam raja atau tokoh terkemuka dalam masyarakal, struktur bangunan cungkup mirip dengan candi yang lerdiri dari bagian kaki, tubuh dan atap dengan batas-batas perbingkaian mendatar.
Contoh makam bercungkup tertua ialah makam Fatimah binti Maimun di Leran dekat Gresik yang dikenal juga dengan makam Putri Cempa. Meskipun bagian atap dan cungkup sudah rusak, tetapi dari sisa bagian dinding tubuh masih tampak kemiripannya dengan tubuh bangunan can¬di Hindu dengan bingkai-bingkai mendatar.
Di Sulawesi Selatan pernah diketemukan juga makam bercungkup yaitu makam-makam para raja Goa. Dibandingkan dengan cungkup makam Putri Cempa, cungkup makam dari Sulawesi Selatan lebih kecil ukuran-nya. Bentuk keseluruhan cungkup berikut atapnya menyerupai bentuk jirat. Jadi, semacam jirat makam yang berlapis dengan lobang di salah satu sisi pendek kaki cungkup.
Usaha untuk melindungi jirai selain dengan mendirikan cungkup juga dengan mendirikan semacam pagar pelindung atau yang disebut rana.
Dinding rana biasanya hanya melindungi jiral pada kedua sisi panjang dan pada sisi ujung di sebelah utara. Dinding rana di ujung Utara ini pada makam-makam tua di Madura biasanya lebih tinggi ukurannya dari rana sisi samping jirat dengan bentuk seperti latar belakang jirat.
Makam biasanya tidak berdiri sendiri. Ada kebiasaan untuk men¬dirikan makam keluarga, khususnya untuk keluarga raja dalam susunan atau penataan tertentu. Pada makam kumpulan keluarga raja atau keturunan raja semacam ini tampak gugusan- gugusan makam lengkap dengan cungkupnya yang disusun seperti dalam menyusun bangunan-bangunan dalam kompleks istana lama dengan tembok keliling beserta gapuranya.
Pada mulanya peletakan makam-makam dari kesatuan gugusan disesuaikan dengan jenjang-jenjang dari lereng bukit atau gunung. Dengan demikian seluruh bangunan makam kumpulan terdiri dari beberapa jenjang pelataran yang terdapat pada lereng bukit. Jenjang pelataran teratas dan yang paling belakang adalah makam raja dan keluarga yang paling dekat. Selanjutnya secara bertahap menuju ke jenjang-jenjang di bawahnya melalui tangga dan gapura. Di tiap pelataran jenjang diletakkan makam-makam dari keturunan raja atau kerabat istana.
Prinsip dasar penyusunan rnakam kumpulan tersebut tidak berbeda dengan susunan kumpulan candi pada zaman Hindu. Perluasan dari makam kumpulan dapat menyimpanan dari rencana susunan semula yang menimbulkan kesan tidak teratur.
Contoh makam kumpulan dengan susunan seperti tersebut di alas ialah makam kumpulan di lereng Gunung Jati dan Gunong Sembung dekat Cirebon dan makam kumpulan di Imogiri dekat Yogyakarta. Susunan dari jenjang-jenjang pelataran yang dikelilingi oleh tembok batas dengan gapuranya tampak pada denah kompleks makam kum¬pulan tersebut.
Ada dua corak gapura yang berasal dari candi Hindu, yailu corak gapura yang bagian atasnya tertutup dengan susunan atap jenjang, jadi semacam gapura paduraksa pada bangunan pura di Bali atau yang disebul kori agung di Jawa, dan corak gapura yang lerbuka bagian atasnya yang menyerupai candi benlar atau yang disebut gapura belah.
Gapura terkenal pada makam kumpulan yang termasuk tertua ialah gapura makam di Sendangduwur dekat Tuban. Struktur dari gapura ini termasuk jenis yang berasal dari candi beratap atau disebut juga kori agung atau yang disebut paduraksa.
Pada makam kumpulan sering juga didirikan mesjid yang dipakai oleh para perziarah makam dalam menjalankan salat Jum'at. Penempatan mesjid dan makam dalam susunan tertentu biasanya tidak berdasarkan sistem atau perencanaan yang pasti dan tetap dalam arsitektur Islam-kuno. Di kompleks makam Gunung Jati misalnya letak mesjid tidak sama dengan lelak mesjid pada makam kumpulan di Sendangduwur. Pendirian mesjid pada makam kumpulan rupa-rupanya didasarkan kepada kebuluhan praktis, kurang berdasarkan pertimbangan perencanaan seperti tampak pada kebanyakan mesjid makam di negara-negara Islam lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar