Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Minggu, 19 Desember 2010

Makalah Angka Kematian Bayi (AKB)

Download Disini : http://www.ziddu.com/download/13034691/AKB.doc.html

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun kebelakang, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi di bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih efektif, efisien, serta terjangkau oleh masyarakat. Berbagai model pembiayaan kesehatan, sejumlah program intervensi teknis bidang kesehatan, serta perbaikan organisasi dan manajemen telah diperkenalkan. Namun demikian, meski sudah dicapai cukup banyak kemajuan, keadaan kesehatan masyarakat Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Angka kematian bayi misalnya, Indonesia berada di urutan atas diantara negara-negara anggota South East Asia Medical Information Center (SEAMIC) atau Pusat Informasi Medik Asia Tenggara.
Sebagian besar masyarakat Indonesia, baik yang ada di pedesaan maupun di perkotaan, masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan walau dalam skala minimal. Sekalipun jumlah dan sarana kesehatan dinilai memadai, namun jika dilakukan perhitungan secara total dan rasional sesuai dengan pedoman penyediaan sarana kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sarana kesehatan yang ada belum cukup untuk menampung populasi penduduk secara keseluruhan, mengingat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika ditinjau dari aspek mutu dan kualitasnya, beberapa sarana kesehatan bahkan belum memenuhi standar minimal yang ditentukan.
Kota Semarang yang bernotabene kota dengan penduduk padat dengan pelayanan kesehatan yang sudah seharusnya memadai, masih memiliki tingkat kematian yang tinggi. Khususnya Kelurahan Bulu Lor, yang memiliki jumlah penduduk yang padat, dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang menunjukkan grafik meningkat meski dalam nilai kecil, mengemban tugas yang cukup berat dan memikul tanggungjawab ganda dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat, karena selain mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan untuk wilayah kotanya, wilayah ini juga berkewajiban untuk memantau dan melayani kebutuhan kesehatan masyarakat dalam lingkup wilayahnya.
Tetapi, pada tahun yang seharusnya sudah mencapai tahap kesejahteraan, Kematian bayi yang berada di Kelurahan Bulu Lor, masih tergolong tinggi. Pelayanan kesehatan yang sudah menjamur dimana-mana belum dapat menekan kematian bayi secara mendalam.

B. Rumusan Masalah
Tingkat kematian bayi yang tinggi di Indonesia mengakibatkan Indonesia menduduki peringkat teratas se-Asia. Kami mensurvey tingkat kematian bayi di daerah Bulu Lor yang bernotabene daerah perkotaan sebagai sampel tingkat kematian di kota Semarang. Dengan beberapa permasalahan :
1. Faktor apa yang menyebabkan tingkat kematian pada bayi di Kelurahan Bulu Lor, Kabupaten Semarang masih tinggi ?
2. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang kami lakukan adalah untuk mengetahui tingkat kematian pada bayi di Puskesmas Bulu Lor dan mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan kematian pada bayi di daerah Puskesmas Bulu Lor serta mencari solusi dari permasalahan tersebut.

D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang kami lakukan, kami dapat mengetahui factor - faktor yang menyebabkan kematian pada bayi di Bulu Lor dan menjadi evaluasi atau perbaikan atau tolok ukur bagi diri kami pada khususya agar saat kami terjun di masyarakat nanti, masalah tersebut tidak terjadi terus menerus dan mencari solusi untuk mengatasinya.
Bagi para pembaca agar meningkatkan upaya untuk mengatasi kematian bayi yang cukup tinggi di daerah mereka tersebut.






BAB II
KAJIAN TEORETIS

Mortalitas atau kematian adalah salah satu komponen dari tiga komponen demografi yang berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pentumbuhan penduduk, tetapi juga menjadi barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan mati adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Budi Utomo, 1985). Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa mati hanya dapat terjadi setelah terjadi kelahiran hidup. Kelahiran hidup yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap, dengan disertai tanda-tanda hidup (denyut jantung, dengyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot) tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum.
Selain mortalitas, dikenal juga mordibitas yang diartikan sebagai penyakit atau kesakitan. Hal ini dapat menimpa mnusia lebih dari satu kali dan selanjutnya rangkaian mordibitas ini atau sering disebut mordibitas kumulatif pada akhirnya menghasilkan peristiwa yng disebut kematian. Penyakit atau kesakitan adalah penyimpangan ari keadan yang normal, yang biasanya dibatasi pada keadaan fisik dan mental (Budi Utomo, 1985).
Tingkat kematian dini atau kematian pada saat manusia baru mengalami kehidupan atau pun yang masih mengalami tanda-tanda kehidupan di dalam kandungan yang kita kenal dengan AKB (angka kematian bayi), juga menjadi salah satu faktor besar dalam tingkat kematian penduduk suatu daerah. Ada beberapa peristiwa kematian janin yang masih berada di dalam kandungan (intra uterin):
1. Abortus, kematian jani menjelang dan sampai 16 minggu.
2. Immatur, kematian janin antara umur kandungan 16-28 minggu.
3. Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu lahir.
Selanjutnya, kematian bayi di luar rahim (extra uterin) yang dibedakan atas:
1. Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masaya pada waktu keluar dari rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan.
2. Kematian baru lahir (neo natal death), kematian bayi sebelum berumur satu.
3. Kematian lepas batu lahir (post neo natal death), kematian bayi setelah berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun.
4. Kematian bayi (infant motality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun.

Perinatal merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran (5 bulan sebelumnya dan satu bulan sesungguhnya). Preiode perinatal terjadi pada 22 minggu setelah periode gestasi lewat dan berakhir tujuh hari setelah kelahiran. Strategi pemerintah dan inisiatif internasional mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik pemberian makan pada tahun pertama mereka.
Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen:
a. Kematian bayi endogen (kematian neonatal)
Adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan. Faktor-faktor penyebab anak yang dibawa sejak lahir diwarisi orangtuanya saat konsepsi (fertilisasi) atau didapat dari ibunya selama kehamilan.
b. Kematian bayi eksogen (kematian post neonatal)
Adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

















BAB III
HASIL PENELITIAN

A. DESKRIPSI DATA
a. Mortalitas Bayi di Indonesia
Dari data yang kami peroleh, Angka Kematian Bayi (AKB) menurut Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Jenis Kelamin (Infant Mortality Rates by Province, District and Sex) adalah sebagai berikut :
Provinsi Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Total
Nanggroe Aceh Darussalam 45.17 34.56 39.71
Sumatera Utara 49.47 38.24 43.69
Sumatera Barat 59.07 46.61 52.66
Riau 53.76 41.94 47.68
Jambi 59.07 46.61 52.66
Sumatera Selatan 59.07 46.61 52.66
Bengkulu 59.07 46.61 52.66
Lampung 53.76 41.94 47.68
Kep. Bangka Belitung 59.07 46.61 52.66
DKI Jakarta 28.77 21.03 24.79
Jawa Barat 63.33 50.34 56.65
Jawa Tengah 49.47 38.24 43.69
DI Yogyakarta 28.77 21.03 24.79
Jawa Timur 53.77 41.95 47.69
Banten 72.87 58.78 65.62
Bali 40.86 30.89 35.72
NTB 97.12 80.47 88.55
NTT 63.33 50.34 56.65
Kalimantan Barat 63.33 50.34 56.65
Kalimantan Tengah 53.76 41.94 47.68
Selatan 77.10 62.53 69.60
Timur 45.17 34.56 39.71
Sulawesi Utara 32.08 23.71 27.77
Tengah 72.87 58.78 65.62
Selatan 63.33 50.34 56.65
Tenggara 59.07 46.61 52.66
Gorontalo 63.33 50.34 56.65
Maluku 67.57 54.09 60.63
Maluku Utara 82.38 67.24 74.59
Papua 63.33 50.34 56.65
Tabel 1.1

b. Mortalitas Bayi di Kota Semarang Khususnya Kelurahan Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara
Gambaran Umum Wilayah Survey
Kelurahan Bulu Lor terletak di Kecamatan Semarang Utara, Kota Madya Semarang yang memiliki batas wilayah
• Sebelah Utara : Laut Jawa
• Sebelah Timur : Wilayah Puskesmas Krobokan
• Sebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Poncol
• Sebelah Barat : Wilayah Puskesmas Bandarharjo
Daerah ini memiliki jumlah penduduk kurang lebih 52.000 jiwa. Penduduk yang menjadi peserta jamkesmas sebanyak 7.282 jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskinnya berjumlah 9.796 Jiwa.
Puskesmas yang kami survey ini terletak di Jalan Banowati Selatan 2, RT 14/I, Kelurahan Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara, Kota Madya Semarang, Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki wilayah kerja 5 Kelurahan, 40 RW dan 327 RT:
1. Kelurahan Bulu Lor (Jml RW : 11, Jml RT : 79)
2. Kelurahan Plombokan (Jml RW : 5, Jml RT : 46)
3. Kelurahan Purwosari (Jml RW : 6, Jml RT :48)
4. Kelurahan Panggung Kidul (Jml RW: 4, Jml RT : 29)
5. Kelurahan Panggung Lor (Jml RW : 14, Jml RT : 125)



Grafik Mortalitas dan Penyebab
di Kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara
















Tabel 1.2














BAB IV
PEMBAHASAN

A. Mortalitas Bayi di Indonesia
Apabila dilihat per propinsi, terlihat bahwa propinsi Nusa Tenggara Barat tingkat kematian bayinya tertinggi di antara propinsi-propinsi yang lain yaitu 88.55, dan DKI Jakarta 24.79. Terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara daerah satu dengan daerah yang lain. Variasi tingkat kematian yang berbeda adalah hal yang lumrah. Karena perbedaan antara daerah geografi yang satu dengan yang lainnya, antara kota dan desa, antara berbagai golongan sosial ekonomi penduduknya. Di samping itu, angka kematian bayi pada suatu tempat juga bervariasi menurut waktu.
Tabel Angka Kematian Bayi di Propinsi seluruh Indonesia (Lihat Tabel 1.1) menunjukan tingkat mortalitas bayi cukup tinggi di Indonesia, dan secara tidak langsung juga menunjukkan mutu dan kualitas kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. Keadaan seperti ini mengindikasikan bahwa mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan masih sangat jauh dari yang diharapkan, sehingga kualitas sumber daya manusia pun belum bisa dioptimalkan.
B. Mortalitas di Kota Semarang Khususnya Kelurahan Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara
Kota Semarang memiliki 37 Puskesmas Induk yang tersebar di 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Sebanyak 11 Puskesmas memiliki fasilitas rawat inap, sedangkan 26 lainnya merupakan puskesmas rawat jalan. Selain itu juga didukung dengan 33 Puskesmas Pembantu.
Data yang kami peroleh dari Puskesmas Bulu Lor jalan Banowati Selatan 2 (lihat tabel 1.2) menunjukan tingkat kematian pada bayi yang dapat dikatakan cukup mengkhawatirkan. Daerah yang berada di ibu kota pemerintahan provinsi ini yang diharapkan mempunyai pelayanan kesehatan yang memadai untuk penduduknya, ternyata masih terjadi kematian bayi yang cukup tinggi.
Hal tersebut terjadi karena pertama, faktor dari awal kehamilan yaitu perawatan kehamilan disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu hamil dan kondisi perekonomiannya yang lemah sehingga tidak mampu untuk pergi ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya. Ini berpengaruh kepada kesehatan bayi yang dikandungnya. Gizi buruk dan Premature, adalah kemungkinan terbesar akibat kurangnya pengetahuan ibu hamil dan kondisi perekonomian ibu hamil yang kurang memadai.
Kedua, faktor lifestyle dari ibu hamil seperti kebiasaan tidur malam, kegiatan sosial yang menyibukkan, kegiatan menghadiri pesta dalam ruangan yang penuh asap rokok, kebiasaan minum-minuman keras dan lain-lain. Ibu hamil yang merokok lebih dari 10 batang/hari memiliki insidensi abortus, kematian perinatal dan retardasi pertumbuhan intra uterine yang lebih tinggi. Dimana nikotin yang terkandung dalam rokok dapat mengakibatkan efek vasokontriksi kuat dan meningkatkan tekanan darah, frekuensi jantung, peningkatan epinefrin dan CO2 (meningkatkan resiko kasus terjadinya abortus spontan, plasenta abnormal, pre eklampsia, eklampsia, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)).
Ketiga, faktor genitas juga sangat berperan dalam kasus kematian bayi. Banyaknya bayi yang lahir karena penyakit bawaan seperti, sepsis, gagal jantung, dan kelainan yang lainnya.
Keempat, faktor lingkungan juga menjadi penyebab banyaknya kematian pada bayi, seperti terjadinya Demam Berdarah, sesak napas atau ISPA yang disebabkan oleh asap kendaraan, asap rokok, asap pabrik dan debu yang berterbangan akibat mobilisasi yang cukup sibuk di daerah perkotaan aatu industri.
















BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari kajian data yang kami lakukan, faktor kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor selain disebabkan oleh faktor sosial ekonomi, genitas, pelayanan kesehatan, lingkungan dan kelalaian atau lifestyle dari Ibu hamil itu sendiri. Juga banyak disebabkan oleh keterlambatan dalam mengetahui dan menangani kondisi kehamilan. Yang membuat kondisi janin tidak berkembang secara optimal sehingga mengakibatkan banyaknya bayi yang lahir secara premature, BBLR, dan lahir mati.

B. Saran
Saran kami terhadap masalah di atas adalah yang pertama kepada petugas kesehatan di Bulu Lor, agar mensosialisasikan tentang perawatan kesehatan janin, ibu hamil, dan bayi kepada penduduk Bulu Lor.
1. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat Puskesmas.
2. Pengembangan posyandu yang diarahkan partisipasi dan kemandirian dalam pengelolaan posyandu, melalui imunisasi terhadap bayi.
3. Penyuluhan terhadap ibu hamil akan pentingnya perawatan kehamilan dan perkembangan bayi setelah lahir.
4. Penanggulangan penyakit menular akibat nyamuk, dengan melakukan fogging dan penyuluhan kepada masyarakat agar memperhatikan lingkungan dan menerapkan 3M.
5. Penyuluhan pentingnya asupan gizi bagi ibu hamil, menyelenggarakan pemberian asupan gizi yang baik dan sehat bagi ibu hamil dan bayi di puskesmas terutama didesa-desa.






Daftar Referensi

Mantra, Ida Bagoes.2000. DasarDemografi Umum. Edisi Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar(Anggota IKAPI).

http://www.datastatistik -indonesia.com/component/option,com_tabel/kat,5/idtabel,131/Itemid,167/
http://eprints.undip.ac.id/6297/1/RSU_SWASTA_UTM_KLS_B1_DI_SMG.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar