Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Minggu, 24 Oktober 2010

Ontologi, aksiologi, epistimologi ekonomi

Selasa, 22 Juni 2010
Ontologi, aksiologi, epistimologi ekonomi. "copian"
ONTOLOGY, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI
ILMU EKONOMI

Saat ini pembagian pengetahuan yang dianggap baku boleh dikatakan tidak ada yang memuaskan dan diterima semua pihak. Pembagian yang lazim dipakai dalam dunia keilmuan di Barat terbagi menjadi dua saja, sains (pengetahuan ilmiah) dan humaniora. Termasuk ke dalam sains adalah ilmu-ilmu alam (natural sciences) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences), dengan cabang-cabangnya masing-masing. Termasuk ke dalam humaniora adalah segala pengetahuan selain itu, misalnya filsafat, agama, seni, bahasa, dan sejarah.
Penempatan beberapa jenis pengetahuan ke dalam kelompok besar humaniora sebenarnya menyisakan banyak kerancuan karena besarnya perbedaan di antara pengetahuan-pengetahuan itu, baik dari segi ontologi, epistemologi, maupun aksiologi. Kesamaannya barangkali terletak pada perbedaannya, atau barangkali sekadar pada fakta bahwa pengetahuan-pengetahuan humaniora itu tidak dapat digolongkan sebagai sains. Humaniora itu sendiri, pengindonesiaan yang tidak persis dari kata Inggris humanities, berarti (segala pengetahuan yang) berkaitan dengan atau perihal kemanusiaan. Tetapi kalau demikian, maka ilmu-ilmu sosial pun layak dimasukkan ke dalam humaniora karena sama-sama berkaitan dengan kemanusiaan.
Perlu diketahui bahwa akhir-akhir ini kajian epistemologi di Barat cenderung menolak kategorisasi pengetahuan (terutama dalam humaniora dan ilmu sosial) yang ketat. Pemahaman kita akan suatu permasalahan tidak cukup mengandalkan analisis satu ilmu saja. Oleh karena itu muncullah gagasan pendekatan interdisiplin atau multidisplin dalam memahami suatu permasalahan. Bidang-bidang kajian yang ada di perguruan tinggi-perguruan tinggi Barat tidak lagi hanya berdasarkan jenis-jenis keilmuan tradisional, tetapi pada satu tema yang didekati dari gabungan berbagai disiplin. Misalnya program studi Timur Tengah, studi Asia Tenggara, studi-studi keislaman (Islamic studies), studi budaya (cultural studies), dll.
Tema-tema yang dahulu menjadi monopoli satu ilmu pun kini harus didekati dari berbagai macam disiplin agar diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif. Wilayah-wilayah geografis tertentu, misalnya Jawa, suku Papua, pedalaman Kalimantan, atau Maroko dan Indian, yang dahulu dimonopoli ilmu antropologi, kini harus dipahami dengan menggunakan berbagai macam disiplin (sosiologi, psikologi, semiotik, bahkan filsafat).
Ilmu ekonomi merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial dan memiliki obyek formal sama dengan obyek formal ilmu-ilmu sosial lainnya. Adapun obyek material ilmu ekonomi terkait dengan bagaimana manusia melakukan pilihan dalam memenuhi kebutuhan. Dalam melaksanakan pendidikan ekonomi para pendidik harus memahami karakteristik utama bidang ekonomi dan dituntut untuk memiliki kompetensi professional penguasaan bahan, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi belajar, pengenal fungsi bimbingan belajar, menyelanggarakan administrasi sekolah, dan mengatasi penelitian pengajaran. Dalam tulisan ini dibahasberbagai aspek dan dimensi yang terkait dengan pendidikan ekonomi, khususnya di sekolah menengah.
Secara institusional Pendidikan Ekonomi merupakan suatu nama jurusan ataupun program studi yang berada di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dan memiliki kewenangan untuk melahirkan tenaga kependidikan di bidang ekonomi. Terlepas dari tugas baru mencetak para ekonom yang merupakan perluasan mandate ( Wider mandate) yang dilakukan di beberapa perguruan tinggi ( termasuk UPI) yaitu dengan dibukanya program studi non kependidikan, tugas utama jurusan pendidikan ekonomi adalah mencetak para pendidik (guru) yang memiliki kompetensi dalam bidang ekonomi. Pendidik bidang studi ekonomi harus memahami dan mampu mentransfer ilmu ekonomi kepada anak didik baik ilmu ekonomi sebagai disiplin ilmu mandiri maupun sebagai bagian dari ilmu pengetahuan sosial (IPS).
Sebagai bagian dari ilmu sosial, ilmu ekonomi memiliki objek formal yang sama dengan ilmun sosial lainnya. Kosasih Djahiri (Dalam Sadeli, 1999:2) mengatakan bahwa; “salah satu program pendidikan IPS adalah yang secara kognitif melatih dan membekali anak didik dengan conceptual-knowledge yang layak, kemampuan berfikir dan memecahkan masalah dan secara metacognitive awarnes and skill membekali kemampuan penalaran dan belajar yang luas, begitu pula dengan pelajaran ekonomi, siswa diharapkan mampu menerapkan konsep dan teori ekonomi dalam menghadapi permasalahan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Samueson (2004) menjelaskan bahwa ilmu ekonimi memang berkaitan dan sangat sangat berdekatan dengan ilmu-ilmu sosial seperti ilmu politik, psikologi, sejarah, dan antropologi adalah ilmu-ilmu sosial yang sering bertumpang tindih debgab apa yang dipelajari oleh ilmu ekonomi. Tetapi keterkaitan antar disiplin ilmu dalam bidang ekonomi merupakan fakta yang perlu disusun dan diatur dengan tujuan untuk pengembangan dan pengujian teori ekonomi itu sendiri. Ilmu sosial merupakan tinjauan ilmiah yang membahas gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sosial insani. Berdasarkan pengalaman sehari-hari, kita menyadari bahwa gejala sosial itu bermacam-macam coraknya. Atau bias juga, satu gejala sosial mengandung beberapa yang kompleks. Akibatnya, ilmu pengetahuan sosial harus terbagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu.
Ada tiga aspek yang membedakan ilmu ekonomi dengan ilmu lainnya, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Ontologi ialah hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Seorang filosof yang bernama Democritus menerangkan prinsip-prinsip materialisme mengatakan sebagai berikut : Hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin, warna itu warna. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi istilah “manis, panas dan dingin” itu hanyalah merupakan terminology yang kita berikan kepada gejala yang ditangkap dengan pancaindera. Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya, oleh karena itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala yang berada didalamnya.
Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi membahas pertanyaan-pertanyaan semacam ini: Objek apa yang ditelaah pengetahuan? Adakah objek tersebut? Bagaimana wujud hakikinya? Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia, dan bagaimana caranya?
Dan sifat ilmu pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan masalah tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Sekalipun demikian sampai tahap tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai penegertianpun akan muncul pula. Contoh : Siapakah manusia iu ? jawab ilmu ekonomi ialah makhluk ekonomi. Ilmu Ekonomi dibagi dalam 3 bagian utama : eonomi makro, ekonomi lingkungan, dan ekonomi pedesaan.
Ilmu ekonomi mempunyai perebidaan dengan ilmu social lainnya, yaitu terletak pada objek materialnya dimana ilmu ekonomi memiliki inti permasalahan yaitu kelangkaan. Sehingga objek ilmu ekonomi adalah mempelajari bagaimana manusia melakukan pilihan dari adanya kelangkaan sumber daya ekonomi untuk digunakan dalam pemenuhan kebutuhan untuk kegiatan konsumsi maupun produksi. Dari permasalahan di atas jelas bahawa permasalahan ekonomi timbul karena adanya kebutuhan yang jumlahnya tak terbatas sedangkan alat-alat pemuas kebutuhan adanya terbatas.
Ilmu ekonomi ekonomi memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan ilmu lain. Ilmu ekonomi tidak diciptakan secara mendadak tetapi berkembang melalui suatu proses yang panjang. Ilmu ekonomi dianggap sebagai suatu disiplin ilmu yang baru mulai tahun 1776, yaitu sejak ditulis dan diterbitkannya buku yang terkenal yang berjudul : The Wealth Of Nation tahun 1776 karya adam smith. Sejak saat itu ekonomi sebagai ilmu mengalami perkembangan yang begitu pesat dari waktu ke waktu. Bahkan sekarang ilmu ekonomi berkembanag tidak hanya kearah kualitatif juga kearah yang kuantitatif sehingga dikenal juga cabang ilmu ekonomi yaitu ekonometrika.
2. Epistimologi
Yang dimaksud dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar. Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan ialah :
1. Batasan kajian ilmu : secara ontologis ilmu membatasi pada Pengkajian objek yang berada dalam lingkup manusia tidak dapat mengkaji daerah yang bersifat transcendental.
2. Cara menyusun pengetahuan : untuk mendapatkan pengetahuan menjadi ilmu diperlukan cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan metode ilmiah.
3. Diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologis dan aksiologis ilmu itu sendiri
4. Penjelasan diarahkan pada deskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang terikat dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu gejala dan proses terjadinya.
5. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit
6. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak tergolong pada kelompok ilmu tersebut.
7. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan menjadikan kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal.
8. Karakteristik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis :
a. Ilmu eksakta : deduktif, rasio, kuantitatif
b. Ilmu social : induktif, empiris, kualitatif
Karakteristik metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dalam bidang ekonomi adalah:
1. Mata pelajaran ekonomi berangkat dair fakta atau gejala yang nyata. Kemyataan menunjukan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas, sedangkan sumber-sumber ekonomi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan jumlahnya terbatas/langka. Tidak terbatasnya kebutuhan manusia dan kelanggkaan sumber ekonomi tersebut dapat dijumpai di mana-mana. Ilmu ekonomi mampu menjelaskan gejala –gejala tersebut, sebab ilmu ekonomi dibangun dari dunia nyata.
2. Mata pelajaran ekonomi mengembanagkan teori-teori untuk menjelaskan fakta-fakta secara rasional. Agar manusia mampu membaca dan menjelaskan gejala-gejala ekonomi secara sistematis, maka disusunlah konsep dan teori ekonomi menjadi bangunan ilmu ekonomi. Selain memenuhi persayaratan sistematis, ilmu ekonomi juga memenuhi persayaratan keilmuan lain yang objektif, dan mempunyai tujuan yang jelas.
3. Umumnya analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode pemecahan masalah.
4. Metode pemecahan masalah cocok untuk digunakan dalam analisis ekonomi sebab objek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi.
5. Inti dari ilmu ekonomi adalah alternative terbaik. Apabila sumber ekonomi keberadaannya melimpah, maka ilmu ekonomi tidaklah diperlukan bagi kehidupan manusia. Demikian juga dengan penggunaan sumber ekonomi sudah tertentu (tidak digunakan secara alternative ), ilmu ekonomi juga tidak digunakan lagi.
6. Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuas kebutuhan manusia.

Metode penelitian disiplin ekonomi
1. Analisis data secara matematik dan statistic dari pemerintah atau dokumen lain (misalnya, GNP, angka penganguran, tingkat kebutuhan dasar, sensus)
2. Survey (dari pendapat umum)
3. Study kasus
4. Pengembangan dan pengujian model secara teoritis
5. perbandingan antar bangsa
6. kontruksi table, bagan dan grafik
7. penghitungan rasio dan presentase
8. penghitungan jumlah indeks (indeks harga, dsb)
9. penghitungan rata-rata dan distribusi tentang rata-rata (seperti, rata-rata median dan aritmatik)
3. Aksiologi
Aksiologi ialah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.

Contoh kasus : penelitian di Taiwan
Dampak kemajuan teknologi moderen telah diteliti dengan model penelitian yang terintegrasi, khususnya terhadap masyarakat dan budaya. Hasil kemajuan teknologi di Taiwan telah membawa negara itu mengalami “keajaiban ekonomi”, sekalipun demikian hasilnya tidak selalu positif. Kemajuan tersebut membawa banyak perubahan kebiasaan, tradisi dan budaya di Taiwan. Berdasarkan penelitian tersebut terdapat lima hal yang telah berubah selama periode perkembangan teknologi di negara tersebut yaitu :
1. Perubahan-perubahan dalam struktur industri berupa meningkatnya sektor jasa dan peranan teknologi canggih pada bidang manufaktur.
2. Perubahan-perubahan dalam sruktur pasar berupa pasar menjadi semakin terbatas, sedang pengelolaan bisnis menjadi semakin beragam.
3. Perubahan-perubahan dalam struktur kepegawaian berupa tenaga professional yang telah terlatih dalam bidang teknik menjadi semakin meningkat.
4. Perubahan-perubahan struktur masyarakat berupa meningkatnya jumlah penduduk usia tua dan konsep “keluarga besar” dalam proses diganti dengan konsep “keluarga kecil”.
5. Perubahan-perubahan dalam nilai-nilai sosial berupa penghargaan yang lebih tinggi terhadap keuntungan secara ekonomis daripada masalah-masalah keadilan, meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk bersikap individualistik.
Perbedaan suatu pengetahuan dengan pengetahuan lain tidak mesti dicirikan oleh perbedaan dalam ketiga aspek itu sekaligus. Bisa jadi objek dari dua pengetahuan sama, tetapi metode dan penggunaannya berbeda. Filsafat dan agama kerap bersinggungan dalam hal objek (sama-sama membahas hakekat alam, baik-buruk, benar-salah, dsb), tetapi metode keduanya jelas beda. Sementara perbedaan antar sains terutama terletak pada objeknya, sedangkan metodenya sama.

Teori ekonomi mengatakan karena banyaknya utang luar negeri jatuh tempo (harus dibayar), hutang itu harus dibayar dengan dolar, maka banayak sekali orang yang memerlukan dolar, karena orang banyak membeli dolar harga akan naik dalam rupiah.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Dalam pembelajaran ekonomi yang akan dikembangkan dalam pembelajaran ekonomi sebagaimana pendapat (Nursid Sumaatmaja; 1980:36) sebagai berikut : sikap hemat, sikap atau kebiasaan membandingkan harga jika belanja, kesadaran akan kualitas dalam berbe3lanja, sikap bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, sikap rasional ilmiah, sikap memecahkan masalah, tekun, belajar yang baik, sportif, dan berjuang gigih.
Nilai-nilai ekonomi yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran ekonomi adalah: energik, inisiatif, hemat, produktif, menabung, kerja keras, orientasi laba, berani mentganbil resiko, tabah, mempunyai motivasi yang tinggi dan pantang menyerah.









DAFTAR RUJUKAN

Kartanegara, Mulyadhi, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam,
Bandung: Mizan, 2003.

Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan

Wahyu. 2009. Filsafat Ilmu. Banjarmasin: Universitas lambung Mangkurat FKIP
banjarmasin.

Sapriya. ….. Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran. …: Rimdipress

Dimyati Muhammad. 1989. Pengajaran Ilmu-ilmu sosial di sekolah : bagian Integral
Sistem Ilmu Pengetahuan. Jakarta : PPlPTK Depdikbud

http://ahmadsapawiyansah.blogspot.com/2010/06/ontologi-aksiologi-epistimologi-ekonomi.html


































Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Kebenaran Suatu Ilmu
Comments (5)
Ontologi
Ontologi ialah hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Seorang filosof yang bernama Democritus menerangkan prinsip-prinsip materialisme mengatakan sebagai berikut :
Hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin, warna itu warna. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata.
Jadi istilah “manis, panas dan dingin” itu hanyalah merupakan terminology yang kita berikan kepada gejala yang ditangkap dengan pancaindera.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya, oleh karena itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala yang berada didalamnya.
Dan sifat ilmu pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan masalah tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Sekalipun demikian sampai tahap tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai penegertianpun akan muncul pula.
Contoh : Siapakah manusia iu ? jawab ilmu ekonomi ialah makhluk ekonomi
Sedang ilmu politik akan menjawab bahwa manusia ialah political animal dan dunia pendidikan akan mengatakan manusia ialah homo educandum.
Epistimologi
Yang dimaksud dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan ialah :
1.Batasan kajian ilmu : secara ontologis ilmu membatasi pada Pengkajian objek yang berada dalam lingkup manusia tidak dapat mengkaji daerah yang bersifat transcendental.
2.Cara menyusun pengetahuan : untuk mendapatkan pengetahuan menjadi ilmu diperlukan cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan metode ilmiah.
3.Diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologis dan aksiologis ilmu itu sendiri
4.Penjelasan diarahkan pada deskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang terikat dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu gejala dan proses terjadinya.
5.Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit
6.Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak tergolong pada kelompok ilmu tersebut.
7.Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan menjadikan kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal.
8.Karakteristik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis :
a. Ilmu eksakta : deduktif, rasio, kuantitatif
b. Ilmu social : induktif, empiris, kualitatif
Aksiologi
Aksiologi ialah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Contoh kasus : penelitian di Taiwan
Dampak kemajuan teknologi moderen telah diteliti dengan model penelitian yang terintegrasi, khususnya terhadap masyarakat dan budaya. Hasil kemajuan teknologi di Taiwan telah membawa negara itu mengalami “keajaiban ekonomi”, sekalipun demikian hasilnya tidak selalu positif. Kemajuan tersebut membawa banyak perubahan kebiasaan, tradisi dan budaya di Taiwan. Berdasarkan penelitian tersebut terdapat lima hal yang telah berubah selama periode perkembangan teknologi di negara tersebut yaitu :
1.Perubahan-perubahan dalam struktur industri berupa meningkatnya sektor jasa dan peranan teknologi canggih pada bidang manufaktur.
2.Perubahan-perubahan dalam sruktur pasar berupa pasar menjadi semakin terbatas, sedang pengelolaan bisnis menjadi semakin beragam.
3.Perubahan-perubahan dalam struktur kepegawaian berupa tenaga professional yang telah terlatih dalam bidang teknik menjadi semakin meningkat.
4.Perubahan-perubahan struktur masyarakat berupa meningkatnya jumlah penduduk usia tua dan konsep “keluarga besar” dalam proses diganti dengan konsep “keluarga kecil”.
5.Perubahan-perubahan dalam nilai-nilai sosial berupa penghargaan yang lebih tinggi terhadap keuntungan secara ekonomis daripada masalah-masalah keadilan, meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk bersikap individualistik.


http://komunitasmahasiswa.info/2009/03/ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-kebenaran-suatu-ilmu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar