Peluang Usaha

clicksor

sitti

Anda Pengunjung ke

Selasa, 07 Desember 2010

BAB XII STANDAR PENGAJARAN PEND1DIKAN JASMANI

Download Disini : http://www.ziddu.com/download/12861867/ketikanmamanekaylaeditannew.docx.html

Pengembangan standar untuk pengajaran pendidikan jasmani yang dikembangkan di Amerika dan dijadikan sebagai acuan nasional untuk pengajaran pendidikan jasmani secara professional. Standar ini digunakan guru agar mereka dapat mengembangkan diri sebagai guru professional. Adapun standar untuk pengajaran pendidikan jasmani menurut NBPTS Physical Educatio Standards adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman Terhadap Siswa
Siswa yang masuk dalam kelas pendidikan jasmani akan mendemonstrasikan bagian dari ketrampilan jasmani. Sebagaimana kita ketahui siswa adalah anggota masyarakat sekolah. Mereka datang selain untuk memenuhi kewajibannya mengikuti proses pembelajaran, mereka juga bersosialisasi dengan rekannya, dan juga anggota masyarakat sekolah lainnya, yakni guru, kepala sekolah, dan administrator. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, seorang guru yang pandai hams cermat dan tanggap memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, cultural, emosional dan intelektual, memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebinekaan budaya, memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik serta memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik. Sehingga pembelajaran pendidikan jasmani akan menciptakan hubungan yang positif dan memberikan hasil yang lebih efektif.

2. Kemampuan Penguasaan Materi
Materi pelajaran pendidikan jasmani meliputi: pengalaman mempraktekkan keterampilan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (out door) disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Selain itu guru pendidikan jasmani juga harus memahami ilmu Latihan, ilmu Psikologi dan ilmu Sosiologi serta menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

3. Praktek mengajar
Mengajar khususnya dalam pendidikan jasmani dapat dipandang sebagai seni dan ilmu (art and science), sebagai seni, pengajaran hendaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improviasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam proses pembelajaran selama dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Jadi guru tidak harus selalu terpaku dan terikat formula ilmu mengajar.
Selanjutnya, pengajaran dapat disebut sebagai ilmu apabila memenuhi karakteristik: a) memiliki daya ramal dan control terhadap pencapaian prestasi belajar; b) dapat dievaluasi secara sistematik dan dapat dipecah menjadi rangkaian kegiatan yang dapat dikuasai; c) mengandung pemahaman tentang tingkah laku manusia, perubahan tingkah laku, rancangan pembelajaran, penyampaian dan manajemen; d) berkaitan erat dengan prinsip belajar, seperti kesiapan, motivasi, latihan, umpan balik, dan kemajuan serta urutan; e) dimungkinkannya untuk mengkaji pengajaran dari sudut keilmuan.
Pengajaran dapat dan harus dapat dipelajari dari sisi teori ilmiah untuk mengembangkan teori pengajaran. Dalam praktek mengajar ini guru diharapkan dapat memvariasikan strategi pengajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Kewajiban Siswa untuk Belajar
Siswa memahami atau memiliki pengetahuan tentang siswanya, seorang guru pendidikan jasmani juga harus menyeimbangkan pengetahuan mereka dari segi aspek kognitif pendidikan jasmani dengan pembelajaran konsep dan keterampilan. Intinya bahwa siswa memiliki kewajiban untuk belajar namun bagaimana caranya, agar siswa tidak jenuh atau tetap memiliki ketertarikannya pada pendidikan jasmani. Motivasi siswa adalah alasan dibalik pengambilan keputusan untuk belajar. Motivasi bisa dibentuk instrinsik (karena anak memiliki keinginan). Ekstrinsik (karena sesuatu yang eksternal mempengaruhi si anak), atau kombinasi dari factor instrinsik dan ekstrinsik. Guru yang memainkan peran kritikal (sehingga dapat menjadi motivasi ekstrinsik) dalam memperhatikan atau meningkatkan motivasi intrinsik dari bagian pengajaran. Selain dari guru, lingkungan juga memiliki peran penting untuk membantu siswa menjalani perbaikan dan dapat membuat keputusan sendiri untuk kesuksesan mereka kelak.

5. Harapan-Harapan untuk Pelajar
Guru pendidikan jasmani harus dapat mengendalikan pembelajaran, mengatur untuk meningkatkan partisipasi, penemuan, penentuan tujuan dan kerja sama dan membawa siswa pada harapan tertinggi mereka. Guru pendidikan jasmani juga harus dapat menciptakan pendewasaan dan kebebasan siswa sehingga mereka dapat bertanggungjawab terhadap kesehatan, bergaya hidup sehat yang membuat mereka hidup sehat sepanjang hayat. Guru pendidikan jasmani harus menyadari bahwa anak yang belajar akan dapat dibagi kedalam tiga kategori, yakni: pemula, menengah, dan ahli. Walaupun dalam hal ini anak sama dalam hal kemampuan dibadingkan perbedaan mereka. Bagaimanapun, anak sama-sama memiliki pengalaman. Guru hanya sebagai fasilitator saja. Harapan tertinggi terhadap pelajar ini adalah penguasaan teknik dan pencapaian hasil terbaik dalam olahraga apa pun yang mereka geluti agar hidup sehat sepanjang hayat.

6. Lingkungan Belajar
Guru pendidikan jasmani harus dapat menyediakan lingkungan dan suasana pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar. Karena hal ini terkait dengan peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa, serta motivasi siswa dalam belajar. Guru harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran, sama ketika guru menggunakan modifikasi untuk mendukung agar terciptanya lingkungan dan suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu diperlukan kepercayaan, tanggungjawab dan saling menghormati sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan efektifdan bermakna.

7. Pemilihan Kurikulum
Guru pendidikan jasmani dapat merencanakan dan mengevaluasi kurikulum sebagai proses yang berkesinambungan untuk menghasilkan program pendidikan jasmani yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga hasil yang diperoleh pun sesuai dengan tuntutan kurikulum. Guru dapat memilih materi, metode dan teori-teori yang sesuai dengan kurikulum sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam pendidikan jasmani ini. Sebelumnya kurikulum di Indonesia sentralistis, sehingga guru sebagai pelaksana pembelajaran menemui banyak kesulitan di lapangan. Sekarang kurikulum sebagai substansi pendidikan telah didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi/bahan ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran, sehingga tujuan pendidikan penjas yakni menambah perbendaharaan gerak siswa dapat terlaksana.

8. Penilaian
Asesmen/penilaian menjelaskan tentang serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses pengumpulan fakta dan membuat dugaan outcome/hasil seperti kemampuan siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, mencapai tujuan pembelajaran dan pemahaman yang lainnya. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan non tes.

9. Perilaku (Behavior) dalam Pembelajaran (Keadilan, Kejujuran, dan Perbedaan)
Guru pendidikan jasmani harus menjadi model/teladan dalam prilaku yang baik dan dapat dijadikan panutan oleh siswa. Hal ini dengan cara menunjukkan rasa hormat dan nilai yang baik bagi masyarakat sehingga memberikan nilai lebih untuk siswa mereka untuk bersikap adil, jujur. Ranah afektif menyangkut perasaan, moral, dan emosi. Perkembangan efektif siswa mencakup proses belajar perilaku layak pada budaya tertentu, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, disebut sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan perilaku orang lain. Pihak yang sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi adalah keluarga, sekolah dan teman sebaya.

10. Refleksi Terhadap Pengajaran untuk Lebih Profesional.
Guru pendidikan jasmani harus melaksanakan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya, hal ini dimaksudkan agar guru dapat secara terus menerus melakukan perbaikan terhadap praktek pengajarannya. Dari refleksi yang dilakukan guru tahu kelemahan atau kesalahan yang dilakukan dalam pembelajaran terdahulu, dan mencari tahu perbaikan yang dapat dilakukan untuk pembelajaran selanjutnya. Baik materi, media, metode dan lain sebagainya. Guru yang professional akan selalu berlajar dari pengalaman serta tidak malu bertanya pada guru yang lebih tahu untuk kelangsungan proses pembelajaran. Baik guru yang lebih tua atau sebaya, maupun yang lebih muda. Guru juga dituntut untuk kreatif, inovatif dalam setiap pemikiran perencanaan terhadap pengajaran. Sehingga mereka memperoleh pengetahuan yang semakin luas untuk perbaikan pengajaran ke depan. Dengan harapan meningkatkan minat dan pemahaman siswa.

11. Mengenal Gaya Hidup Aktif
Guru pendidikan jasmani harus dapat mengenalkan kepada siswa hakikat pendidikan jasmani itu, yakni proses hidup aktif sepanjang hayat, sehingga kesehatan mereka di masa depan menjadi lebih baik dengan kebiasaan hidup aktif dari sekarang. Hal ini desebabkan selera, kepercayaan, sikap, acuan nilai, dan idealism seseorang akan mempengaruhi cara orang tersebut berperilaku. Karena siswa berpikir dan merasa, tidak ada satupun pembelajaran psikomotor yang terjadi tanpa adanya rasa keterlibatan perasaan tentang dirinya sendiri dengan pelajarannya, dan tentang situasi di sekitarnya. Dalam setiap perasaan dan acuan nilai anak terdapat daya yang sangat kuat yang mengontrol perilaku individual, kadang daya tersebut menghalangi terjadinya pembelajaran; disaat yang lain malah meningkatkannya. Untuk meningkatkan sikap hidup aktif ini, maka pembelajaran jasmani harus dikenalkan sejak dini dengan memberitahukan manfaat hidup sehat untuk masa depan mereka.

12. Kolaborasi dengan Sesama guru Pendidikan Jasmani
Guru pendidikan jasmani dapat melakukan kolaborasi dengan sesama guru pendidikan jasmani. Guru dapat saling berbagi pengalaman serta taktik jitu dalam melaksanakan proses. pembelajaran, dan yang paling penting adalah pengembangan materi pendidikan jasmani dalam bentuk silabus. Mereka tidak hanya bertanggungjawab di dalam kelas saja, tetapi juga memiliki kontribusi untuk meningkatkan professional mereka untuk meningkatkan program pendidikan jasmani di ranah yang lebih luas. Guru bisa mengikuti kelompok MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) atau PKG (Pusat Kegiatan Guru)





13. Keluarga dan Komunitas
Guru pendidikan jasmani tidak boleh melupakan bahwa siswa merupakan anggota keluarga dan komunitas. Untuk itu guru juga harus melibatkan keluarga dan komunitas, agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih, tidak hanya dari proses pembelajaran di kelas atau di sekolah, tapi juga berlanjut di dalam lingkungan yang lebih luas medan sosialisasinya. Guru pendidikan jasmani diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dengan komunitas yang lebih luas untuk mengenalkan pendidikan jasmani dengan keluarga pelajar serta komunitas dan meyakinkan mereka bahwa program pendidikan jasmani mewakili kebutuhan, minat dan ide dari komunitas tersebut. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan jasmani para siswanya.

PENUTUP
Standar pengajaran pendidikan jasmani yang dikemas dalam 13 standar dalam NBPTS Physical Education Standards, yaitu: pemahaman terhadap siswa, kemampuan penguasaan materi, praktek mengajar, kewajiban siswa untuk belajar, harapan-harapan untuk belajar, lingkungan belajar, pemilihan kurikulum, penilaian, perilaku (behavior) dalam pembelajaran (keadilan, kejujuran, dan perbedaan), refleksi terhadap pengajaran untuk lebih professional, mengenal gaya hidup aktif, kolaborasi dengan sesama guru pendidikan jasmani serta keluarga dan komunitas.
Disamping menjadi stimulus bagi para guru untuk memperbaiki diri. Standar pengajaran ini juga menjadi katalisator untuk komunitas dibidang ini untuk meningkatkan kualitas diri. Bila keseluruhan standar ini, maka tujuan NBPTS untuk memperbaiki kualitas pelajar di sekolah dapat terwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar