Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Minggu, 28 November 2010

PENGARUH PEMBERIAN NUTRISI KEDELAI (Glycine max. L. Merril) TERHADAP KENAIKAN KADAR HDL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DI OVARIOKTOMI (MODEL MENOPAUSE)

Download Disini : http://www.ziddu.com/download/12736579/ruru.doc.html

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran masa menopause pada wanita memiliki dampak psikologis yang perlu dipahami untuk menjaga kesejahteraan hidup manusia, dalam masa menopause juga 'mengalami transisi atau krisis dalam kehidupannya, baik dalam pekerjaan, rumah tangga, hubungan sosial, dan lain-lain yang semuanya itu dapat memicu timbulnya stress pada wanita menopause.(Bromwich Peter 1989). Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara normal wanita akan mengalami menopause antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Meski kata menopause hanya mengandung arti akhir masa menstruasi, walaupun demikian dalam penggunaan secara umum menopause mempunyai makna masa transisi atau masa peralihan, dari beberapa tahun sebelum menstruasi terakhir sampai setahun sesudahnya. Hal itu disebabkan karena keluaran hormon dari ovarium (indung telur) berkurang, masa haid menjadi tidak teratur dan kemudian lenyap sama sekali. Dengan lenyapnya haid ini maka wanita sudah memasuki suatu masa peralihan yaitu masa menopause.(Anonymous,2008)
Sekresi hormon estrogen turun pada wanita menopause akibat atrofi ovarium yang terjadi secara alami. Setelah menopause atau pasca ovarektomi cenderung terjadi peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL sementara reseptor untuk LDL menjadi berkurang. Estrogen berperan dalam keseimbangan kolesterol LDL dan kolesterol HDL dengan sifat meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan kolesterol LDL. Pemberian estrogen per oral juga dapat menurunkan kolesterol total dan melindungi LDL dari oksidasi. Peningkatan kolesterol total dan kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL serta peningkatan rasio LDL/HDL merupakan faktor risiko terjadinya atherosklerosis dengan segala akibatnya.
Isoflavone yang banyak terdapat pada protein kedelai dan produk kedelai seperti tofu, tempe, minuman sari kedelai, tepung kedelai dan makanan konsentrat protein kedelai termasuk fitoestrogen yang secara struktural dan fungsional mirip dengan estrogen sehingga kedelai memiliki sifat estrogenik.(Anonymous 2009)
HDL kolesterol (high density lipoprotein cholesterol) atau kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah, juga dikenal sebagai kolesterol baik. Peranan kolesterol HDL adalah membawa kembali kolesterol buruk ke organ hati untuk pemrosesan lebih lanjut. Kolesterol ini tidak berbahaya. Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan sering disebut kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses Aterosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah).(Anonymous 2009)
Data dari WHI (Women Health Initiative) USA menunjukkan bahwa pemakaian TSH (Terapi sulih hormon) di dunia saat ini dibatasi dengan kontrol yang sangat ketat karena dalam pemakaian 5-7 th akan timbul efek samping yaitu dengan ditemukannya keganasan payudara 33,8%, masalah kardiologi 34,4%, stroke 49,1%, tromboemboli 125,3% pada pemakainya. Oleh karena itu dimulai mencari pengganti estrogen alamiah yang dianggap dapat mengambil alih posisi estrogen sebagai TSH, namun aman dan tidak menyebabkan keganasan, pendarahan. (Anonymous 2008)
Mengingat banyaknya kendala dalam pemakaian TSH seperti takut terkena kanker payudara, harus digunakan jangka panjang, banyaknya efek samping dan harga yang relatif mahal maka perlu dicari alternatif lain sebagai pengganti TSH yang dapat memenuhi kriteria alami, murah, berasal dari tanaman, efektif, dan dapat diterima oleh wanita menopause. Alternatif lain itu adalah fitoestrogen. Fito artinya tanaman sedangkan estrogen maksudnya memiliki struktur kimia dan khasiat biologi menyerupai estrogen. Struktur kimia fitoestrogen sebagian besar bukan steroid sedangkan estrogen umumnya adalah steroid. Fitoestrogen terdiri dari : Isoflavons (genistein, daidzein dan glycetein), Coumestan (coumesterol), lignan (matairesinol, secoisolariciresinol, enterodiol).(Anonymous 2002)
Fitoestrogen, yakni senyawa mirip estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, terutama dari produk polong-polongan (kedelai), gandum, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Fitoestrogen dapat ditangkap oleh penerima (reseptor) estrogen dalam tubuh dan akhirnya akan memberikan efek hormon dan antihormon. Pada fitoestrogen terdapat 3 jenis yaitu Isoflavons, coumestans, dan lignans. Isoflavon tidak hanya berperan pada organ reproduksi tetapi juga berperan pada kesehatan jantung. Pada masa premenopause perempuan memiliki perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular dengan adanya perlindungan hormon estrogen terhadap endotel. Setelah memasuki masa menopause saat kadar hormon estrogen berkurang, insiden penyakit kardiovaskular pada perempuan sama dengan laki-laki. Mekanisme isoflavon dalam mencegah penyakit kardiovaskular adalah melalui penurunan kolesterol. Isoflavon terbukti menurunkan kolesterol total, meningkatkan HDL, menurunkan trigliserida, dan mencegah oksidasi kolesterol LDL. Karena mengandung isoflavon yang terdiri dari atas genistein, daidzein dan glicitein, prtein kedelai dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskulas.(Subhan 2008)
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh pemberian nutrisi Kedelai (Glycine max. L. Merril) Terhadap kenaikan Kadar HDL Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang diovarioktomi (Model Menopause)”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh pemberian nutrisi kedelai (Glycine max. L. Merril) terhadap kenaikan kadar HDL (Hight Density Lipoprotein) pada tikus putih (Rattus norvegicus) Model Menopause yang diberi nutrisi kedelai dan yang tidak diberi nutrisi kedelai (kontrol) ?
2. Pada dosis berapakah pemberian nutrisi kedelai (Glycine max. L. Merril) pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang berpengaruh paling baik terhadap kenaikan kadar HDL ( Hight Density Lipoprotein) ?

1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian nutrisi kedelai (Glycine max. L. Merril) terhadap kenaikan kadar HDL (Hight Density Lipoprotein ) pada tikus putih (Rattus norvegicus) model Menopause yang diberi nutrisi kedelai dan yang tidak diberi nutrisi kedelai (kontrol) ?
2. Untuk mengetahui pada dosis berapakah pemberian nutrisi kedelai (Glycine max. L. Merril) pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang berpengaruh paling baik terhadap kenaikan kadar HDL ( Hight Density Lipoprotein) ?

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis :
a. Menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pengobatan
b. Memperkaya penelitian mengenai tanaman atau sekaligus makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang mempunyai efek mengurangi dampak menopause.
2. Secara Praktis :
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi kedelai (Glycine max. L. Merril) pada usia menopause.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Kedelai (Glycine max. L. Merril )
2.1.1 Taksonomi Kedelai (Glycine max. L. Merril )
Menurut Setijo Pitojo (2003:17), klasifikasi kedelai dalam taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Familia : Leguminosae (Papilionaceae)
Subfamili : Papilionaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merril

2.1.2 Morfologi Tanaman Kedelai (Glycine max. L. Merril )

 Biji
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.]

 Kecambah
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).
 Perakaran
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).
 Batang
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.
 Bunga
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
 Buah
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.
 Daun
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.


2.1.3 Manfaat dan kandungan senyawa kimia kedelai (Glycine max. L. Merril)
 Kandungan unsur kimia dalam kedelai
Unsur Gizi Kadar/100 gram
Energi 442 kal
Air 7,5 gram
Protein 34,9 gram
Lemak 18,1 gram
Karbohidrat 34,8 gram
Mineral 4,7 gram
Kalsium 227 mg
Fosfor 585 mg
Zat Besi 8 mg
Vitamin A 33 mcg
Vitamin B 1,07 mg
Sumber : Daftar Analisis Bahan Makanan Fak. Kedokteran UI, Jakarta 1992

Tabel 1: Kandungan Isoflavon pada Kedelai dan Berbagai Produk Olahan (Anderson, 1997)
Jenis Produk Protein
(g/100 g) Genistin
(µg/g protein) Isoflavon Total
(µg/g protein)
Kedelai mentah 37,0 1106 1891
Susu kedelai 4,4 30 56
Tempe mentah 17,0 277 531
Tahu 15,8 209

Dalam kedelai juga terdapat kandungan lain seperti serat, nicotinic acid, linoleic acid, fatty acid, niacin, lechitin, oleat, arakhidrat, lysine, threonine, proteinochromogen, saponin, isoflavon, genistein.
2.2 Tinjauan tentang lipid dan Lipoprotein
Lipid merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih berkerabat karena sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Kelompok ini mempunyai sifat umum yaitu (1) relatif tidak dapat larut dalam air dan (2) larut di dalam pelarut non polar, seperti eter, kloroform, serta benzen. Dengan demikian, kelompol lipid mencakup lemak, minyak, malam(wax), dan senyawa-senyawa lain yang berhubungan.
Lipid merupakan konstituen diet penting bukan hanya karena nilai energinya yang tinggi melainkan juga karena adanya vitamin larut lemak dan asam lemak esensial di dalam lemak makanan alami.
Lipid diklasifikasikan menjadi sederhana atau kompleks
Klarifikasi lipid berikut ini merupakan hasil modifikasi klasifikasi bloor :
1. lipid sederhana: ester asam lemak dengan berbagai alkohol.
a. lemak: ester asam lemak dengan gliserol. Lemak yang berada dalam keadaan cair
b. malam: ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berbobot molekul lebih tinggi
2. lipid kompleks: ester asam lemal yang mengandung gugusan lain disamping alkohol dan asam lemak.
a. fosfolipid: kelompok lipid, yang selain mengandung residu asam lemak dan alkohol, juga mengandung residu asam fosfat. Lipid ini sering mempunyai basa yang mengandung nitrogen dan substituen lain, misal, pada gliserofosfolipid, alkohol yang dimilikinya adalah gliserol dan alkohol pada stingofosfolipid adalah sfingosin
b. glikolipid (glikosfingolipid): kelompok lipid yang mengandung asam lemak, sfingosin, dan karbohidrat.
c. Lipid kompleks lain: lipid seperti sulfolipid dan amino lipid. Lipoprotein juga dapat dimasukkan ke dalam kategori ini.;
3. prekursor dan devirat lipid: kelompok ini mencakup asam lemak, gliserol, steroid, senyawa alkohol selain gliserol serta sterol, aldehid lemak, hidrokarbon, vitamin larut lemak, serta berbagai hormon.
Karena tidak bermuatan , asigliserol (gliserida) kolestrol dan ester kolesteril dinamakan lipid netral. (Robert K.Murray,2003)


2.2.1 Tinjauan tentang lipoprotein
2.2.2. Pengertian lipoprotein
Lipoprotein adalah molekul yang terdiri dari protein dan lipid yang digunakan dengan ikatan non kovalen yaitu interaksi hidrofob antara bagian (gugus) non polar dari lipid dengan molekul protein. Ada 2 macam lipoprotein: lipoprotein pengangkat yang merupakan bagian dari plasma darah dan sistem lipoprotein membran yang merupakan pembentuk sistem membran biologi. Lipoprotein plasma di dalam tubuh manusia dan hewan adalah sebagai alat pengangkut lipid antara berbagai organ, melalui darah (Wirahadikusumah, 1985)
Salah satu diantara lemak yang terpenting adalah kolesterol. Kolesterol diperlukan sebagai dasar dari berbagai hormon, tetapi sel tubuh yang paling membutuhkannya tidak mampu membuatnya dari bahan dasar kimia pembangun dalam diet. Seperti semua zat lemak, kolesterol tidak larut dalam air dan oleh karena itu, terbawa dalam aliran darah (yang seringkali berupa air) oleh protein pembawa khusus. Terdapat sejumlah jenis protein seperti ini yang disebut lipoprotein dan para pakar medik memisah-misahkannya menurut kelarutan mereka dalam tabung sentrifugal. Protein terberat yang mengendap paling cepat adalah high density lipoprotein (HDL); berikutnya adalah low density lipoprotein(LDL); dan yang terakhir adalah very low density lipoprotein (VLDL).
2.2.3. Jenis-jenis Lipoprotein
Ada empat kelompok utama lipoprotein yang telah diidentifikasi. Keempat kelompok ini adalah :
1. lipoprotein dengan densitas yang sangat rendah atau very low density lipoprotein (CVLDL atau pre-B-lipoprotein) yang berasal dari hati untuk mengeluarkan triasilgliserol.
2. lipoprotein dengan densitas rendah atau low density (LDL atau B-lipoprotein) yang memperlihatkan tahap akhir di dalam katabolisme VLDL.
3. lipoprotein dengan densitas tinggi atau high density lipoprotein (HDL atau a-lipoprotein) yang terlibat di dalam metabolisme VLDL dan kilomikron serta pengangkutan kolestrol
4. kilomikron yang berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus. (Murray,2003)
2.2.4. Metabolisme Lipoprotein
a. tiga komponen penting lipoprotein
• High density lipoprotein (HDL)
• Loe density lipoprotein (LDL)
• Very low density lipoprotein (VLDL)
b. Sifat-sifat lipoprotein
 LDL
• Pengantar kolestrol ke seluruh tubuh
• Dalam perjalanan melalui pembuluh darah melukai endotel sehingga memudahkan perlekatan kolestrol
• Apoprotein B, bagian LDL merupakan subtan aterosklerotik
• 80% reseptor tubuh LDL terdapat di lever
 HDL
• Mengambil kolestron dari perifer menuju lever yang mengeluarkan ke kandung empedu dengan perantaraan HDL2
• Apoprotein A1/A11 bersifat kardioprotektor.
 VLDL
• Berkaitan dengan penyakit DM dan penurunan HDL
c. Pengaruh estrogen terhadap metabolisme lipoprotein
• Meningkatkan aktifitas hepatik apoprotein B dan reseptor estrogen sel liver
• Meningkatkan pengambilan lever terhadap :
 LDL kolestrol dan kilomikron
 Menurunkan LDL kolestrol darah
• Meningkatkan aktifitas apoprotein A1 dan mengurangi aktifitas hepatik lipoprotein lipase sehingga dapat meningkatkan HDL darah
• Menekan aktifitas plasma lipoprotein lipase sehingga dapat meningkatkan trigliserin darah.(Ida Bagus 1987)

2.3. Tinjauan tentang kolestrol
2.3.1. pengertian kolestrol
Kolesterol adalah zat lemak seperti yang ditemukan di setiap sel hidup dalam tubuh. Kolesterol membantu mencerna lemak, memperkuat membran sel dan membuat hormon. Sebagian besar kolesterol dibuat di hati, tetapi kolesterol juga diproduksi di usus kecil dan oleh masing-masing sel dalam tubuh. Meskipun tubuh membuat kolesterol semua yang kita butuhkan, sekitar 1000 mg per hari, kita mendapatkan tambahan kolesterol dalam makanan kita. (2,3) Makanan kolesterol tinggi adalah kuning telur dan daging organ seperti hati dan ginjal. Tidak ada sumber makanan yang berbasis tanaman memiliki bahkan kolesterol alpukat dan kacang mentega, mereka hanya tinggi kandungan lemak. Sumber hewan dan susu semua mengandung kolesterol.
Kolesterol tidak dapat larut ke dalam darah sehingga kolesterol harus diangkut melalui darah oleh pembawa khusus bernama lipoprotein. Dua terkenal lipoprotein adalah low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoproteins (HDL). LDL berhubungan dengan kolesterol jahat dan HDL kolesterol dianggap baik. LDL kolesterol melalui keluar mendistribusikan seluruh tubuh dan merupakan penyebab lemak arteri membangun. HDL membawa kolesterol dari arteri dan kembali ke hati untuk diproses dan dihilangkan. HDL mengurangi lemak arteri membangun dan mengurangi risiko atau penyakit jantung. Bahkan penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatkan HDL, kolesterol baik, dapat mengurangi risiko penyakit jantung lebih dari menurunkan LDL. Akibatnya, National Cholesterol Education Program (NCEP) telah menetapkan panduan ini untuk kesehatan jantung:
1. HDL tingkat 60 adalah optimal, tetapi 40 untuk pria dan 50 untuk perempuan rata-rata.
2. LDL tingkat di kisaran 100? 159 adalah yang terbaik.
3. Total kolesterol HDL dan LDL di bawah 200.


Struktur Kimia Kolesterol


2.4. Tinjauan tentang Menopause
2.4.1. Pengertian Menopause
Menopause merupakan fase terakhir, dimana perdarahan haid seorang wanita berhenti sama sekali. Fase ini terjadi secara berangsur-angsur yang semakin hari semakin jelas penurunan fungsi kelenjar indung telurnya (ovarium). Selama masa peralihan dari siklus haid yang rutin setiap bulan ke masa menopause, terjadi perubahan-perubahan fisik dan juga kejiwaan pada seorang wanita. Pada masa menjelang menopause, estrogen yang dihasilkan semakin turun sampai masa menopause tiba. Menopause pada wanita merupakan bagian universal dan ireversibel dari keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi, dengan hasil akhir seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi. Seorang wanita dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasinya yang terakhir, ditandai dengan gejala-gejala vasomotor dan urogenital, misalnya kering vagina dan dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan klimakterium. Sementara sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun sebelum gejala-gejala vasomotor dan mens yang ireguler ini sudah mulai muncul, dinamakan fase peri menopause. Menopouse terjadi akibat turunnya level estrogen. Terdapat dua jenis hormon pada wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Leteinzening Hormone (LH) yang diperlukan dan penting untuk perkembangan reproduksi normal, dan bersama sama membantu produksi estrogen pada wanita. LH membnatu menstimulir produksi endrogen (suatu prekursor estrogen), sedangkan FSH menstimulasi peerkembangan follikuler dan aktifitas enzim aromatase. Aromatase adalah enzim yang dapat merubah endrogen menjadi estrogen. Selama menopouse berkuranganya suplai follikel menyebabkabn hormon LH dan FSH yang tidak digunakan meningkat, yang membuat kadar estrogen menurun dan menghentikan proses menstruasi. (Anonymous,2009)

2.5. Tinjauan tentang Estrogen dan Fitoestrogen
2.5.1 Pengertian estrogen
Estrogen adalah salah satu kelompok hormon steroid yang penting bagi fungsi seksual dan merupakan karakteristik sekunder perempuan. Di masa reproduktif (pra-menopause), 95% estrogen dalam tubuh perempuan dihasilkan oleh kandung telur (ovarium).
Estrogen sebenarnya bukan sekedar hormon pada wanita, karena diketahui bahwa estrogen juga dapat menjalankan fungsi sebagai antioksidan. Kolesterol LDL lebih mudah menembus plak di dalam dinding nadi pembuluh darah apabila dalam kondisi teroksidasi. Peranan estrogen sebagai antioksidan adalah mencegah proses oksidasi LDL sehingga kemampuan LDL untuk menembus plak akan berkurang. Peranan estrogen yang lain adalah sebagai pelebar pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menjadi lancar dan jantung memperoleh suplai oksigen secara cukup.
2.5.2. Jenis-jenis estrogen
Jenis-jenis estrogen yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita adalah estradiol, estriol, dan estron. Di dalam tubuh tiga jenis estrogen tersebut dibuat dari androgen dengan bantuan enzim. Estradiol dibuat dari testosteron, sedangkan estron dibuat dari androstenadion. Estron bersifat lebih lemah daripada estradiol, dan pada wanita pasca menopause, estron ditemukan lebih banyak daripada estradiol. Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki aktivitas bersifat mirip estrogen.
2.5.3 Fitoestrogen
Fitoestrogen merupakan komposisi alami yang ditemukan di tumbuhan yang memiliki banyak kesamaan dengan estradiol, bentuk alami estrogen yang paling poten. Tapi fitoestrogen memiliki efek keamanan yang lebih baik dibandingkan estrogen. Zat ini terdapat di tubuh tapi bisa diolah dan dibuang dengan mudah dari dalam tubuh. Fitoestrogen mempunyai efek fisiologis pada manusia, merupakan senyawa tumbuhan yang mempunyai aktifitas biologis seperti estrogen dan sifat ikatan estrogen yang lemah. Studi epidimiologi menyarankan untuk mengkonsumsi diet kaya fitoestrogen, seperti yang dilakukan pada masyarakat tradisional asia, yang dikaitkan dengan resiko terkena kanker payudara yang rendah (dipiro).
Pada tanaman dikenal ada beberapa kelompok fitoestrogen yakni; isoflavon, lignan, kumestan, triterpen glikosida, dan senyawa lain yang berefek estrogenik, seperti flavones, chalconcs, diterpenoids, triterpenoids, coumarins, dan acyclics. Isoflavon banyak dijumpai pada buah-buahan, teh hijau, kacang kedelai, dan produk-produk kedelai lainnya seperti tempe, tahu, dan tauco (soy products). Lignan lebih banyak dijumpai pada biji-bijian gandum maupun wijen. Sementara kumestan banyak terdapat pada kacang-kacangan, biji bunga matahari. Sedangkan triterpen glikosida banyak terkandung pada tanaman Cimifuga racemosa (sering disebut sebagai tanaman black cohosh). Tanaman ini tumbuh di hutan-hutan Amerika Selatan dan sekarang telah diekstraksi serta dikemas menjadi produk obat untuk menopause.
Di antara kelompok fitoesterogen tersebut, menunjukkan isoflavon adalah yang terbaik. Sebagai fitoestrogen, isoflavon kedelai memiliki dua efek penting. Pertama, saat kadar estrogen tinggi, fitoestrogen bisa menghentikan bentuk estrogen yang lebih poten diproduksi oleh tubuh dan bisa membantu mencegah penyakit yang diikendarai oleh hormon, seperti kanker payudara. Kedua, saat kadar estrogen rendah, seperti pada keadaan setelah menopause, fitoestrogen bisa menggantikan estrogen tubuh itu sendiri, sehingga bisa mengurangi hot flashes dan melindungi tulang.
Tingginya konsumsi produk kedelai sangatlah bermanfaat dalam mencegah berbagai penyakit kardiovaskular (yakni dengan mempertahankan kolesterol pada kadar yang normal), mencegah kanker payudara dan prostat, mencegah osteoporosis, dan mengurangi berbagai gejala serta keluhan menopause. Konsumsi makanan yang banyak mengandung fitoestrogen sejak masa kanak-kanak akan mencegah sindroma perimenopause di kemudian hari. Wanita Jepang, Indonesia, dan Mayan (Meksiko) yang mempunyai kebiasaan makan makanan yang mengandung fitoestrogen ternyata prevalensi hot flashes lebih rendah dari pada wanita Amerika.
2.6. Tinjauan tentang ovarioktomi (tikus model menopause)
Operasi ovariektomi merupakan salah satu rangkaian dari penelitian in vivo yang menggunakan hewan uji, dimana hewan uji berupa tikus betina diambil ovariumnya agar mengalami defisiensi estrogen. Hewan yang diovariektomi digunakan sebagai model untuk kondisi menopause dimana kondisi hormon estrogen dalam tubuh sudah sangat menurun dibandingkan kondisi normalnya. Senyawa yang diberikan dalam uji dengan tikus yang terovariektomi ini salah satunya adalah senyawa yang bersifat estrogenik, sehingga kedepannya dapat digunakan sebagai bahan alam yang berguna untuk terapi penggantian estrogen.(Isti Daruwati,2009).
Model menopause digunakan karena menopause identik dengan menurunnya estrogen dalam tubuh dan berpengaruh besar dalam memicu terjadinya gangguan kesehatan alat reproduksi dan dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler, oleh karena itu diperlukan adanya alternatif pengganti estrogen yang relatif lebih aman untuk digunakan.

2.7. Tinjauan umum tikus (Rattus norvegicus)
2.7.1. Klasifikasi Tikus
Menurut Sudjari (1996), klasifikasi dari tikus sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Classis : Mammalian
Sub clasis : Tehria
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Sub familia : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus

2.7.2. Deskripsi Tikus
Tikus putih adalah tikus laboratorium yang lebih cepat dewasa dibandingkan dengan tikus liar, juga tidak memperlihatkan perkawinan musiman dan umumnya lebih mudah berkembang biak. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim, ditempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus juga tidak mempunyai kandung empedu. (Anonymous, 2000).
Di Indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan “tikus besar”. Pemeliharaan dan makanan tikus ini lebih mahal dari pada mencit (Mus muscullus) tetapi dapat berkembangbiak sebaik mencit, karena hewan ini lebih besar dari pada mencit maka untuk beberapa percobaan tikus besar ini lebih menguntungkan. (Smith & Mangkoewidjoyo,1988).
Ciri-ciri morfologi dari Rattus norvegicus memiliki berat badan sekitar 80-300 gram, hidung runcing, badan kecil berukuran 16-21 cm, pada ekornya lebih panjang kepala dan badan, warna bulunya putih, kecoklatan pada daerah punggung bagian perut putih, kecoklatan pada daerah punggung bagian perut putih atau keabu - abuan. Rattus norvegicus merupakan tikus rumahan karena tinggal diatap bangunan, tikus ini mencapai umur dewasa sangat cepat masa kebuntingan sangat pendek dan berulang - ulang dengan jumlah anak yang banyak pada saat kebuntingan. Rattus norvegicus mempunyai daya penciuman yang tajam, sebelum aktif atau keluar dari sarangnya ia akan mencium-cium dengan gerakan kepala kekiri dan kekanan. Mengeluarkan jejak bahu selama orientasi sekitar sarangnya sebelum meninggalkannya. Urine dan sekresi genital yang memberikan jejak bau yang selanjutnya akan dideteksi dan diikuti oleh tikus lainnya. (Sudjari, 2006)






2.8 Kerangka konsep






]



2.9. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh pemberian nutrisi kedelai terhadap penurunan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) antara tikus putih (Rattus norvegicus) model menopause yang diberikan nutrisi kedelai dan yang tidak diberikan.
2. Pemberian nutrisi kedelai dengan dosis 1,5 grm, 3 grm, dan 4,5 grm berpengaruh paling baik dalam menurunkan kadar LDL tikus putih model menopause.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksprimen sungguhan (True Eksprimen). Karena didalam penelitian ini telah memenuhi tiga prinsip yaitu randomosasi, replikasi dan adanya perlakuan kelompok /perlakuan kontrol antara perlakuan dan perbandingan.
Eksprimen sungguhan merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental yang membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian eksperimen sesungguhnya adalah The Posttest Only Control Group Design dengan 4 perlakuan dan 6 kali ulangan.

3.2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia universitas muhammadiyah malang. Mulai penelitian pada tanggal 26 Agustus sampai dengan 12 september 2009.

3.3. Populasi dan sample penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau kumpulan obyek dengan ciri yang sama. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan Karakteristik dari populasi adalah sehat, aktif dan tidak cacat yang berumur 3 bulan dengan berat badan ± 200gr.


3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan obyek dalam penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah tikus putih betina, dengan ciri sebagai berikut: dewasa umur 3 bulan dan berat badan kurang lebih 200-300 gr sebanyak 24 ekor, yang dibagi menjadi 4 perlakuan dan 6 kali ulangan. Teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah Simple Random sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan random sederhana, dimana pengambilan sampel langsung dilakukan pada unit sampling sebagai unit populasi terkecil memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.

3.4. Variabel penelitian
3.4.1. Jenis variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dimanipulasi oleh peneliti dan sengaja diubah-ubah oleh peneliti untuk mengetahui pengaruhnya atau perbedaan pada faktor tertentu.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian nutrisi kedelai.
b. Variabel Tergantung
Variabel tergantung adalah variabel yang menjadi akibat dari perubahan pada variabel bebas.
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar LDL dan HDL tikus putih betina (Rattus norvegicus).
c. Variabel Kontrol
Variabel yang sengaja dikendalikan dengan tujuan untuk memastikan fungsi variabel bebas, sehingga tidak mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat. Adapun variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis kelamin tikus putih betina umur 3 bulan, berat badan 200-300 gram, makanan (BR 1), minuman (aquades), kandang tikus yang digunakan adalah bak plastik dengan ditutup kawat.


3.5. Definisi Operasional Variabel
a. Dosis adalah takaran obat untuk sekali pakai (dimakan, diminum, dan disuntikkan) dalam jangka waktu tertentu. Dosis pemberian nutrisi kedelai yang digunakan adalah 1,5 gr, 3 gr, dan 4,5 gr.
b. Kadar HDL merupakan jumlah HDL di dalam serum. Pengukuran kadar HDL dilakukan secara bersamaan, 1 hari setelah perlakuan terakhir.
c. Tikus putih (Rattus novergicus) yang digunakan adalah tikus putih betina yang berumur 3 bulan dengan barat badan kurang lebih 200-300 gram. Tikus putih tersebut di ovarioktomi (model menopause) terlebih dahulu.

3.6. Prosedur penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah dibagi menjadi 3 tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengumpulan data.
3.6.1. Tahap persiapan
3.6.1.1 Alat
a. Alat pemeliharaan tikus
 Kandang yang terbuat dari plastik ditutup dengan kawat.
 Tempat makan dan minum.
 Kawat.
 Sekam.
b. Alat pemberian nutrisi kedelai
 Spet ukuran 5 ml yang diberi selang kecil supaya dapat masuk ke dalam mulut tikus putih sampai ketenggorokan.
c. Alat untuk pembuatan tikus hipoestrogen (model menopause)
 surgical set
 spuit 1 cc
 meja operasi kecil
 baki plastik
 handscoon
 duk steril
 korentang
 bengkok
d. Alat untuk mengukur kadar kolestrol
 sarung tangan
 gunting atau pisau bedah
 botol tempat membius
 syringe ukuran 3 cc
 tabung ependorf (semacam tabung sentrifuge kecil terbuat dari plastik).
 Sentrifuge.
 Tabung reaksi.
 Alat untuk fotografi.
 Spektrofotometer.
 Mikropipet ukuran 50 μl, 100 μl, 500 μl.
 Pipet.
 Tabung cuvet.
3.6.1.2. Bahan
a. Bahan untuk pemeliharaan tikus
 Pakan BR 1
 Minuman
b. Bahan untuk perlakuan
 Tepung kedelai
c. Bahan pembuatan tikus hipoestrogen
 Ketalar (dosis 10mg/kgBB)
 Alkohol 70%
 Gentacimin ampul (dosis 60-80 %/kgBB/hari)
 Nebacitin powder
 Bethadine solution
 Benang cat gut
 Kassa steril
 Plester
 Kapas


d. Bahan untuk mengukur kadar LDL dan HDL
 Darah
 Serum
 Kolestrol
 Aquadest
 Reagen HDL pperipitan
 Reagen kolestrol FS
3.6.2. Tahap pelaksanaan
1. Tahap adaptasi
Pada tahap adaptasi ini dilakukan pemeliharaan tikus betina didalam kandang dalam kondisi laboratorium selama 1 minggu. Tujuan dari pemeliharaan tikus betina selama 1 minggu adalah untuk aklimatisasi, selama masa ini tikus mendapatkan makanan BR1 satu kali sehari yaitu pagi dan mendapat minum sebelum diberi perlakuan.
2. Tahap pembuatan tikus hipoestrogen
Pembuatan tikus hipoestrogen dilakukan melalui ooforektomi (OVX). Prosedur OVX dilakukan berdasarkan metode ingle DJ dan Griffith JQ, 1971 yang dimodifikasi, langkah-langkahnya yaitu:
a. Berat badan tikus ditimbang kemudian dianastesi ketamin i.m dengan dosis 40 mg/kgBB. Bulu di daerah operasi (abdomen) dicukur. Tikus dibaringkan di meja operasi, kemudian dilakukan sterilisasi di daerah operasi dengan bethadine solution dan alkohol 70% selanjutnya ditutup dengan duk steril.
b. Dibuat incisi 1,5 – 2 transabdomen kira-kira di atas uterus. Incisi dilakukan lapis demi lapis hingga menembus dinding peritoneum. Luka incisi ditarik ke lateral kanan-kiri menggunakan hak.
c. Bantalan lemak disingkirkan untuk memudahkan mencari oviduk dan ovariumnya. Ovarium terlihat menyerupai sekelompok anggur yang transulen. Oviduk dan ovarium dibebaskan dari jaringan lemak dan jaringan ikat di sekitarnya.

d. Dilakukan pengikatan di dua tempat yaitu : di proksimal dan distal ovarium, kemudian dilanjutkan dengan pengangkatan ovarium. Hal ini dilakukan ovarium kanan dan kiri. Selama proses pencarian dan pengangkatan ovarium harus dijaga kelembapan organ-organ lain dengan cara menetesi dengan cairan fisiologis. Kembalikan uterus dan bantalan lemak ke posisi semula.
e. Sebelum dilakukan penjahitan, nebacitin powder ditaburkan ke dalam rongga abdomen.
f. Setelah luka dijahit dan ditutup, tikus dimasukkan dalam kandang. Tiap kandang hanya berisi 1 ekor tikus. Hari I,II,III pasca ooforektomi,
g. Dilakukan penyuntikan gentamicin i.m dengan dosis 60-80 mg/kgBB/hari.
h. Selama pemeliharaan diberikan minum dan makan yang cukup, cahaya terang/gelap bergantian selama 12 jam dan dalam suhu kamar.
i. Tanda kewberhasilan ooforektomi dapat dilihat dari turunnya kadar estradiol plasma, meningkatnya kadar FSH, berkurangnya berat uterus, dan gambaran diesterus pada hapusan vagina. (David et al.2001)
3. Tahap Pemberian Nutrisi Kedelai
Tikus dipegang pada tangan kiri, kepala berada diantara telunjuk dan jari tengah, ibu jari berada di dekat rahang ( Astuti, 1986). Tangan kanan memegang spet yang berisi tepung kedelai, kemudian dimasukkan ke dalam mulut agak menekan lidah dan didorong masuk ke dalam esofagus.
3.3.1.1. Tahap pemeriksaan Kadar LDLdan HDL
Tahap Pengukuran Kadar Kolesterol LDL
• Tahap Persiapan
a. Membius tikus dengan kloroform
b. Melakukan pembedahan
c. Mengambil darah tikus dibagian jantung dengan menggunakan syringe
d. Memasukkan darah kedalam tabung ependorf
e. Mensentrifuge sampel darah dengan kecepatan 4000 rpm selama 20 menit.
Mengambil supernatan sampel darah (serum darah) dan menempatkan di tabung reaksi

• Tahap pengukuran kadar LDL
a. Mempersiapkan reagen presipitan yang merupakan reagen siap pakai. Reagen ini stabil sampai tanggal kadaluarsa pada 15 sampai 25 ˚C. Reagen ini mengandung asam fosfotungstik: 0,44 mmol/l dan magnesium klorida: 20 mmol/l.
b. Mempersiapkan sample dengan cara mencampur 100 µl sample (serum) dengan 1000 µL reagen presipitan LDL di inkubasi pada suhu 37º C selama 15 menit. Kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm selama 20 menit. Supernatan yang jernih harus dipisahkan dari endapan setelah sentrifugasi dan digunakan untuk penentuan kolesterol dengan metode LDL Precipitante.
c. Membuat larutan sample yang terdiri dari supernatant 100 µl dan 100 µL larutan standar di masukkan kedalam 2 tabung reaksi yang berbeda. Masing-masing di tambahkan dengan 1000 µL reagen cholesterol. Di inkubasi pada suhu 37º C selama 10 menit.
d. Membaca absorbansi sample terhadap blanko dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 nm atau Hg 546 nm.
e. Menghitung kadar LDL dengan rumus sebagai berikut :
Concentration Supernatant = ΔE Sampel x Const. Standar (200 mg/dl)
ΔE Standart
LDL cholesterol = konsentrasi total – konsentrasi supernatant
3.3.1.2. Tahap pengukuran kadar kolestrol HDL
 Tahap Persiapan
a. Membius tikus dengan kloroform
b. Melakukan pembedahan
c. Mengambil darah tikus di bagian jantung engan menggunakan syringe
d. Memasukkan darah ke dalam tabung ependorf
e. Mensentrifuge sampel darah dengan kecepatan 4000 rpm selama 20 menit. Mengambil supernatan sampel darah (serum darah) dan menempatkan di tabung reaksi.

 Tahap Pengukuran HDL
Presipitat :
• Siapkan alat dan bahan yang bersih dan bebas dari lemak.
• Masukkan 250 μl sampel masukkan kedalam tabung espendof
• Tambah 250 μl reagen HDL kolestrol.
• Campur dan inkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
• Putar dengan mikrosentrifuge pada kecepatan 6480 rpm selama 10 menit.
• Ambil supernatan sebagai sampel.
Pengukuran kadar :
• Ambil 25 μl supernatan dan 25 μl standart masukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda.
• Tambah 1000 μl reagen kolestrol.
• Campur dan inkubasi pada suhu kamar selama 10 menit.
• Baca pada spektofotometer dengan λ 510 nm.
Hasil :
• Ax / As x 50 x 2 = mg/dl HDL Cholestrol.
Keterangan :
• Ax : Absorbansi sampel.
• As : Absorbansi standart.
Nilai normal :
• Laki-laki : < 40 U/L • Perempuan : < 31 U/L Catatan : • Blanko menggunakan reagen Cholestrol. • Perlakuan standart, sampel diganti dengan standart. 3.6.3 Tahap Prosedur Kerja 3.7. Tahap Pengumpulan Data 3.7.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dimana perlakuannya adalah konsentrasi tepung kedelai. Perlakuan dalam penelitian ini adalah konsentrasi tepung kedelai yang bervariasi : A : Tikus putih betina ( kontrol ) + Ovariektomi B : Tikus putih betina + Ovariektomi + 1,5 gr/BB C : Tikus putih betina + Ovariektomi + 3 gr/BB D : Tikus putih betina + Ovariektomi + 4,5 gr/BB Pemilihan dosis berdasarkan : 80 mg isoflavons setara dengan 100 gr kedelai (D Singh, 2006). Dosis isoflavons untuk tikus 2,5 mg/hari dengan BB rata-rata 185 gr (Lien,2009), sehingga dari hitungan di atas :  80 mg isoflavons setara dengan 100 gr kedelai.  2,5 gr isoflavons setara dengan 3 gr kedelai. Pemberian isoflavons pada manusia pada eksperimen yang sudah ada dengan dosis 20, 40, 80 mg sehingga dosis untuk kelompok pada penelitian ini adalah :  40 mg isoflavons pada manusia setara dengan 1,5 gr kedelai pada tikus putih.  80 mg isoflavons pada manusia setara dengan 3 gr kedelai pada tikus putih.  120 mg isoflavons pada manusia setara dengan 4,5 gr kedelai pada tikus putih. 3.8. Metode analisis data Data yang diperoleh akan diolah. Data yang ada diuji dengan normalitas, dimana data dikataka normal bila Ftabel lebih besar dari Fhitung. Jika data berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji homogenitas, dimana data dikatakan homogen jika Ftabel lebih besar dari Fhitung. Setelah data berdistribusi normal dan variasi data homogan, maka dilanjutkan analisa dengan menggunakan Anava satu jalur, karena ada satu variabel bebas. Bila ada pengaruh sangat nyata diantara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji BNT yaitu Beda Nyata Terkecil. a. Uji Normalitas Langkah-langkah adalah sebagai berikut :  Pengamatan x1, x2 ......x dijadikan bilangan baku z1, z2 .....zx dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Zi = X1 – X S (X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)  Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang.  F ( zi ) = P ( z = zi)  Selanjutnya dihitung proporsi zi, z .....z yang lebih kecil atau sama dengan z i jika proporsi dinyatakan oleh S ( z i ), maka :  S ( Zi ) = BanyaknyaZ1,Z2,V,Zn Zi  Menghitung selisih F ( z i ) – S ( z i) kemudian menetuka harga mutlaknya.1 Untuk lebih mudahnya dibuat daftar sebagai berikut : X1 Z1 F ( Zi) F (Zi) – S (Zi) Keterangan : X1 : Data pengamatan Z1 : Hasil nilai baku F(Z1) : Tabel normalitas Menghitung harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut dan menyebutkan harga tersebut ini L0 Untuk menerima atau menolak hipotesa nol, kita bandingkan L ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf 5%. H0 ditolak jika L0 > L, berarti populasi berdistribusi tidak normal
H0 diterima jika L0 < L, berarti populasi berdistribusi normal b. Uji Homogenitas Langkah – langkah uji homogenitas :  Menetukan data  Menetukan nilai 1/dk  Menghitung varian data (S2) = Σ X1 - X n – 1  Menghitung log Si2  Menghitung dk ( log Si2)  Menghitung JK total = Σ xi2 – (x Σxi)2/r Perlakuan db 1/db JK Si2 Log Si2 db.log Si2  Menghitung nilai satuan B = log S2.  Menghitung X2 = (ln 10) [B- log Si2]  Fkoreksi (c) = 1 + [ ] [ - ]  X2koreksi = X2  Menentukan nialai Xtab (1-a) (n-i) Kesimpulan : H0 ditolak jika X2 terkoreksi > X2 tabel
: H0 ditolak jika X2 terkoreksi < X2 tabel c. Uji Anava  Menghitung jumlah kuadrat total (JKT) = ΣXt2- (ΣXt)2/n  Menghituing jumlah kuadrat perlakuan (JKP) = ΣXp2 (ΣXt)2/n  Menghitung jumlah kuadrat galat (JKG) = JKT – JKP  Menghitung derajat bebas (db) dbp = r – 1 = 3 – 1 = 2 dbt = Σ (r - 1)  Menghitung kuadrat tengah atau (KT) KTP = KTG = Fhitung = Ftabel = F (a)(dbp, dbg) Kesimpulan : F hit > Ftab, Ho diterima
F hit < Fhit, Ho ditolak d. Uji lanjut setelah anava yaitu dengan dengan Uji Beda nyata terkecil (BNT). Uji ini dilakukan untuk membandingkan antar perlakuan dalam percobaan yang berbeda nyata atau berbeda tidak nyata. Langkah-langkahnya sebagai berikut: • Mengurutkan nilai rata-rata perlakuan dari yang terkecil ke terbesar. • Menghitung nilai BNT BNT = t (v) . S Dimana : S = Keterangan: t = nilai baku t-student padataraf uji v = derajat bebas galat α = 0,01 (lihat tabel BNT) KTG = jumlah kuadrat galat dibagi derajat bebasan galat r = ulangan Untuk mempermudah perhitungan Beda Nyata Terkecil (BNT) lebih baik dibuat daftar seperti dibawah ini: Perlakuan Rerata Beda Dengan 2 3 4 5 6 0 1 . I 2 . . I Keterangan: * = Berbeda nyata ** = Berbeda sangat nyata Sedangkan untuk mempermudah perbandingan penurunan LDL tikus pada rata-rata perlakuan dibuat daftar sebagai berikut: Perlakuan Rata-rata BNT 0.05 = 0,5 S1 . . Si BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ; Pengaruh Pemberian Nutrisi Kedelai (Glycine max L.) terhadap kenaikan kadar HDL (High Density Lipoprotein) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang diovarioktomi (Model Menopause), maka analisis data dan pembahasan dapat di jelelaskan seperti uraian dibawah ini. 4.1. Hasil Penelitian Untuk hasil perhitungan kadar HDL (High Density Lipoprotein) pada tikus akibat pemberian nutrisi kedelai dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1. Pengaruh Pemberian Nutrisi Kedelai Terhadap Peningkatan Kadar HDL Tikus Putih model Menopause Perlakuan Ulangan Total Rerata 1 2 3 4 5 6 Kontrol 26 27 26 28 29 29 165.00 27.50 Dosis 1.5 34 28 24 25 26 24 161.00 26.83 Dosis 3 29 27 26 24 27 24 157.00 26.17 Dosis 4.5 30 29 34 34 30 28 185.00 30.83 Jumlah 120 668.00 Secara visual rata-rata kadar kolesterol kadar HDL pada tikus akibat pemberian pemberian nutrisi kedelai digambarkan pada grafik berikut: Grafik 4.1. Diagram Rata-rata Kadar HDL Tikus Putih model Menapause 4.1.1. Uji Normalitas Selanjutnya, sebelum perhitungan dengan menggunakan analisis anava satu arah, dilakukan uji normalitas, untuk mengetahui data yang didapatkan dari hasil penelitian tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Dengan kriteria hipotesa nol, dimana data distribusi normal jika L0 < L daftar tabel (Sudjana, 1992). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui sebagai berikut. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) 1 24 -1.265 0.103 0.042 -0.061 2 24 -1.265 0.103 0.083 -0.020 3 24 -1.265 0.103 0.125 0.022 4 24 -1.265 0.103 0.167 0.064 5 25 -0.935 0.175 0.208 0.033 6 26 -0.605 0.273 0.250 -0.023 7 26 -0.605 0.273 0.292 0.019 8 26 -0.605 0.273 0.333 0.061 9 26 -0.605 0.273 0.375 0.102 10 27 -0.275 0.392 0.417 0.025 11 27 -0.275 0.392 0.458 -0.067 12 27 -0.275 0.392 0.500 -0.108 13 28 0.055 0.522 0.542 0.020 14 28 0.055 0.522 0.583 0.061 15 28 0.055 0.522 0.625 0.103 16 29 0.385 0.650 0.667 0.017 17 29 0.385 0.650 0.708 0.058 18 29 0.385 0.650 0.750 0.100 19 29 0.385 0.650 0.792 0.142 20 30 0.715 0.763 0.833 0.071 21 30 0.715 0.763 0.875 0.112 22 34 2.034 0.979 0.917 -0.062 23 34 2.034 0.979 0.958 -0.021 24 34 2.034 0.979 1.000 0.021 rerata 27.83 SD 3.0312383 L hit 0.1418294 NORMAL L tab 0.1981156 Dari perhitungan di atas diketahui bahwa L hitung < L tabel (0.142 < 0.198), sehingga dapat dijelaskan bahwa data hasil penelitian berdistribusi normal. 4.1.2 Uji Homogenitas Dalam tahap perhitungan yang menggunakan Anava disertai pula landasan bahwa harga-harga varian dalam kelompok bersifat homogen atau relatif sejenis. Homogenitas varian merupakan asumsi yang penting di dalam perhitungan Anava. Adapun hasil perhitungan untuk mengetahui homogenitas dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Perlakuan db 1/db JK Si2 log Si2 db*log Si2 Kontrol 5 0.2 9.5 1.9 0.2787536 1.393768 Dosis 1.5 5 0.2 72.833333 14.566667 1.1633602 5.8168009 Dosis 3 5 0.2 18.833333 3.7666667 0.5759572 2.8797859 Dosis 4.5 5 0.2 32.833333 6.5666667 0.817345 4.0867249 Total 20 0.8 134 14.17708 S^2 6.7 log S^2 0.8260748 B 16.521496 X^2 5.3982531 c 1.0833333 X^2 tkrks 4.9830028 HOMOGEN X^2 tab 7.8147278 Selanjutnya berdasarkan perhitungan didapatkan hasil perhitungan x2terkoreksi sebesar 5,398, sedangkan x2 tab sebesar 7,815, sehingga dapat dijelaskan bahwa data yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah homogen. Sedangkan hasil analisis anava dari pengaruh pemberian nutrisi kedelai terhadap peningkatan kadar HDL dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.4 Hasil Analisis Anava Dari Kadar Nutrisi Kedelai Terhadap Peningkatan HDL Tikus Putih Model Menopause SK db JK KT F hit Notasi F tab 5% 1% Perlakuan 3 77.333333 25.777778 3.8474295 * 3.10 4.94 Galat 20 134.00 6.7 Total 23 211.33 Berdasarkan nilai Probabilitas (P) atau signifikasi pada tabel diatas dapat dinyatakan bahwa hipotesis diterima dengan α < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang nyata pengaruh pemberian Nutrisi Kedelai terhadap peningkatan kadar HDL tikus putih model menopause. Di samping itu, pengujian dengan menggunakan uji F didapatkan hasil bahwa F hit > F tab, artinya perlakuan yang dilakukan memiliki pengaruh yang signifikan (tidak bisa diabaikan) terhadap peningkatan kadar HDL pada tikus model menopause.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan BNT Pemberian Kadar Nutrisi Kedelai Terhadap Peningkatan HDL Tikus Putih Model Menopause
Perlakuan Uji Rerata Perlakuan Kontrol ( X2) | X1 − X2 │ Signifikasi
Jenis Rerata (X1)
Dosis 1.5 26.83333 27.5 0,66667 tidak signifikan
Dosis 3 26.16667 0,66667 tidak signifikan
Dosis 4.5 30.83333 4,6666* signifikan
BNT(0,05) = 2,086 x 1,49 = 3,12
BNT(0,01) = 2,845 x 1,49 = 4,25
Keterangan : * = Berbeda Nyata
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kontrol dengan pemberian kadar nutrisi kedelai terhadap peningkatan HDL Tikus Putih Model Menopause dengan dosis 4.5, sedangkan pada dosis 1,5 dan dosis 3 tidak berbeda secara nyata.


4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa perlakuan pemberian nutrisi kedelai memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kadar HDL (High Densitiy Lipoprotein) tikus putih model menopause.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tikus putih dengan beberapa perlakuan memberikan tingkat peningkatan kadar HDL yang berbeda-beda pada setiap dosisnya. Peningkatan HDL tikus putih dengan model menopause ini memiliki arah yang positif, artinya peningkatan dosis nutrisi kedelai semakin meningkatkan HDL tikus putih. Secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut, tanpa perlakuan kadar HDL tikus putih memiliki rata-rata sebesar 27,5 mg/dl, dosis 1.5 gr memiliki rata-rata sebesar 26,8 mg/dl, dosis 3 gr memiliki rata-rata sebesar 26,12 mg/dl sedangkan untuk dosis 4.5 gr memiliki kadar HDL sebesar 30,8 mg/dl.
Berdasarkan perhitungan analisis data dengan menggunakan analisis variansi dapat diketahui bahwa, pemberian nutrisi kedelai memiliki pengaruh terhadap peningkatan HDL pada tikus putih model menopause. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel 3,85 > 3,01. Di samping itu nilai signifikan menunjukkan memiliki nilai  kurang dari 0,05 namun tidak kurang dari 0,01, sehingga dapat dijelaskan bahwa perlakuan dengan memberikan nutrisi kedelai pada tikus putih memiliki pengaruh yang berarti dalam meningkatkan kadar HDL pada tingkat kepercayaan 0,05 namun tidak pada tingkat 0,01.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil perhitungan analisis tersebut dapat diketahui pula bahwa dosis pemberian nutrisi kedelai sebesar 4.5 gr memiliki kadar peningkatan yang lebih tinggi terhadap HDL pada tikus putih model menopause, sehingga dapat dijelaskan diantara 4 perlakuan yang telah dilakukan dosis 4.5 gr memiliki signifikan yang lebih besar dalam meningkatkan kadar HDL pada tikus putih model menopause.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.I Kesimpulan
Pengaruh pemberian nutrisi kedelai (Glycine max L.) terhadap peningkatan kadar HDL (High density lipoprotein) tikus putih (Rattus norvegicus) yang di ovariektomi (Model Menopause)
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Ada pengaruh pemberian nutrisi kedelai (Glycine max L.) dengan berbagai dosis yang berbeda terhadap kenaikan kadar HDL dalam darah tikus putih model menopause.
2. Dosis nutrisi kedelai (Glycine max L.) yang dapat menaikkan kadar HDL dalam darah secara optimal adalah pada dosis 4,5 gr

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan antara lain :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efektifitas nutrisi kedelai (Glycine max L.) terhadap kenaikan kadar HDL dalam darah.
2. Perlu dilakukan uji klinis terlebih dahulu untuk mengetahui efek lain dari nutrisi yang terdapat pada kedelai terhadap bagian-bagian tubuh lain

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2004.Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai Terhadap kadar Kolestrol LDL dan HDL pada tikus Putih Jantan
http://www.adln.lib.unair.ac.id/search.php?

Anonymous.2008.Lebih Alami dengan Phytoestrogen
http://www.kompas.com/data/2008

Anonymous.2009.Manfaat kedelai untuk kesehatan.
http://ixoranet.com/modules.php?op.modload/leafler%

Anonymous.2009.Atasi Menopause dengan Nutrafor Balance
http://m.okezone.com

Anonymous.2002.Dampak Terapi Estrogen pada Wanita Menopause
http://kolom.pacific.net.id/ind/index2.php?

Anonymous,2009.Berkenalan dengan kolestrol
http://www.kamusilmiah.com

Anonymous.2009.Isoflavons, Senyawa Multi-Manfaat dalam Kedelai
http://kacangkedelai.Blogdetik.com/2009

Anonymous.2009.Isoflavons,Menopause, dan Kanker Payudara
http://www.soyaaksi.com.html

Baraas faisal, 1993. Mencegah serangan jantung dengan menekan kolestrol. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Bromwich Peter, 1989. Menopause, Jakarta

Hanafiah.1995. Rancangan Percobaan (teori dan aplikasi).PT.Raja Grafindo persada.Jakarta.

Ida Bagus Gde Prof, 2000. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obsteri ginekologi dan KB. Penerbit: buku kedokteran, Jakarta.

Murray K Robert, 2001. Biokomia Harper (edisi 24). Penerbit: buku kedokteran, Jakarta

Murray K Robert, 2001. Biokomia Harper (edisi 25). Penerbit: buku kedokteran, Jakarta

Poerwati, E, 2000. Dasar-dasar metode penelitian. UMM. Malang
PROPOSAL SKRIPSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar