Download Disini : http://www.ziddu.com/download/16392372/MIGRASIINDONESIA.docx.html
Pengantar
Definisi
Kriteria Migran
Faktor Migrasi
Pengantar
Halaman 4 dari 4
Faktor Pendorong & Penarik Migrasi
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor).
Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:
• Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
• Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
• Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
• Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
• Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:
• Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.
• Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
• Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
• Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.
Definisi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain.
Jenis migrasi adalah pengelompokan migrasi berdasarkan dua dimensi penting dalam analisis migrasi, yaitu dimensi ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu.
Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang.
Migrasi internal adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu negara, misalnya antarpropinsi, antarkota/kabupaten, migrasi dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan kelurahan/desa. Migrasi internal merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang.
Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau lebih.
Migran sirkuler (migrasi musiman) adalah orang yang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan. Migran sikuler biasanya adalah orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan atau beberapa bulan sekali.
Migran ulang-alik (commuter) adalah orang yang pergi meninggalkan tempat tinggalnya secara teratur, (misal setiap hari atau setiap minggu), pergi ke tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan pulang ke tempat asalnya secara teratur pula (missal pada sore atau malam hari atau pada akhir minggu). Migran ulang-alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada waktu tertentu, misalnya pada siang hari.
Kriteria Migran
Ada tiga kriteria migran: seumur hidup, risen, dan total.
Migran seumur hidup (life time migrant) adalah orang yang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempa tinggalnya pada waktu lahir.
Migran risen (recent migrant) adalah orang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun sebelumnya.
Migran total (total migrant) adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengunpulan data.
Kriteria migrasi yang digunakan dalam modul ini adalah migasi risen (recent migration), karena lebih mencerminkan dinamika spasial penduduk antardaerah daripada migrasi seumur hidup (life time migration) yang relatif statis. Sedangkan migrasi total tidak dibahas karena definisinya tidak memasukkan batasan waktu antara tempat tinggal sekarang (waktu pencacahan) dan tempat tinggal terakhir sebelum tempat tinggal sekarang. Akan tetapi migrasi total biasa dipakai untuk menghitung migrasi kembali (return migration).
Untuk perhitungan angka migrasi, penduduk terpapar yang dihitung adalah penduduk usia lima tahun atau lebih. Dalam perhitungan angka migrasi menurut kelompok umur, penduduk usia 0-4 tahun datanya tidak tersedia karena kelompok penduduk ini merupakan kelompok penduduk yang lahir pada periode antar dua survei/sensus. Untuk mengatasi hal ini, khusus untuk penduduk kelompok umur 0-4 tahun, digunakan data migrasi seumur hidup untuk penduduk berusia 0-4 tahun.
MIGRASI ANTAR KABUPATEN / KOTA
Ilustrasi
Agus dan istrinya masing-masing berusia 30 tahun. Kedua pasangan ini memiliki seorang anak berumur lima tahun. Keluarga ini pada tahun 1995 tinggal di Jakarta. Ketika Sensus Penduduk 2000 dilakukan, mereka sudah pindah ke Bojonggede, salah satu daerah pinggiran di wilayah Jabodetabek. Karena itu mereka merupakan keluarga migran risen dari Jakarta ke Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Agus dan istrinya merupakan contoh dari sekian banyak penduduk usia kerja yang menjadi migran. Demikian juga anak mereka yang berusia lima tahun, merupakan contoh migran berusia anak-anak yang dibawa serta oleh pasangan usia produktif tersebut. Karenanya angka migrasi pada usia anak-anak juga memperlihatkan pola yang tinggi, yang merupakan cerminan dari pola migrasi orang tua mereka.
Pertanyaan
Andaikata keluarga Agus yang berasal dari Jakarta itu memang memiliki tempat tinggal di Bojonggede Kabupaten Bogor, tetapi mereka juga masih memiliki rumah di Jakarta. Rumah yang di Bojonggede itu mereka tempati hanya pada saat-saat menjelang akhir pekan, dan itu dilakukan secara rutin. Apakah keluarga Agus ini termasuk migran risen?
Jawab
Definisi migran dan non-migran sangat terkait dengan dimensi waktu dan dimensi tempat tinggal yang biasa ditempati. Dalam kasus keluarga Agus ini kita harus mencari tahu dulu biasanya dimana keluarga tersebut bertempat tinggal, di Bojonggede atau di Jakarta? Karena keluarga ini hanya menempati rumah di Bojonggede hanya pada waktu-waktu tertentu saja dan tidak berniat tinggal di sana dalam waktu yang lebih lama (enam bulan atau lebih), sementara tempat tinggal yang biasanya ditempati adalah tetap di Jakarta, maka keluarga Agus bukan termasuk migran risen. Keluarga ini hanya pelaku migran sirkuler. Jika keluarga ini pergi ke Bojonggede pada pagi hari Sabtu, kemudian pulang ke Jakarta Sabtu sore, maka keluarga ini termasuk pelaku migrasi ulang-alik. Dalam Sensus Penduduk atau survei-survei kependudukan penetapan apakah seseorang adalah migran atau bukan tergantung dari pernyataan tentang di mana biasanya tinggal
Indikator
Untuk memudahkan studi dan analisis tentang migrasi maka digunakan beberapa pengertian tentang ukuran-ukuran yang digunakan dalam perhitungan migrasi antarkabupaten/kota. Ukuran-ukuran tersebut adalah:
1. Angka migrasi masuk (mi), yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1000 penduduk di suatu kabupaten/kota tujuan dalam satu tahun.
2. Angka migrasi keluar (mo), yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk di kabupaten/kota asal dalam satu tahun.
3. Angka migrasi neto (mn), yaitu selisih banyaknya migran masuk dan migrant keluar ke dan dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk dalam satu tahun.
Kegunaan
Ukuran-ukuran migrasi ini bermanfaat untuk mengetahui apakah suatu kabupaten/kota merupakan daerah yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya atau wilayah lainnya. Dapat juga ditentukan apakah suatu kabupaten/kota merupakan wilayah yang tidak disenangi untuk dijadikan tempat tinggal. Dengan kata lain kabupaten/kota ini memiliki daya dorong bagi penduduknya untuk pergi meninggalkan daerah tersebut.
Kabupaten/kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya biasanya memiliki angka migrasi neto yang positif. Artinya, jumlah penduduk yang masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk yang keluar. Sedangkan kabupaten/kota yang kurang disenangi oleh penduduknya akibat kelangkaan sumberdaya misalnya, biasanya memiliki angka migrasi neto yang negatif, yang berarti jumlah penduduk yang keluar lebih banyak daripada jumlah migran yang masuk.
Cara Menghitung
a. Migrasi Masuk (Mi):
dimana :
Mi = Angka Migrasi Risen Masuk
InMig = Jumlah penduduk yang masuk ke suatu kabupaten/kota selama satu periode pengamatan
P = Jumlah penduduk pada pertengahan periode yang sama
k = Konstanta, biasanya 1000
b. Migrasi Keluar (Mo):
dimana :
Mo = Angka Migrasi Risen Keluar
OutMig = Jumlah penduduk yang keluar dari suatu kabupaten/kota selama satu periode pengamatan
P = Jumlah penduduk pada pertengahan periode yang sama
k = Konstanta, biasanya 1000
c. Migrasi Neto (Mn):
dimana :
Mn = Angka Migrasi Risen Neto
InMig = Jumlah penduduk yang masuk ke suatu kabupaten/kota selama satu periode pengamatan
OutMig = Jumlah penduduk yang kelaur dari suatu kabupaten/kota selama periode yang sama
P = Jumlah penduduk pada pertengahan periode yang sama
k = Konstanta, biasanya 1000
Catatan
Untuk mencari jumlah penduduk pada pertengahan suatu periode, misal dalam kurun waktu 1995-2000, digunakan perhitungan seperti mencari jumlah penduduk rata-rata dari dua sensus atau survei. Untuk contoh periode 1995-2000, jumlah penduduk pada pertengaha periode 1995-2000 adalah jumlah penduduk tahun 1995 ditambah dengan jumlah penduduk tahun 2000 kemudian dibagi 2.
Angka migrasi biasanya dihitung menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Indikator migrasi risen menurut kelompok umur disebut Angka Migrasi Risen Menurut Kelompok Umur (Age Specific Recent Migration Rate), yang dapat dihitung untuk laki-laki, perempuan, dan untuk laki-laki dan perempuan.
Contoh
Tabel 1. Contoh Perhitungan Angka Migrasi Risen Menurut Kelompok Umur, Kabupaten Lombok Tengah, 1995-2000.
Kelompok Umur Migran Masuk Migran Keluar Migran Neto Jumlah Penduduk 1995 Jumlah Penduduk 2000 Penduduk tengah periode ASNMR
0-4 1.280 2.459 -1.179 92.700 80.829 86.764,5 -2,7177
5-9 1.256 1.711 -455 101.227 85.523 93.375 -0,97456
10-14 1.481 2.142 -661 97.680 91.879 94.779,5 -1,39482
15-19 1.720 3.646 -1.926 69.250 77.682 73.466 -5,24324
20-24 1.490 3.661 -2.171 61.748 62.999 62.373,5 -6,96129
25-29 1.466 2.532 -1.066 55.820 64.984 60.402 -3,52968
30-34 1.257 1.777 -520 47.595 56.312 51.953,5 -2,00179
35-39 973 1.392 -419 45.152 52.862 49.007 -1,70996
40-44 723 928 -205 32.447 44.421 38.434 -1,06676
45-49 552 671 -119 38.380 35.532 36.956 -0,64401
50-54 428 454 -26 23.071 29.919 26.495 -0,19626
55-59 262 251 11 19.539 19.909 19.724 0,111539
60-64 266 235 31 18.143 18.737 18.440 0,336226
65-69 132 125 7 7.475 10.788 9.131,5 0,153315
70-74 106 100 6 3.089 7.529 5.309 0,226031
75+ 65 94 -29 2.193 5.673 3.933 -1,4747
Jumlah 13.457 22.178 -8.721 715.509 745.578 730.543,5 -2,38754
Sumber Data
Perhitungan Angka Migrasi Risen Menurut Kelompok Umur dalam modul ini berdasarkan data hasil Sensus Penduduk 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 1995. Adapun daftar pertanyaan yang digunakan disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PERHITUNGAN MIGRASI DALAM SENSUS PENDUDUK 2000 MODUL KEPENDUDUKAN.
No Kriteria Migrasi Pertanyaan
1. Migrasi Seumur Hidup Jenis Kelamin (03) Berapa Umur sekarang?(05b)
Propinsi/Kabupaten tempat tinggal sekarang (Kode propinsi dan kabupaten/kotamadya)
Propinsi dan Kabupaten tempat lahir (04. Di Kabupaten/Kotamadya dan propinsi mana dilahirkan?)
2. Migrasi Risen Jenis Kelamin (03)
Bulan dan tahun kelahiran (05)
Propinsi/Kabupaten tempat tinggal sekarang Kode propinsi dan kabupaten/kotamadya)
Propinsi dan Kab/Kotamadya tempat tinggal lima tahun yang lalu (09)
3. Migrasi Total
Modul SP 2000:
Jenis Kelamin (403) /Blok IV.]
Umur (503)/Blok V
Propinsi dan Kabupaten tempat tinggal sekarang (101 & 102)/Blok I
Propinsi dan Kabupaten tempat tinggal terakhir sebelum tinggal di tempat di tempat tinggal sekarang (508prop dan 506kab)/Blok V
Interpretasi
Tabel 1 memperlihatkan jumlah migrasi risen masuk dan migrasi risen keluar baik menurut kelompok umur maupun keseluruhan ke dan dari Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Terlihat pada tabel, migrasi risen neto di kabupaten ini secara keseluruhan bernilai negatif, yaitu -2,39 yang artinya selisih antara migran risen masuk dan migran risen keluar sebesar 2,39 orang per 1000 penduduk di Kabupaten Lombok Tengah. Nilai negatif berarti lebih banyak migran yang keluar daripada yang masuk dalam periode 1995-2000. Nilai yang sama juga terlihat pada hampir semua kelompok umur. Ini artinya lebih banyak penduduk yang keluar dari Lombok Tengah ke daerah-daerah lain di Indonesia (migrasi internal) atau mungkin keluar negeri (migrasi internasional), dibanding penduduk yang masuk ke wilayah kabupaten ini selama peridoe 1995-2000.
Jumlah migrasi keluar yang lebih banyak ini terutama terjadi pada kelompok umur muda (anak-anak dan usia angkatan kerja). Untuk usia angkatan kerja, biasanya mereka pergi ke luar negeri. Untuk kelompok yang lebih tua (usia pensiun), tampaknya lebih banyak yang masuk ke Lombok Tengah dibandingkan mereka yang keluar. Tidak tertutup kemungkinan penduduk usia tua ini merupakan para migran kembali (return migrants) dari daerah lain sehingga dapat dikatakan kalau kabupaten ini tidak terlalu menarik minat para penduduk usia produktif. Mereka lebih banyak yang keluar ke daerah-daerah lain atau luar negeri mencari kehidupan yang lebih baik. Karenanya tidak mengherankan jika kabupaten ini dikenal sebagai salah satu daerah pengirim TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ke luar negeri.
Jumlah migran yang disajikan pada Tabel merupakan peristiwa migrasi selama kurun waktu tahun 1995 hingga 2000. Karena itu dinamakan migran risen. Untuk menghasilkan angka migrasi (migration rate), maka jumlah migran tersebut dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan periode selama 1995-2000. Angka migrasi diperoleh dengan membagi jumlah migran risen pada kelompok umur tertentu dengan jumlah penduduk pada kelompok umur yang sama pada pertengaha periode 1995-2000, kemudian dikalikan dengan 1000. Penduduk pada kelompok umur 30-34 misalnya, memiliki angka migrasi risen neto sebesar -2,00179. Ini artinya, di antara 1000 orang penduduk Lombok Tengah berusia 30-34, terdapat lebih banyak yang pergi meninggalkan Lombok Tengah daripada yang masuk ke Lombok Tengah sebanyak dua orang berusia 30-34 dalam periode 1995-2000
MIGRASI DESA/KOTA
Ilustrasi
Yani tinggal di desa Ilir-ilir Kecamatan Batu Kabupaten Malang baru saja menyelesaikan sekolah SMA-nya. Rencananya Yani mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun tidak punya biaya. Akhirnya Yani memutuskan untuk mencoba mengadu nasib ke Jakarta. Di sana ia ternyata menjadi pelayan toko di salah satu supermarket di Jakarta.
Pertanyaan Diskusi
Dalam kasus Yani ini, kira-kira apa yang menyebabkan ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta?
Jawab
Sebagaimana telah dijelaskan pada seksi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan orang melakukan migrasi, dalam kasus Yani, ada dua faktor utama yang menyebabkan Yani memutuskan untuk pindah ke Jakarta, yaitu faktor pendorong dari daerah asal dan faktor penarik di daerah tujuan. Ditambah lagi menurut Lee (1966) adanya faktor-faktor pribadi pada diri Yani.
Faktor-faktor pendorong itu antara lain ketiadaan sumberdaya yang dapat meningkatkan taraf hidup seperti ketiadaan lapangan kerja yang memadai terutama untuk lulusan SMA, tanah pertanian yang makin menyempit di daerah asal. Sedangkan faktor penarik karena adanya harapan akan memperoleh kesempatan kerja di Jakarta dengan segala aktivitas perkotaan. Pada sisi lain, secara pribadi Yani memiliki keinginan untuk meningkatkan taraf hidup bagi keluarganya yang tidak mampu sehingga ia mau bekerja apa saja di Jakarta meski sebenarnya tidak sesuai dengan ijazah yang dimilikinya.
Definisi
Migrasi Desa - Kota adalah gejala berpindahnya penduduk yang berasal dari suatu daerah yang bersifat perdesaan menuju daerah lain yang bersifat perkotaan.
Perhitungan angka migrasi perdesaan ke perkotaan jarang dilakukan, meski gejala ini banyak dijumpai di banyak negara berkembang. Namun demikian tidak berarti bahwa perhitugnan migrasi dari perdesaan ke perkotaan tidak bisa dilakukan. Sebenarnya migrasi ini sama saja dengan migrasi antarkabupaten yang terdiri atas beberapa kriteria (migrasi seumur hidup, migrasi risen 5 tahun dan migrasi total).
Untuk melihat besaran migrasi yang berlangsung dalam jangka pendek (lima tahun terakhir), maka digunakan migrasi risen lima tahun. Kita dapat melihat jika ada perbedaan karakteristik tempat tinggal lima tahun yang lalu dan karakteristik tempat tinggal sekarang (pada saat pencacahan). Jika lima tahun yang lalu seseorang tinggal di darah yang dikategorikan sebagai perdesaan, dan pada waktu pencacahan tinggal di daerah yang dikategorikan sebagai perkotaan, maka ia termasuk migran dari perdesaan ke perkotaan.
Indikator
Angka migrasi dari perdesaan ke perkotaan dihitung dengan melihat persentase migran yang masuk ke suatu wilayah perkotaan yang berasal dari daerah perdesaan di wilayah lain.
Kegunaan
Indikator ini bermanfaat untuk melihat besaran migrasi dari perdesaan ke perkotaan. Sejauh ini tidak ada data publikasi yang memperlihatkan jumlah migrasi dari perdesaan ke perkotaan, mengingat tidak ada informasi yang memperlihatkan karakteristik tempat tinggal lima tahun yang lalu, apakah bersifat perdesaan atau perkotaan. Sumber informasi yang menyediakan hal ini hanyalah data SUPAS 1995.
Dengan diketahuinya jumlah migran dari perdesaan ke perkotaan, maka dapat dianalisis faktor-faktor yang menyebabkan perpindahan tersebut. Demikian juga perlu diketahui konsekuensi ditinggalkannya daerah-daerah perdesaan oleh para migran terutama yang berusia produktif.
Indikator ini juga bermanfaat untuk bahan masukan dalam perencanaan wilayah terutama berkaitan dengan kesenjangan perdesaan-perkotaan, utamanya pada aspek ketenagakerjaan, penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, pendidikan, dan keamanan.
Cara Menghitung
Indikator migran desa/kota ini ditunjukkan oleh persentase migran yang berasal dari perdesaan menuju suatu perkotaan terhadap jumlah migran di perkotaan tersebut.
dimana:
%Migru = Persentase migrasi dari perdesaan ke perkotaan
Migru = Jumlah migran dari perdesaan ke perkotaan
Miguu = Jumlah migran dari perkotaan ke perkotaan
Sumber Data
Sumber data untuk migrasi perdesaan ke perkotaan adalah SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) 1995.
Tabel 1. DAFTAR NAMA VARIABEL DARI DATA SP 2000/SUPAS 1995
(MODUL KEPENDUDUKAN)
No Kriteria Migrasi Variabel
1. Life Time Migration
(Migrasi Seumur Hidup) Data SUPAS 95 Jenis Kelamin (03)
Berapa Umur sekarang ? (05b)
Propinsi/Kabupaten tempat tinggal sekarang (Prop Code & Kab/Kod Code)
Propinsi dan Kabupaten tempat lahir (04. Di Kabupaten/Kotamadya dan propinsi mana dilahirkan ?)
P510 / Blok V
2. Recent Migration (Migrasi Risen) Untuk data SUPAS 95 Jenis Kelamin (03)/ Blok V
Bulan dan tahun kelahiran (05) / Blok V
Propinsi/Kabupaten tempat tinggal sekarang (Prop Code & Kab/Kod Code) / Blok V
Prop & Kab/Kod tempat tinggal lima tahun yang lalu (09)/ Blok V
P514/Blok V
3. Total Migration (Migrasi Total) Data SUPAS 95 Modul SP 2000 :
Jenis Kelamin (403)/ Blok IV
Umur (503)/Blok V
Propinsi dan Kabupaten tempat tinggal sekarang (101 & 102)/ Blok I
Propinsi dan Kabupaten tempat tinggal terakhir sebelum tinggal di tempat di tempat tinggal sekarang (508prop dan 506kab)/ blok V
P509/Blok V
4 Migrasi Desa-Kota Karakteristik tempat tinggal pada saat pencacahan: P101 (1=kota; 2=desa)/ Blok I
Karakteristik tempat tinggal lima tahun yang lalu: P514desa (1=kota; 2=kota)/ Blok V
Contoh
Menurut data SUPAS 1995, migran masuk ke DKI Jakarta yang berasal dari perdesaan adalah 236.608 orang. Jumlah migran yang berasal dari daerah perkotaan sebesar 357.934 orang. Maka persentase migran masuk ke DKI Jakarta yang berasal dari perdesaan adalah: 66 persen. Migran dari perdesaan ke perkotaan sering membawa masalah, terutama permasalahan tempat tinggal, munculnya permukiman liar, pencurian listrik, perilaku perdesaan yang dibawa ke perkotaan seperti membuang sampah sembarang dan lain-lain.
Interpretasi
Perhitungan di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar migran yang masuk ke DKI Jakarta selama kurun waktu 1990-1995 kebanyakan berasal dari perdesaan, yaitu 236.608 orang dari semua migran yang datang ke Jakarta atau 66 persen dari semua migran yang ada di DKI Jakarta selama kurun waktu tersebut.
MIGRASI INTERNASIONAL
Ilustrasi
Aisah, yang lahir di Cianjur Jawa Barat 24 tahun lalu, saat ini bekerja di salah satu rumah tangga di Jalan Kimseng, Singapura. Ia digaji oleh majikannya sebesar 300 dolar Singapura tiap bulannya. Dari gajinya itu ia sisihkan 250 dolar untuk keperluan pribadi dan sisanya ia kirimkan ke kampung halamannya di Cianjur. Aisah adalah salah satu pekerja migran (migrant worker) Indonesia yang bekerja di luar negeri sejak tahun 1995.
Pertanyaan Diskusi
Arifianto, 24 tahun lulusan Fakultas Ilmu Komputer UI saat ini bekerja di perusahaan komputer terkemuka di dunia, IBM, di Jakarta. Hampir sebulan sekali Arifianto mondar-mandir Jakarta - Singapura karena urusan pekerjaannya. Seperti diketahui, perusahaan komputer IBM ini tidak hanya berada di Jakarta, melainkan juga di Singapura. Dalam hal ini, apakah Arifianto juga merupakan salah satu pelaku migrasi internasional?
Jawab
Definisi migrasi menyatakan bahwa seseorang dikatakan migran jika ia bertempat tinggal selama 6 bulan atau lebih di tempat tujuan atau berniat bertempat tinggal di tempat tujuan selama 6 bulan atau lebih. Dalam kasus ini jika Arifianto biasa bertempat tinggal (usual place of residence) di Jakarta dan tidak berniat tinggal di Singapura dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih, maka ia hanya pelaku mobilitas non-permanen. Atau lebih spesifik lagi, Arifianto adalah pelaku migran sirkuler karena ia tidak bermaksud tinggal di Singapura dalam jangka waktu yang lebih lama.
Definisi
Migrasi internasional adalah migrasi yang melewati batas politik antar negara. Batas politik ini sangat dinamis tergantung kepada konstelasi politik global yang ada. Contoh: Orang yang pergi ke Timor Leste pada saat ini dikatakan sebagai migran internasional. Padahal ketika Timor Leste masih menjadi bagian dari Indonesia, pelaku mobilitas tersebut tidak dikatakan sebagai migrant internasional, melainkan migran internal.
Seperti juga pada definisi migran internal, seseorang dikatakan migran internasional jika ia tinggal di negara tujuan selama 6 bulan atau lebih atau berniat tinggal 6 bulan atau lebih.
Sumber Data
Secara umum data mengenai migrasi internasional tidak selalu tersedia. Biasanya yang tersedia adalah data pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Data ini pun belum mencerminkan jumlah pelaku migrasi internasional yang sesungguhnya mengingat tidak semua pelaku migrasi internasional bertujuan untuk bekerja atau melaporkan diri. Banyak di antara mereka yang sekolah, ikut keluarga, bahkan yang bekerja menjadi tenaga ahli pun tidak selalu terdaftar di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
Contoh
Data penempatan tenaga kerja Indonesia dari Depnakertrans memperlihatkan bahwa jumlah pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri cenderung berfluktuasi sejak tahun 2001 hingga tahun 2004. Sebagian besar dari mereka umumnya pergi menuju Saudi Arabia dan Malaysia. Yang lainnya pergi ke Kuwait, Singapura, Korea, Taiwan, Hongkong ,dan Yordan. Data juga memperlihatkan mereka yang pergi ke luar negeri ini lebih besar sebagai pekerja migran informal (tidak terdokumentasikan) daripada yang formal (terdokumentasikan).
Kondisi semacam ini seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah daerah, terutama pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan kinerja dinas ketenagakerjaannya atau dinas lain yang terkait dengan masalah ini mulai dari pendataan, pembinaan, pemberangkatan, dan kepulangan para migran tenaga kerja.
Data tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia menunjukkan jumlah migran yang masuk ke Indonesia dari berbagai negara. Sejak tahun 2001 hingga 2004, umumnya berjumlah 20 ribu hingga 25 ribu orang. Kebanyakan dari mereka berasal dari Jepang, Amerika, dan Australia.
Tabel 1.5.1.
Migrasi Seumur Hidup menurut Provinsi
Life Time Migration by Province
Sumber Source : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, dan 2000
Provinsi Migrasi Masuk
Province In Migration
1971 1980 1990 2000
11. Nanggroe Aceh Darussalam 60,982 143,365 193,285 100,166
12. Sumatera Utara 530,012 547,715 452,918 447,897
13. Sumatera Barat 87,901 131,438 216,014 245
14. Riau 20,606 343,024 681,627 1,534,849
15. Jambi 155,924 293,245 470,848 566,153
16. Sumatera Selatan 327,312 608,497 932,032 987,157
17. Bengkulu 36,038 121,274 251,232 355,048
18. Lampung 1,001,103 1,782,703 1,726,969 1,485,218
19. Kep. Bangka Belitung na na na 94,334
31. DKI Jakarta 1,791,635 2,565,158 3,141,214 3,541,972
32. Jawa Barat 371,448 963,87 2,391,890 3,271,882
33. Jawa Tengah 253,477 336,611 509,401 708,308
34. DI Yogyakarta 99,782 175,789 264,842 385,117
35. Jawa Timur 273,228 433,451 564,401 781,59
36. Banten na na na 1,758,408
51. Bali 22,01 63,365 122,899 221,722
52. Nusa Tenggara Barat 33,575 51,493 67,023 107,605
53. Nusa Tenggara Timur 10,218 38,735 46,31 106,053
61. Kalimantan Barat 20,805 104,856 196,876 269,722
62. Kalimantan Tengah 50,078 140,042 240,374 423,014
63. Kalimantan Selatan 66,119 142,619 272,797 360,324
64. Kalimantan Timur 39,548 292,028 600,201 856,251
71. Sulawesi Utara 48,668 88,266 87,715 147,091
72. Sulawesi Tengah 50,937 184,526 286,142 369,634
73. Sulawesi Selatan 66,984 108,038 219,666 273,875
74. Sulawesi Tenggara 25,906 104,793 236,848 366,817
75. Gorontalo na na na 26,888
81. Maluku 42,228 124,894 184,892 75,54
82. Maluku Utara na na na 60,834
94. Papua 33,513 93,03 261,308 332,015
Tabel 1.5.1.
Migrasi Seumur Hidup menurut Provinsi
Life Time Migration by Province
Sumber Source : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, dan 2000
Provinsi Migrasi Keluar
Province Out Migration
1971 1980 1990 2000
11. Nanggroe Aceh Darussalam 65,835 116,01 125,563 244,314
12. Sumatera Utara 188,326 417,659 770,093 1,336,772
13. Sumatera Barat 324,897 558,804 642,908 937,799
14. Riau 41,636 86,54 127,672 164,358
15. Jambi 27,487 47,151 77,299 149,376
16. Sumatera Selatan 199,06 333,024 443,384 525,954
17. Bengkulu 24,753 39,019 46,72 73,39
18. Lampung 29,728 57,664 167,565 385,748
19. Kep. Bangka Belitung na na na 120,027
31. DKI Jakarta 132,215 400,767 1,052,234 1,836,664
32. Jawa Barat 1,192,987 1,487,935 1,751,879 2,046,279
33. Jawa Tengah 1,798,001 3,227,892 4,524,988 5,354,459
34. DI Yogyakarta 266,933 253,447 508,215 784,154
35. Jawa Timur 749,848 1,597,851 2,479,487 3,063,297
36. Banten na na na 475,44
51. Bali 57,072 117,828 221,599 250,724
52. Nusa Tenggara Barat 12,764 44,487 96,774 145,546
53. Nusa Tenggara Timur 26,222 47,534 99,442 156,602
61. Kalimantan Barat 35,109 72,358 116,735 154,62
62. Kalimantan Tengah 11,514 25,086 47,7 53,291
63. Kalimantan Selatan 84,257 169,561 201,936 255,595
64. Kalimantan Timur 23,723 34,059 63,533 90,635
71. Sulawesi Utara 60,837 121,231 153,466 151,326
72. Sulawesi Tengah 34,274 33,912 48,36 74,463
73. Sulawesi Selatan 241,726 511,725 641,961 874,338
74. Sulawesi Tenggara 30,771 89,957 107,673 95,189
75. Gorontalo na na na 113,05
81. Maluku 36,613 64,725 95,361 157,066
82. Maluku Utara na na na 43,712
94. Papua 6,449 15,559 30,786 46,824
Tabel 1.5.1.
Migrasi Seumur Hidup menurut Provinsi
Life Time Migration by Province
Sumber Source : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, dan 2000
Provinsi Migrasi Neto
Province Net Migration
1971 1980 1990 2000
11. Nanggroe AcehDarussalam -4,853 27,355 67,722 -144,148
12. Sumatera Utara 341,686 130,056 -317,175 -888,875
13. Sumatera Barat -236,996 -427,366 -426,894 -692,799
14. Riau -21,03 256,484 553,955 1,370,491
15. Jambi 128,437 246,094 393,549 416,777
16. Sumatera Selatan 128,252 275,473 488,648 461,203
17. Bengkulu 11,285 82,255 204,512 281,658
18. Lampung 971,375 1,725,039 1,559,404 1,099,470
19. Kep. Bangka Belitung na na na -25,693
31. DKI Jakarta 1,659,420 2,164,391 2,088,980 1,705,308
32. Jawa Barat -821,539 -524,065 640,011 1,225,603
33. Jawa Tengah -1,544,524 -2,891,281 -4,015,587 -4,646,151
34. DI Yogyakarta -167,151 -77,658 -243,373 -399,037
35. Jawa Timur -476,62 -1,164,400 -1,915,086 -2,281,707
36. Banten na na na 1,282,968
51. Bali -35,062 -54,463 -98,7 -29,002
52. Nusa Tenggara Barat 20,811 7,006 -29,751 -37,941
53. Nusa Tenggara Timur -16,004 -8,799 -53,132 -50,549
61. Kalimantan Barat -14,304 32,498 80,141 115,102
62. Kalimantan Tengah 38,564 114,956 192,674 369,723
63. Kalimantan Selatan -18,138 -26,942 70,861 104,729
64. Kalimantan Timur 15,825 257,969 536,668 765,616
71. Sulawesi Utara -12,169 -32,965 -65,751 -4,235
72. Sulawesi Tengah 16,663 150,614 237,782 295,171
73. Sulawesi Selatan -174,742 -403,687 -422,295 -600,463
74. Sulawesi Tenggara -4,865 14,836 129,175 271,628
75. Gorontalo na na na -86,162
81. Maluku 5,615 60,169 89,531 -81,526
82. Maluku Utara na na na 17,122
94. Papua 27,064 77,471 230,522 285,191
Tabel 1.5.2.
Persentase Migran Masuk Seumur Hidup menurut Pulau Tempat Lahir dan Pulau Tempat Tinggal Sekarang Tahun 1971, 1980, 1990 dan 2000
Percentage of Life Time In-Migrants by Place of Birth and Current Place of Residence, 1971, 1980, 1990, and 2000
Tempat lahir Jawa
1971 1980 1990 2000
1. Sumatera 59.69 65.80 66.49 68.80
2. Jawa na na na na
3. Kalimantan 12.86 11.16 12.31 10.15
4. Sulawesi 16.81 12.52 11.04 9.38
5. Pulau lainnya 10.64 10.52 10.16 11.68
6. Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00
7. Migran masuk 583 1,091,855 1,608,136 2,267,873
Tidak ada komentar:
Posting Komentar