Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Rabu, 08 Desember 2010

Waktu Tepat Memakai Kontrasepsi

Download Disini : http://www.ziddu.com/download/12871260/kbbaru.doc.html

Waktu Tepat Memakai Kontrasepsi
Oleh Dr Andalas SpOG
KONTRAS
Masalah waktu yang paling tepat untuk menggunakan kontrasepsi sering kali terabaikan oleh para keluarga. Mereka baru serius ber-KB bila haid sang istri kembali tertahan karena hamil. Dengan berbagai alasan mereka meminta dokter mencari solusi mengakhiri kehamilan. Menjadi pertanyaan, bolehkah seorang ibu hamil dalam waktu terlalu dekat? Jawabannya, tentu saja boleh. Akan tetapi, alangkah baiknya bila diberi waktu lebih lama lagi demi sang bayi mendapat kasih sayang dari ibu seperti mendapatkan ASI eksklusif.

Mengenai jarak antarkehamilan ini, sebuah penelitian yang dilakukan Center for Disease Control and Prevention menyebutkan, sebenarnya jarak antarkehamilan yang ideal adalah 18-23 bulan, karena dengan jarak kehamilan tersebut tubuh ibu sudah kembali dalam kondisi yang baik. Riset tersebut juga menyebutkan, jarak kehamilan yang terlalu dekat berisiko bagi kesehatan janin. Begitu juga jika jarak antarkehamilan terlalu jauh. Risiko keduanya, antara lain, mengakibatkan bayi lahir prematur dan berat badan rendah.

Ada beragam alasan mengapa seorang ibu menunda kehamilan berikutnya setelah anak pertama lahir. Namun, apa pun alasannya, hal yang perlu dipertimbangkan agar penundaan ini berjalan lancar adalah mengatur jarak kehamilan. Idealnya, jarak waktu antarkehamilan adalah dua tahunan. Pertimbangannya, masa tersebut cukup panjang (tapi juga tidak terlalu lama) untuk membangun kesiapan, baik fisik, psikis, maupun finansial.

Pada ibu yang persalinan sebelumnya dilakukan secara sesar, malah dianjurkan untuk tidak kembali hamil di bawah satu tahun, mengingat umumnya persalinan berisiko dioperasi kembali. Karena setiap tindakan operasi, sangat diperlukan istirahat fisik yang relatif lebih panjang dibanding persalinan normal. Pentingnya memerhatikan jarak ideal tak hanya berlaku untuk kehamilan kedua, tapi juga kehamilan ketiga, dan seterusnya. Perlu juga dipertimbangkan faktor usia Anda. Hamil di usia 35 tahun atau lebih semakin meningkatkan risikonya. Lantaran itu, hitung-hitungan jarak kehamilan ini juga harus melibatkan usia Anda sambil mempertimbangkan jumlah anak yang memang direncanakan.

Waktu yang tepat menggunakan kontrasepsi pascapersalinan adalah selesainya masa nifas seorang ibu, yakni berkisar antara 6 sampai 8 minggu pascalahir. Selain itu, pemasangan juga dapat dilakukan pascatindakan kuret, segera setelah haid bersih dan transisi dari satu alat kontrasepsi. Bagi seorang ibu yang memberi ASI secara eksklusif dengan benar, akan aman tanpa perlindungan alat kontrasepsi lainnya selama 6 bulan.

Pilihan kontrasepsi yang tersedia untuk kelompok ibu yang ingin menjarangkan jarak kehamilannya adalah, alat KB dalam rahim (IUD), suntikan KB 1 bulan serta 3 bulan, pil KB kombinasi, Pil KB menyusui. Selain itu, juga ada peluang memakai KB lain yang sederhana, misalnya kondom dan sistem kalender. Akan tetapi, angka kegagalan dua cara terakhir tinggi.

Upaya mengatur jarak kehamilan dapat dilakukan dengan menggunakan kontrasepsi. Ada beragam alat kontrasepsi yang dapat digunakan sesuai dengan kecocokan. Efektivitas dan kecocokan dari penggunaan masing-masing alat kontrasepsi tentu saja bergantung pada kondisi fisik, pola hidup, kebiasaan, juga kedisiplinan pemakainya. Ada yang cocok memakai pil KB, ada juga yang lebih cocok dengan suntik atau lainnya. Untuk mengetahui cocok-tidaknya, mau tak mau Anda perlu memilih dan mencoba dulu, baru kemudian dapat diketahui apakah cocok atau tidak berdasarkan perkembangan selanjutnya.

Semua alat kontrasepsi dapat mencapai efektivitasnya hingga 90-99%, tentunya bila digunakan dengan prosedur yang benar. Pil KB wajib diminum tiap hari. Kondom harus digunakan setiap kali berhubungan intim. KB suntik diberikan setiap bulan atau per tiga bulan. Berikut ini sejumlah alat kontrasepsi (alkon) yang dapat dijadikan pilihan:

1. Alat kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal berisi hormon jenis progesteron atau kombinasi dengan hormone estrogen. Hormon progesteron mulai digunakan untuk pengobatan tahun 1950, yakni untuk mengobati penyakit endometriosis, kanker endometrium dan ketidakteraturan keluarnya darah haid, sedangkan penggunaan hormon progesterone sebagai kontrasepsi baru di tahun 1960. Pemakaian hormon progesteron untuk jangka waktu lama akan berdampak dalam hal keluarnya sel telur (ovulasi) seorang wanita. Selain itu, hormon progesteron membuat lendir serviks seseorang kental, sehingga berperan dalam menghalangi masuknya sperma ke mulut rahim. Kelemahan jenis kontrasepsi hormonal yang mengandung progesteron, yakni tidak teraturnya haid seorang ibu. Malah ada kelompok wanita yang tidak mendapat haid sampai setahun. Situasi ini yang sering membuat para pengguna menjadi kewalahan dan merasa tidak nyaman. Jenis hormon progesteron ini pada masa lalu sering digunakan bagi kelompok masyarakat yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan masyarakat, karena walau mereka tidak datang mengontrol untuk suntikan ulang, efek lindung hormon tersebut tetap ada. Selayaknya, seorang ibu calon pemakai kontrasepsi diberikan hak bebas dalam memilih jenis kontrasepsi tentunya setelah mendapat penjelasan secara lengkap dan jelas.

Kontrasepsi hormonal suntikan mempunyai efektifitas tinggi dengan kegagalan 0,1% bagi setiap 100 orang wanita pengguna dalam setiap tahun. Kontrasepsi ini tidak mempengaruhi libido dan dapat dilaksanakan oleh paramedis. Hal yang penting lainnya adalah tidak mempengaruhi produksi ASI, seperti jenis kontrasepsi yang mengandung estrogen, sehingga baik digunakan bagi ibu yang memberikan ASI eksklusif. Bagi kelompok ibu yang ingin haid datang teratur, sangat baik menggunakan jenis pil kontrasepsi kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron.

2. Alat Kontrasepsi Mekanik
Salah satu alat kontrasepsi mekanik yang akan penulis uraikan di sini adalah jenis AKDR atau IUD. Kontraspsi ini banyak dan mudah didapat serta harga yang relatif terjangkau. Kontrasepsi jenis ini sekarang penggunaannya cenderung meningkat, karena efektifitasnya yang jauh lebih tinggi dan relatif mudah pemasangannya. Selain itu, angka kegagalan kontrasepsi jenis ini rendah. Pengawasan pascapemasangan AKDR mudah, cukup dengan menggunakan USG, atau kalau di daerah bagi paramedis cukup dengan melihat benang di mulut rahim seorang ibu.

Kerja alat AKDR dalam kontrasepsi melalui zat tembaga atau progesteron yang menghalangi fertilisasi (pembuahan), dengan mencegah bertemunya sel telur (ovum) dengan sel sperma. Selain itu, alat kontrasepsi ini juga dapat menginaktifkan sel sperma. Keuntungan kontrasepsi AKDR adalah, selain cukup efektif, juga masa proteksi pada pemakai yang relatif lama, 8 sampai 10 tahun, mudah dipasang, murah, dan tidak mempengaruhi ASI. Saat ini juga tersedia AKDR dengan waktu singkat yakni tiga tahun. Kekurangan yang perlu diwaspadai bagi pengguna kontrasepsi ini adalah risiko penyakit radang panggul yang sering dihubungkan adanya korelasi pemakai IUD dengan kehamilan di luar kandungan. Sebenarnya keluhan ini bisa dicegah dengan melakukan pencegahan infeksi dan pemasangan pada waktu yang tepat. Keluhan lain yang sering dikeluhkan ibu-ibu pemakai adalah banyaknya darah haid yang keluar dan semakin memanjang waktunya. Sebenarnya keluhan ini hanya terjadi dalam kurun waktu tiga bulan pertama, dan semakin berkurang setelah terjadi adaptasi.

Seorang ibu pascamelahirkan (setelah nifas) dapat memilih jenis kontrasepsi yang akan dipakai, tentunya dengan melihat kepada kondisi fisik masing-masing. Misalnya kalau ingin haid teratur dan tidak membuat ibu gemuk pilihannya adalah AKDR yang umum dikenal dengan spiral, sebab berbentuk seperti spiral. Saat ini jenis tersebut tidak diproduksi lagi dan diganti jenis copper T. Jangan memilih jenis hormon progesteron seperti depoprovera, karena akan membuat haidnya terganggu (tidak datang haid). Alat kontrasepsi dalam rahim tidak dianjurkan bagi ibu dengan riwayat radang panggul, kecuali infeksi telah diterapi/sembuh.
PIL, SUNTIK, SUSUK, TUBEKTOMI, VASEKTOMI
PIL
Mereka yang tidak dianjurkan untuk menggunakan pil:
Penderita sakit kuning.
Penderita kelainan jantung.
Penderita varises (urat kaki keluar).
Pengidap tekanan darah tinggi.
Pengidap kencing manis (diabetes).
Penderita migrain (sakit kepala sebelah).
Mereka yang mengalami pendarahan dari kemaluan tanpa sebab-sebab jelas.
SUNTIKAN
Suntikan termasuk dalam kelompok alat kontrasepsi hormonal. Sesuai dengan namanya, cara pemakaianya dengan menyuntikkan zat hormonal ke dalam tubuh. Zat hormonal yang terkandung dalam cairan suntikan dapat mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Biasanya efektif selama 1-3 bulan, tergantung pada kandungan dan jenis zat dan yang ada. Apabila anda memutuskan untuk memilih metode ini, sebagai alat kontrasepsi maka, seperti halnya penggunaan pil,
Hal pertama yang harus anda lakukan adalah memeriksakan kesehatan anda ke dokter. Ini juga untuk memastikan apakah pilihan ini cocok untuk anda.
Hal kedua, apabila dokter menyatakan kecocokan, maka anda akan disuntikkan pada lengan atas atau belakang anda.
Hal ketiga, karena efektifitas suntikan ini akan berkurang setelah 1-3 bulan, maka setelah waktu yang ditentukan, anda biasanya diminta untuk kembali ke rumah sakit dan mendapatkan suntikan lagi. Untuk hasil maksimal, datanglah sesuai tanggal yang telah ditentukan dokter atau bidan anda.
Kelebihan dari suntik hormonal:
Pertama, zat hormonal yang dikandung oleh cairan suntik ini direkomendasi karena tidak mengganggu laktasi (produksi air susu ibu). Oleh karena itu suntikan dapat segera diberikan setelah 40 hari sejak ibu melahirkan. Contoh suntikan yang aman, menurut data obat di Indonesia, edisi ke-8, 1992 adalah depo provera. Juga, jika sewaktu-waktu ada keinginan untuk hamil kembali, maka suntikan dapat segera dihentikan. Selain itu, suntik juga tidak menyebabkan kurang darah.
Kekurangan dari metode suntik hormonal:
Pada hari-hari pertama setelah disuntik, beberapa orang mengeluh mengalami pusing-pusing, mual, atau pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Selain itu, suntik juga biasanya akan mengubah siklus dan waktu menstruasi. Pada beberapa orang, menstruasi bisa jadi berkurang atau bahkan berhenti sama sekali. Jika ini terjadi anda tidak perlu khawatir, karena ini tidak membahayakan kesehatan. Kelemahan lain dari metode ini adalah karena ini hanya efektif untuk jangka waktu tertentu dan sesudahnya harus diperbarui lagi-adalah resiko gagal karena lupa. Keluhan senada juga dilontarkan oleh peserta group diskusi. Jadi sekali lagi memeriksa diri dengan benar akan sangat membantu, selain berkonsultasi dengan ahlinya. Anda dianjurkan untuk segera pergi ke rumah sakit/klinik/petugas kesehatan lainnya jika mengalami:
� Pendarahan hebat (lebih banyak dibanding waktu haid)
� Pusing atau rasa mual yang berlebihan
� Penurunan atau penambahan berat badan yang menyolok
� Terlambat haid yang disertai tanda-tanda kehamilan, seperti pusing, mual-mual, dan muntah (resiko kegagalan 1:1000)
Mereka yang tidak cocok memakai metode suntik:
� Ibu-ibu yang sedang hamil.
� Penderita tumor/kanker.
� Penderita penyakit jantung.
� Penderita penyakit hati.
� Penderita darah tinggi.
� Penderita penyakit kencing manis.
� Penderita penyakit paru-paru.
� Ibu-ibu yang mengalami pendarahan dari kemaluan yang tidak diketahui sebabnya.
Mereka ini sebaiknya berhati-hati kalau memilih metode ini, atau sebaliknya mencari alternatif lain yang lebih cocok.
ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT (AKBK) ATAU SUSUK
Alat KB yang terdiri dari 6 tube kecil dari plastik dengan panjang masing-masing 3cm ini dikenal di Indonesia dengan nama susuk KB. Hormon yang dikandung dalam susuk ini adalah progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak dan, dengan demikian menyebabkan terjadinya menstruasi. Alat KB yang ditempatkan di bawah kulit ini efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk KB bekerja efektif selama 5 tahun. Jika dalam waktu tersebut si pemakai menginginkan kehamilan, maka susuk dapat segera diangkat. Tapi jika tidak, si pemakai tidak perlu repot-repot lagi menggunakan alat KB lain. Hanya sesekali ia perlu memeriksakan kesehatan ke dokter atau bidan yang memasangkan susuk tersebut.
Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit. Namun demikian, efek sampingan yang dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat dan kondisi kesehatannya terlebih dulu kepada dokter. Selain itu hanya dokter dan petugas medis yang terlatih, yang dapat memasangkan susuk KB ini. Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai pemasangan susuk KB ini adalah:
1. AKBK atau susuk disusupkan dibawah kulit lengan kiri bagian atas. Hal ini tergantung pada kebiasaan kita yang umumnya lebih banyak menggunakan tangan kanan dibanding tangan kiri. Oleh karena itu, bagi mereka yang kidal dianjurkan untuk memasang susuk di bawah kulit lengan kanan bagian atas.
2. Karena cara menyusupkan susuk ini adalah dengan sedikit menyayat kulit, maka sebelumnya pemakai akan dibius lokal terlebih dahulu untuk mengurangi rasa sakit.
3. Susuk dipasang pada waktu menstruasi atau haid. Atau dapat juga setelah 40 hari melahirkan.
4. Setelah susuk dipasang, luka bekas sayatan harus dijaga tetap bersih dan kering, tidak boleh kena air selama 5 hari.
5. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih; 1 minggu setelah susuk dipasang, dan setelah itu 1 tahun sekali selama pemakaian.
6. Sesudah 5 tahun, susuk harus diambil dan diganti dengan yang baru.
Dengan memakai susuk, anda aman dari kemungkinan hamil utnuk jangka waktu yang relatif lama (5 tahun). Selain itu, anda juga terhindar dari faktor lupa.
Kekurangan dari metode susuk KB:
Setelah pemasangan, beberapa orang mengalami pendarahan sedikit-sedikit diluar waktu menstruasi (spoting). Beberapa mengeluh jadwal menstruasi menjadi tidak teratur (berubah-uabh) dan bahkan berhenti menstruasi sama sekali. Mereka juga mengalami kenaikan berat badan. Semua ini adalah hal yang umum dialami oleh pemakai susuk KB. Jika yang bersangkutan tidak merasa terganggu, pemakaian boleh diteruskan. Tetapi untuk lebih amannya, ada baiknya pemakai memperhatikan catatan berikut ini. Anda dianjurkan untuk segera pergi kerumah sakit/klinik/petugas kesehatan lainnya jika:
1. Luka bekas pemasangan berdarah atau membengkak (infeksi).
2. Terjadi pendarahan yang banyak sekali, lebih hebat dari haid.
3. Sakit Kepala berat dan mata berkunang-kunang.
4. Terlambat haid disertai tanda-tanda kehamilan misalnya pusing, mual dan muntah-muntah (resiko kegagalan 2:1000).
Karena alat kontrasepsi ini digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama 4 sampai 5 tahun maka bagi mereka yang menghendaki untuk hamil diantara waktu tersebut sebaiknya tidak menggunakan jenis alat kontrasepsi ini.
Susuk KB tidak cocok untuk mereka yang menderita:
1. Tumor.
2. Gangguan pada jantung.
3. Gangguan pada hati.
4. Darah tinggi.
5. Kencing manis (diabetes).
6. Berusia diatas 35 tahun.
7. Pendarahan dari kemaluan yang tidak diketahui sebabnya.
8. Belum mempunyai anak.
KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP)
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontap dijalankan dengan melakukan operasi kecil pada organ reproduksi, baik untuk tubektomi bagi perempuan, maupun vasektomi bagi lelaki. Dengan cara ini, proses reproduksi tidak lagi terjadi dan kehamilan akan terhindar untuk selamanya. Karena sifatnya yang permanen, kontrasepsi ini hanya diperkenankan bagi mereka yang sudah mantap memutuskan untuk tidak lagi mempunyai anak. Itulah sebabnya kontrasepsi ini disebut kontrasepsi mantap.
TUBEKTOMI
Pada tubektomi, tindakan operasi kecil untuk mencegah kehamilan dilakukan pada saluran telur perempuan. Dengan memotong atau mengikat salah satu bagian saluran yang dilalui sel telur, diharapkan tidak terjadi pembuahan (kehamilan).
Beberapa hal yang sebaiknya dipertimbangkan sebelum melakukan KONTAP:
Sama seperti alat kontrasepsi lainnya, musyawarahkan dengan pasangan anda siapa diantara keduanya yang akan menjalankan kontrasepsi mantap ini. Bilaa anda telah benar-benar mantap untuk melakukan tubektomi, dan telah mendapat jaminan dari dokter bahwa tidak akan ada resiko setelah menjalaninya, maka yang perlu anda pahami adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Dengan tubektomi saluran yang membawa sel telur ke rahim akan dipotong atau diikat. Lalu bagaimana dengan sel telur yang dihasilkan setiap bulannya? Anda tidak perlu khawatir, sebab sel telur yang dihasilkan tersebut akan diserap kembali oleh tubuh tanpa menimbulkan efek apa-apa terhadap tubuh.
2. Operasi ini memang tergolong operasi kecil. Meskipun demikian, ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang terlatih. Sebelumnya anda akan mendapatkan pembiusan (anestesi) lokal agar tidak merasa sakit.
3. Operasi ini dapat dilakukan kapan saja, yang penting anda tidak sedang hamil. Sebenarnya, akan lebih mudah bagi dokter bila operasi dilakukan pada masa-masa nifas yaitu setelah anda melahirkan. Mengapa? Karena pada waktu ini saluran sel telur (tuba fallopian) masih jelas terlihat.
4. Operasi tubektomi (begitu juga vasektomi) tidak ada pengaruhnya atau tidak ada hubungannya dengan menaiknya atau menurunnya gairah seksual seseorang. Akan tetapi karena sifatnya yang mantap menyebabkan orang tidak merasa khawatir hamil kembali. Keadaan ini membuat seseorang merasa aman secara psikologis sehingga dapat menciptakan hubungan yang lebih santai.
TIPS BILA ANDA SELESAI MENJALANI OPERASI TUBEKTOMI
1. Istirahat secukupnya, dan selama 7 hari dianjurkan tidak bekerja berat.
2. Bekas luka harus tetap bersih dan kering (tidak boleh kena air selama 7 hari).
3. Minumlah obat yang diberikan dokter sesuai petunjuk.
4. Senggama dapat dilakukan setelah 1 minggu.
5. Jangan lupa melakukan pemeriksaan ulang. Biasanya dokter menganjurkan pemeriksaan dilakukan setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan 1 tahun setelah operasi.
Kelebihan dari metode KONTAP:
Pertama, cara KB ini tidak akan mengganggu kelancaran air susu ibu. Selain itu, jarang sekali ada keluhan tentang efek samping dari mereka yang memilih cara ini. Hal ini bisa dipahami karena memang tidak ada obat yang harus diminum atau alat yang dikenakan pada tubuh. Dalam beberapa pertemuan, pertanyaan yang sering muncul adalah kemana larinya sel telur, sementara saluran ke rahim telah dipotong atau dihalangi? Seperti telah dijelaskan di atas, sel-sel telur yang diproduksi itu akan langsung diserap kembali oleh tubuh tanpa membuat tubuh menjadi sakit atau terganggu.
Kedua, dengan cara kontrasepsi ini, resiko kehamilan bisa dihindari. Angka kegagalan hampir tidak ada. Pertanyaan penting lain yang muncul adalah hubungan tubektomi dengan gangguan gairah seksual, mengingat sudah tidak ada lagi sel telur yang keluar. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, hilangnya gairah seks akibat tubektomi ini hanyalah mitos belaka yang tidak ada kebenarannya. Seandainya ada keluhan, itu biasanya disebabkan oleh faktor psikologis semata. Ini merupakan kelebihan ketiga dari cara kontrasepsi ini yaitu tidak terpengaruhinya hubungan seks diantara keduanya yang disebabkan oleh tindakan vasektomi atau tubektomi. Dengan kontrasepsi ini, efek samping yang pasti muncul hanyalah luka parut kecil bekas operasi di bagian bawah perut. Meskipun demikian, beberapa hal di bawah perlu juga diperhatikan:
Segeralah menemui dokter apabila anda mengalami hal-hal berikut setelah operasi berlangsung:
1. Muntah-muntah yang hebat.
2. Nyeri perut yang sangat.
3. Sesak nafas.
4. Demam tinggi.
5. Terlambat haid yang disertai oleh tanda-tanda kehamilan seperti pusing, mual, dan muntah-muntah.
Beberapa orang yang dianggap tidak cocok dengan cara kontrasepsi ini adalah:
1. Pasangan yang belum mempunyai anak.
2. Penderita penyakit jantung.
3. Penderita penyakit paru-paru.
4. Penderita hernia.
5. Pernah dioperasi di daerah perut.
6. Pasangan yang masih ragu-ragu untuk menggunakan cara ini.
Dengan kata lain, kontrasepsi ini hanya dianjurkan untuk mereka yang tidak memiliki kecenderungan penyakit tersebut diatas, atau tidak lagi berkeinginan menambah jumlah anak, atau yang memiliki masalah berat lain sehingga kehamilan akan sangat berbahaya baginya.
Sebelum menjadi akseptor kontap, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:
1. Harus dilakukan secara sukarela, bukan karena paksaan pihak lain.
2. Sudah mendapat keterangan dari dokter atau petugas kesehatan lain mengenai indikasi dan kontra-indikasi dari kontrasepsi ini.
3. Menandatangani persetujuan tertulis atas rencana operasi ini (informed consent).
Satu hal yang sebaiknya diingat adalah sangat kecil kemungkinannya untuk tidak menyebut tidak ada peluang sama sekali orang bisa hamil lagi setelah operasi tubektomi. Oleh karenanya perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum sampai pada keputusan menjadi akseptor kontrasepsi mantap ini.
VASEKTOMI
Prinsipnya sama dengan tubektomi pada perempuan, yaitu menutup saluran bibit laki-laki dengan melakukan operasi kecil pada kantong zakar sebelah kanan dan kiri. Operasi ini tergolong ringan, bahkan lebih ringan dari khitan (sunat) dan bisa dilakukan tanpa pisau. Seperti juga pada perempuan, bibit laki-laki yang tidak keluar akan diserap kembali oleh tubuh tanpa menimbulkan efek apapun. Berikut adalah ilustrasi bagian reproduksi pria yang diikat atau dipotong pada operasi vasektomi, agar sel mani atau bibit laki-laki tidak keluar. Meskipun ringan, operasi ini memerlukan bius (anestesi) untuk mengurangi rasa sakit. Sebelumnya, dokter yang akan menangani operasi akan memeriksa secara teliti kondisi kesehatan yang bersangkutan. Operasi bisa dilakukan kapan saja dan boleh dokter yang betul-betul terlatih menangani masalah ini.
Hal yang harus dilakukan setelah menjalani operasi:
1. Istirahat secukupnya, dan selama 7 hari setelah operasi sebaiknya tidak bekerja berat.
2. Bekas luka harus bersih dan tetap kering selama 7 hari.
3. Minum obat yang diberikan oleh dokter sesuai aturan.
4. Meski sudah boleh berhubungan intim dengan istri/pasangan setelah 7 hari tindakan operasi diambil, namun pasangan tersebut masih harus memakai alat kontrasepsi lain selama kurang lebih 3 bulan. Bagi pria, kira-kira pada 10-12 kali persenggamaan setelah operasi, dianjurkan memakai kondom. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kehamilan akibat sisa-sisa sperma yang terdapat dalam cairan mani. Sementara pasangannya menggunakan metode lain yang cocok. Setelah vasektomi, air mani tetap ada, tetapi tidak lagi mengandung bibit. Ini karena vasektomi tidak sama dengan pengebirian.
5. Jangan lupa memeriksa ulang ke dokter: 1 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun setelah operasi.
Seperti yang terjadi dengan sel telur perempuan, sperma yang diproduksi oleh tubuh pria juga akan diserap kembali oleh tubuh tanpa menyebabkan satu penyakit atau gangguan metabolisme apapun. Vasektomi adalah metode kontrasepsi dengan kemungkinan gagal sangat kecil. Disamping itu, hampir tidak ada efek samping yang muncul setelah operasi ini. Memang beberapa orang mengeluhkan tentang gangguan terhadap gairah seksual mereka. Tapi biasanya itu hanya bersifat psikologis, bukan gejala fisiologis. Namun bagaimanapun, resiko dari vasektomi masih ada yaitu infeksi karena operasi. Kalau ini terjadi, segeralah hubungi dokter untuk penanganan secara seksama.
Mereka yang tidak cocok dengan metode ini:
� Penderita hernia.
� Penderita kencing manis (diabetes).
� Penderita kelainan pembekuan darah.
� Penderita penyakit kulit atau jamur didaerah kemaluan.
� Tidak tetap pendiriannya.
� Memiliki peradangan pada buah zakar.
Mereka yang dianggap cocok dengan cara ini adalah:
� Pasangan yang tidak lagi ingin menambah jumlah anak.
� Pasangan yang istrinya sudah sering melahirkan, atau
� Memiliki penyakit yang membahayakan kesehatan.
� Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain.
Seperti juga pada operasi tubektomi, pria yang akan melakukan operasi vasektomi harus melakukannya secara sukarela dan menandatangani surat persetujuan. Disamping itu mereka berhak mendapat keterangan yang benar dan terperinci dari dokter atau petugas pelayanan KONTAP lainnya.
ANGGAPAN KELIRU MENGENAI CARA-CARA PENCEGAHAN KEHAMILAN:
Meskipun dewasa ini telah tersedia berbagai pilihan alat kontrasepsi, dan dengan tingkat keberhasilan yang beragam, tidak sedikit orang yang masih keliru dalam memahami tentang cara pencegahan kehamilan secara benar. Hal ini disebabkan, antara lain karena pemberian informasi (hak informasi) para akseptor tidak selalu dipenuhi oleh para petugas kesehatan. Dengan anggapan bahwa masyarakat tidak butuh informasi menyebabkan tidak sedikit munculnya mitos-mitos dan kekeliruan dalam pemahaman tentang cara menceah kehamilan muncul dengan suburnya. Misalnya, anggapan bahwa “selama masa menyusui dan belum haid kembali ibu tidak akan hamil”. Anggapan ini sama sekali benar. Dengan tingkat gizi yang kian membaik dan pola kerja kaum perempuan yang cenderung berubah sehingga intensitas penyusuan terganggu, maka kemungkinan hamil dalam masa menyusui bisa terjadi.
Contoh anggapan keliru lainnya adalah menghambat laju sperma dengan cara melompat-lompat, jongkok atau segera mencuci kemaluan sesaat setelah melakukan hubungan seks. Cara-cara seperti ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat kita, terutama oleh kaum perempuan. Padahal daya kerja sperma yang berjumlah ribuan dan menyemprot jauh di dalam rahim tidak akan keluar atau turun meskipun dengan cara melompat, jongkok atau mencucinya. Tidak jarang, anggapan keliru itu bisa membahayakan kesehatan perempuan itu sendiri. Misalnya meminum berbagai ramuan seperti ragi tapai, bir hitam atau parutan nanas muda atau campuran berbagai obat-obatan yang di minum dengan minuman keras sesaat setelah disadari menstruasinya terlambat. Pada kenyataannya, tidak ada bukti ilmiah yang dapat menjelaskan efektivitas cara-cara ini dalam pencegahan kehamilan. Lebih berbahaya adalah praktek urut pijat yang oleh beberapa kalangan masyarakat dipercaya dapat mencegah kehamilan dengan cara “membalik kandungan”. Pada kenyataannya bukannya mencegah kehamilan, cara ini dapat membahayakan kondisi organ perempuan yang paling sensitif, yaitu rahim.
Cara pencegahan kehamilan yang tidak benar dapat menyebabkan, antara lain:
� Kegagalan serta kehamilan yang tidak diharapkan. Kalau terjadi, biasanya ibu tidak siap dan akan mencoba menggugurkan kandungan dengan cara-cara yang salah, misalnya dengan minum jamu peluntur.
� Kalau cara seperti di atas menemui kegagalan, maka ada resiko bayi yang akan dilahirkan mengalami gangguan cacat (misalnya tidak lengkap anggota tubuhnya), akibat pengaruh obat atau jamu peluntur yang diminum ibu. Belum lagi resiko ibu keracunan akibat obat atau jamu tersebut.
� Ibu mengalami pendarahan dan infeksi yang menyebabkan keguguran, cacat, lahir muda, atau lahir mati. Implikasi dari cara-cara pencegahan kepada perempuan sendiri apabila suatu ketika akan berpengaruh kepada perempuan sendiri apabila suatu ketika menghendaki kehamilan kembali. Kerusakan organ reproduksi yang disebabkan cara penanganan yang serampangan akan menyulitkan proses reproduksi yang pada gilirannya tak mustahil menimbulkan kemandulan, selain bisa membahayakan nyawa ibu.
Karena itu, apabila telah positif hamil, jangan minum jamu terlambat bulan.
Jika anda benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi, maka berkonsultasi dengan dokter dan jangan ragu-ragu untuk bertanya secara rinci mengenai alat tersebut. Ini adalah hak setiap pengguna alat-alat kontrasepsi yang telah dijamin sebagai bagian dari hak untuk sehat dalam bereproduksi. Yang paling penting adalah anda dapat memenuhi keinginan anda untuk mengatur kelahiran dan dapat menggunakan alat yang cocok dan sehat untuk anda. Aborsi bukanlah cara yang tepat untuk mencegah kehamilan. Karena, bagaimanapun aborsi, bila dilakukan lebih dari tiga kali akan merusak kondisi rahim perempuan.
Pengaruh pemakaian alat kontrasepsi kombinasi progesteron estrogen terhadap kejadian kanker
leher rahim di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Muthiah Rissa Pratiwi
ABSTRAK Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian alat
kontrasepsi kombinasi progesteron estrogen dengan kejadian kanker leher rahim. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Penelitian ini
dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Data didapatkan dari hasil pemeriksaan patologi anatomi
dan kuesioner dilengkapi dengan wawancara. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan quota random sampling. Subjek penelitian terdiri dari kelompok kasus (kanker leher rahim +)
dan kelompok kontrol (kanker leher rahim -) yang masing-masing berjumlah 15 orang. Hubungan antara
pemakaian alat kontrasepsi kombinasi progesteron estrogen dengan kejadian kanker leher rahim disajikan
dalam ukuran hubungan (measure of association) yang disebut Odds Ratio (OR). Data dihitung dengan
Chi-Kuadrat Mantel Haenszel. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 15 kasus kanker leher
rahim +, 11 diantaranya adalah wanita dengan riwayat pemakaian alat kontrasepsi kombinasi dan 4
diantaranya adalah wanita tanpa riwayat pemakaian alat konrasepsi kombinasi. Sedangkan dari 15 kasus
kanker leher rahim -, 2 diantaranya adalah wanita dengan riwayat pemakaian alat kontrasepsi kombinasi dan
13 diantaranya adalah wanita tanpa riwayat pemakaian alat kontrasepsi kombinasi. Dari hasil penelitian
didapatkan OR 17,9 dan nilai c2 hitung > c2 kritis = 10,629 > 3,841 pada tingkat kepercayaan 95% dan ±
0,05. Berdasarkan hasil analisis secara statistik dapat disimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya kanker
leher rahim untuk pasien dengan riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal kombinasi adalah 17,9 kali
dibanding dengan pasien yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi. Kata Kunci :
Pemakaian Kontrasepsi Kombinasi Progesteron Estrogen – Kanker Leher Rahim
1/Banyak pasangan suami istri (pasutri) menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda atau menjarangkan kehamilan. Berbagai alat kontrasepsi yang tersedia memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Biasanya mereka yang ingin menunda momongan dalam jangka waktu yang agak lama memilih alat kontrasepsi spiral karena sekali pasang bisa bekerja untuk waktu yang relatif panjang dan keakuratannya mencapai 97-98 %. Meskipun jangka waktu pemakaiannya cukup panjang, namun spiral perlu senantiasa dikontrol secara berkala. Jangan sampai kedaluwarsa loh, karena hal tersebut sangat berbahaya dan bisa berakibat fatal untuk Anda.
Pemasangan spiral yang kedaluwarsa akan menyebabkan pengguna mengalami pendarahan hebat akibat terjadinya infeksi pada radang rahim. Selain kondisi spiral yang sudah berkarat (kedaluwarsa) kesalahan dalam pemasangan juga diduga sebagai penyebab lain peradangan dan pendarahan.
Sebenarnya kedaluwarsa dalam istilah alat kontrasepsi memiliki dua arti. Pertama, jangka waktu pemakaian alat kontrasepsi sudah melampaui batas sehingga mempengaruhi efektifitasnya. Kedua, menyangkut kelayakan kondisi fisik dari mulai dibuat dan dikemas di pabrik hingga saat digunakan. Masa efektif spiral beragam antara 5 – 8 tahun. Spiral yang sudah kedaluwarsa sebaiknya dikeluarkan dan diganti dengan yang baru.
Sejak dulu spiral bisa dipakai dalam waktu yang cukup lama. Namun, kandungan tembaga pada spiral dikhawatirkan dapat menyebabkan kecacatan bayi bila sewaktu-waktu Ibu hamil. Campuran logam pada spiral dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas kontraseptifnya. Meskipun demikian, ada juga spiral yang tidak mengandung logam, melainkan mengandung hormon.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi bila spiral yang kedaluwarsa dengan kandungan tembaga mengalami dislokasi (berpindah tempat) dari rahim ke rongga perut. Ini perlu segera ditangani karena bisa mengakibatkan penyumbatan usus disertai nyeri, muntah-muntah, dan demam. Atau justru lebih parahnya lagi bisa mengakibatkan peradangan dan pendarahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kontrol berkala bagi penggunanya.
Kontrol berkala tersebut dapat dilakukan dalam jangka waktu sebagai berikut :
1. Satu bulan pasca pemasangan, untuk mengetahui apakah ukuran spiral cocok dengan ukuran rahim dan memastikan spiral berada di lokasi yang tepat.
2. Tiga bulan kemudian, dengan tujuan sama seperti di atas.
3. Setiap 6 bulan berikutnya, masih untuk memastikan spiral ada di lokasi yang tepat.
4. Bila terlambat haid,karena dikhawatirkan terjadi pembuahan.
5. Bila terjadi peradangan banyak atau keluhan lainnya, dikhawatirkan terjadi radang mulut rahim.
Nah, Anda tentu tidak berharap mengalami pendarahan dan peradangan seperti di atas bukan? Oleh karena itu, jangan lupa untuk melakukan kontrol rutin minimal setahun sekali dibarengi dengan tes papsmear untuk memeriksa leher rahim.
Spiral memang memiliki banyak keuntungan sebagai alat kontrasepsi, namun konsultasikan terlebih dahulu ke dokter Anda sebelum pemasangannya. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar